Hidroponik di Kendari: Tren Bertani yang Mendorong Gaya Hidup Sehat (Bagian-2)

Hidroponik di Kendari: Tren Bertani yang Mendorong Gaya Hidup Sehat (Bagian-2)

Permintaan Tinggi

Minat pasar terhadap sayur hidroponik masih sangat tinggi. Menurut Asosiasi Sayuran Organik Kota Kendari, permintaan terhadap produk hidroponik tidak hanya dari dalam Kota Kendari tapi banyak dipesan oleh perusahaan tambang di Morosi (Kabupaten Konawe) dan Morowali (Sulawesi Tengah). Produk hidroponik seperti selada dan berbagai jenis sawi-sawian menjadi konsumsi tenaga kerja asing (TKA) asal China.

Sementara minat terhadap produk hidroponik dalam Kota Kendari tidak hanya dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat, tapi juga tren drama Korea yang memperkenalkan berbagai jenis sayuran seperti selada yang dimakan mentah. Hal ini mendorong berkembangnya rumah makan dengan menu ala Korea.

“Jadi bayangkan saja kunjungan satu hari di rumah makan misalnya sekitar 100 orang, otomatis kebutuhan sekali makan per orang 500 gram, berarti kebutuhan per hari 50 kilogram, ” ujar Ketua Asosiasi Sayuran Organik Kota Kendari, Gusti Made via telepon, 21 Maret 2021.

Dengan minat pasar yang tinggi maka mulai banyak yang tertarik untuk bertani hidroponik. Kata Gusti, kini para petani hidroponik di Kendari berasal dari berbagai kalangan, mulai dari yang memang petani, lalu ada dosen, pengacara, mahasiswa, dan bahkan pegawai negeri sipil (PNS).

Hidroponik di Kendari: Tren Bertani yang Mendorong Gaya Hidup Sehat (Bagian-2)Produksi mereka bervariasi, ada yang sampai 1 ton dan ada yang hanya sampai 200 kilogram (kg) dalam sekali panen. Misalnya yang mempunyai seribu lubang tanam, maksimal bisa memanen 1 ton sayuran dengan masa panen setiap bulan.

Lanjut Gusti, pada masa pandemi ini, perkebunan hidroponik jadi salah satu jenis usaha yang kebal karena permintaan yang justru meningkat. Pemasarannya yang mengandalkan sistem online banyak diminati masyarakat.

Terkait potensi hidroponik untuk wirausaha, Gusti mencontohkan pada dirinya sendiri. Dulunya ia adalah karyawan bank yang tersangdung kasus sehingga harus menjalani hukuman penjara 2 tahun lebih. Di penjara inilah, ia belajar tentang hidroponik.

Ketika keluar dari penjara, ia fokus berkebun hidroponik. Hasilnya pun tak main-main, dari 2017 hingga sekarang ia sudah bisa membeli satu rumah, 3 unit mobil (berharga ratusan juta), dan 2 unit motor.

Aman Dikonsumsi

Dinas Ketahanan Pangan Kota Kendari intensif memantau setiap kebun hidroponik untuk memastikan produk yang dipasarkan aman untuk dikonsumsi. Tim dari dinas melakukan pengujian cepat (rapid test) untuk mengetahui residu pestisida kimia dan residu timbal.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Kendari, Hasria
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Kendari, Hasria

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Kendari, Hasria mengungkapkan hasil tes selama ini, sayur hidroponik masih aman untuk dikonsumsi. Para pekebun hidroponik juga didorong untuk memiliki sertifikat Prima Tiga (P-3) sebagai landasan klaim keamanan pangan dengan melakukan uji sampel di laboratorium.

Saat ini sudah ada tiga kebun yang mendapat sertifikat Prima Tiga dari Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Tenggara yakni Rumah Bali Hidroponik, Family Garden, dan Tebek Hidroponik. Sementara kebun hidroponik yang lain masih dalam proses untuk melakukan sertifikasi. Sertifikat ini biasanya digunakan sebagai syarat atau standar ketika memasok sayuran ke supermarket, hotel, dan perusahaan tambang.

Hasria mengatakan usaha kebun hidroponik saat ini mempunyai peluang yang sangat besar untuk memasok kebutuhan masyarakat. Sebab kebutuhan sayur di Kota Kendari banyak disokong oleh daerah-daerah di sekitarnya.

Selama ini kebutuhan sayur di Kota Kendari sebagian besar berasal dari Kabupaten Konawe Selatan. Sedangkan produksi sayuran dari dalam kota hanya sebagian kecil, yang salah satu penyebabnya adalah minimnya lahan pertanian.

