ZONASULTRA.ID – Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara (Sultra) memiliki banyak desa yang berpotensi menjadi sentra kerajinan tangan. Salah satunya Desa Wisata Pangan Jaya yang terletak di Kecamatan Lainea.
Desa Pangan Jaya memiliki luas 240 hektare. Ada 307 kepala keluarga yang mendiami desa ini dengan jumlah penduduk sekitar 1.076 jiwa.
Sekretaris Desa Pangan Jaya Ferry Kuswanto mengungkapkan awal mula desanya itu dijadikan desa wisata.
Pada 2017, Badan Ekonomi Kreatif dan Dinas Pariwisata Konsel meninjau Desa Pangan Jaya. Hasilnya, Desa Pangan Jaya dinilai berpotensi menjadi sentra kerajinan kriya karena melimpahnya limbah-limbah kayu sisa pembuatan lemari, meja, dan kursi. Ketimbang dibakar, limbah-limbah kayu itu bisa dikembangkan menjadi kerajinan tangan.
Bekraf lalu memberikan pelatihan kerajinan kriya. Para perajin diberikan bantuan alat. Mereka juga diajak studi banding mempelajari perkembangan ekonomi kreatif di Pulau Jawa.
Kelompok perajin di Desa Pangan Jaya pun terbentuk. Ada empat kelompok. Setiap kelompok memiliki 10 orang anggota sehingga total perajin kriya di desa ini ada 40 orang.
“Kriya yang dihasilkan berupa suvenir, aksesori ruangan, alat permainan taman kanak-kanak (TK), alat peraga, dan masih banyak lagi,” ungkap Ferry.
Namun, kata Ferry, di balik potensi tersebut, terdapat kendala, yaitu tidak tersedianya pasar untuk menjual produk yang dihasilkan. Para perajin bahkan pernah membuat produk kriya dalam jumlah banyak, tapi akhirnya hanya tertumpuk dan tidak terjual.
Produk kerajinan para perajin hanya laku saat ada pameran seperti Halo Sultra. Selebihnya berdasarkan pesanan. Biasanya dari beberapa TK yang ada di sekitar Desa Pangan Jaya.
Para perajin berharap Pemda Konsel menjadikan Desa Pangan Jaya sebagai desa wisata penyangga dari objek wisata Moramo. Hasil karya mereka bisa diperjualbelikan di kawasan wisata Moramo.
Meski begitu, kata Ferry, para perajin tidak putus asa. Mereka tetap memproduksi kriya karena mereka yakin akan ada masa depan yang bagus bagi potensi kriya di desa mereka. Apalagi Desa Pangan Jaya sudah ditetapkan sebagai desa wisata.
Pengembangan Desa Wisata
Kepala Desa Pangan Jaya Munaji mengatakan, pada 2017 terbentuk Bekraf Anoa Art yang menjadi rumah bagi para perajin di desa itu. Namun pendanaan untuk pengembangan kriya ini terkendala oleh pandemi Covid-19. Pasalnya, anggaran dana desa yang diperuntukkan untuk pengembangan kriya dialihkan untuk bantuan penanggulan Covid-19.
Untuk saat ini, kata dia, masih dikelola berkelompok dan belum dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Para perajin terpaksa merogoh kocek pribadi sebagai modal.
Rencananya pada 2023 pihaknya akan membuat desa wisata buatan yang memadukan wisata alam dan ekonomi kreatif.
Menurut Munaji, desa yang dipimpinnya itu juga memiliki potensi wisata alam yang tak kalah menarik dari desa lainnya di Konsel. Ada air terjun, jalur cross, wisata embung, tracking sumber air aliran embung, hingga wisata kolam renang.
“Potensi Air terjun sudah ditinjau oleh Wakil Bupati dan anggota DPRD Konsel dapil Lainea,” kata Munaji.
Nantinya pemerintah desa akan membuat sanggar. Targetnya, selain berwisata, para wisatawan atau pengunjung juga akan diperkenalkan cara memproduksi kriya. (*)
Kontributor: Ismu Samadhani
Editor: Muhammad Taslim Dalam