“Bahkan seperti wortel, tomat dan sebagainya itu banyak berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan,” ujar Hasria saat dihubungi melalui WhatsApp, 26 Maret 2021.

Sayuran juga sangat berpengaruh terhadap sektor ekonomi, hampir setiap tahun terjadi inflasi di Kendari karena naiknya harga komoditas sayuran seperti bayam dan kacang panjang. Padahal kata Hasria, masyarakat bisa memproduksi sendiri sayuran dengan memanfaatkan pekarangan rumah. Kebun hidroponik merupakan contoh nyata pemanfaatan pekarangan rumah.

Manfaat Mengkonsumsi Sayuran

Rutin mengkonsumsi sayuran disarankan dalam pedoman gizi seimbang dari Kementerian Kesehatan. Konsumsi sayur setiap hari penting bagi kesehatan baik orang dewasa maupun anak-anak karena mengandung berbagai zat yang berguna dalam proses metabolisme.

Ahli dari Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia, Intan Ria Nirmala
Intan Ria Nirmala

Ahli dari Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia, Intan Ria Nirmala menjelaskan sayuran mengandung polifenol yaitu senyawa kimia yang berperan dalam memberi warna pada sayuran. Polifenol bermanfaat sebagai antioksidan yang dapat mencegah penyakit-penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes, hipertensi, dan obesitas.

Dalam sayuran juga terdapat berbagai enzim, klorofil (zat hijau daun), vitamin, dan mineral yang baik bagi tubuh. Kata dia, zat-zat itu kadang tidak didapatkan dalam bahan pangan pokok lain sehingga tubuh butuh asupan sayuran.

Berbagai jenis sayuran saat ini tersedia, mulai dari yang dibudidayakan secara konvensional melalui media tanam tanah, dan ada pula yang secara hidroponik. Kata dia, khusus hidroponik ini, apalagi yang tak menggunakan pestisida kimia, bisa menjadi pilihan sayuran yang baik untuk masyarakat dalam menjalani pola hidup sehat.

“Kebanyakan yang pertanian konvensional dengan skala besar itukan banyak menggunakan pestisida kimia dengan pertimbangan mengantisipasi kerugian akibat hama. Nah sekarang banyak petani-petani yang sudah berkiblat pada pola hidup sehat dengan menanam hidroponik, ini bagus,” ujar Intan saat dihubungi, 21 Maret 2021.

Namun begitu, lanjutnya, bukan berarti sayur yang ditanam secara konvensional dengan menggunakan pestisida kimia tidak baik untuk dikonsumsi. Caranya adalah dengan mencuci sayuran dengan air bersih yang mengalir. Cara seperti ini juga tetap disarankan pada sayur hidroponik sehingga semakin aman untuk dikonsumsi.

Kandidat doktor Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) ini menjelaskan sayur hidroponik seperti selada, pakcoi, kangkung, tinggal dipilih saja sesuai kebutuhan. Misalnya yang banyak manfaatnya adalah selada, salah satu jenis tanaman air yang dikonsumsi mentah. Saat dikonsumsi, enzim dan kandungan vitaminnya masih utuh.

Terkait sayuran yang dimakan mentah ini harus disesuaikan usia. Anak di bawah satu tahun tidak dibolehkan mengkonsumsi makanan mentah. Sementara yang usia di atas satu tahun sudah boleh dilatih makan makanan mentah seperti wortel, selada, dan kol.

“Karena memang ada beberapa sayuran yang harus diproses atau diolah dulu dan ada yang bisa dimakan mentah. Pengolahan atau cara memasak yang benar juga ini penting untuk diketahui,” ujar Intan yang juga dosen di Jurusan Gizi, Poltekkes Kendari.

Menurut dia, kondisi saat ini ibu-ibu kurang paham bagaimana cara mengolah sayuran yang benar karena kebanyakan sayur dimasak terlalu lama atau dengan suhu yang terlalu tinggi. Perlu diketahui bahwa beberapa jenis sayur bila dipanaskan di atas 40 derajat celcius maka manfaatnya akan hilang karena merusak enzim dan nutrisi yang dikandungnya.

Intan menilai masyarakat masih perlu mendapatkan edukasi tentang sayuran, termasuk kebutuhan tubuh lainnya yang ada dalam pedoman gizi seimbang. Hal ini dalam rangka mendorong gaya hidup sehat sehingga masyarakat bisa terhindar dari beberapa penyakit. (*)

 


Reporter: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini