Inovasi MTsN 1 Koltim, Sampah Dijadikan Pupuk Organik

633
Inovasi MTsN 1 Koltim, Sampah Dijadikan Pupuk Organik
MTsN 1 KOLTIM - Hasil pupuk organik dari fermentasi sampah sekolah MTsN 1 Kabupaten Kolaka Timur. (Samrul/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, TIRAWUTA – Kebanyakan sampah yang ada di sekolah diabaikan begitu saja. Padahal, bila diolah dengan baik maka sampah tersebut bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi tanaman.

Seperti yang dilakukan siswa-siswi Madrasah Tsanawiah Negeri (MTsN) 1 Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), sampah yang ada di sekolah mereka dijadikan pupuk organik.

Sebelum menjadi pupuk organik, sampah yang terkumpul lebih dulu dipilah oleh siswa. Tujuannya, agar meraka bisa membedakan mana sampah basah (organik) dan mana kategori sampah kering (anorganik).

“Sampah organik atau degradable itu adalah sampah yang mudah membusuk dan terurai kembali seperti sisa makanan, dedaunan dan lain-lain. Sedangkan sampah anorganik atau undegrable yaitu sampah yang susah membusuk dan tidak dapat diuraikan kembali, misalnya botol plastik, kertas bekas, karton, kaleng bekas dan masih banyak lagi, ” kata Kepala MTsN 1 Koltim, Rimbu kepada zonasultra. com, Sabtu (23/3/2019) kemarin, di ruang kerjanya.

Langkah selanjutnya setelah proses pemisahan sampah, para siswa diajari cara melakukan fermentasi. Sebelum hal itu dilakukan, siswa diarahkan membuat lubang dengan kedalaman 75 centimeter (cm) di halaman belakang sekolah.

MTsN 1 Kabupaten Kolaka Timur
MTsN 1 Kabupaten Kolaka Timur

Fermentasi adalah proses penguraian zat menggunakan fasilitas enzim pengurai untuk menghasilkan energi.

“Bahan yang pertama kali masukan ke dalam lubang adalah dedaunan lalu sampah organik yang sudah dipisahkan ditaburi dengan kapur, kemudian ditutup dengan tanah. Kami lakukan fermentasi sampai tiga lapis susunannya seperti tadi,” ujar Rimbu.

(Baca Juga : Kisah Mahasiswa Asal Buton yang Kuliah di Tiga Negara Eropa Sekaligus)

Untuk mendapatkan pupuk organik, siswa MTsN 1 Koltim hanya perlu bersabar sampai tiga bulan. Saat ini, pupuk organik hasil pengolahan sampah sekolah yang dihasilkan sudah mencapai 5 karung.

“Hasil dari pembuatan pupuk organik ini tidak kami jual. Tiga karung kami mau gunakan untuk tanaman di sekolah, dua karungnya akan kami sumbangkan kepada pemerintah daerah (pemda) dan orang tua siswa khususnya petani. Semoga hasil kreasi kami ini bisa dijadikan sebagai pupuk uji coba pada tanaman. Hasil uji coba yang kami lakukan pada tanaman bunga sangat bagus, tanah sehat dan subur,” tutur Rimbu.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

Gagasan mendaur sampah sekolah jadi pupuk organik merupakan inisiatif sendiri dari Rimbu. Sejak diangkat sebagai Kepala MTsN 1 Koltim tahun 2017 lalu, Rimbu berkeinginan agar sekolah yang dipimpinnya tampak bersih, sehat dan asri sehingga kelangsungan proses belajar-mengajar juga bisa berjalan lebih nyaman.

Kepala MTsN 1 Koltim, Rimbu
Rimbu

“Saya melihat kalau saja sampah yang menumpuk ditampung di sekolah maka akan menjadi sumber penyakit dan bisa menimbulkan bau yang tidak sedap. Dalam Islam kan diajarkan bahwa kebersihan itu adalah sebagian dari iman,” jelasnya.

Kemampuan dasar membuat pupuk organik dari sampah memang dimilikinya. Sebab mantan Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementrian Agama Koltim itu sendiri adalah alumni Universitas Haluoleo Kendari pendidikan kimia angkatan 90.

Terobosan Rimbu, sangat diapresiasi oleh siswa MTsN 1 Koltim. Risky Anando Pratiwi (14) misalnya. Siswi kelas 9 B ini merasa senang dan bersyukur sebab dari kegiatan ini, mereka bisa belajar dan memahami bagaimana memperlakukan sampah pembuangan menjadi satu pupuk organik yang bermanfaat.

“Kegiatan ini sangat baik dan positif sekali. Tidak ada lagi sampah berserakan dan menumpuk disana-sini. Kalau dulu, sampah menumpuk sampai dua meter tingginya dan berbau. Alhamdulillah, dengan adanya daur ulang sampah yang diajarkan bapak kepala MTsN 1 Koltim, sekolah kami bisa bersih. Kami juga bisa belajar dengan nyaman tanpa harus menghirup bau sampah di kelas ataupun ketika kami ke kantin. Saya merasa senang sekali. Semoga ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi teman-teman yang lain dan bisa dipertahankan, ” ungkapnya.

(Baca Juga : Perjuangan Anak-Anak di Pelosok Bombana Demi Pendidikan)

Siswa MTsN 1 Koltim lainnya, Nailasari juga mengharapkan agar dengan adanya upaya seperti ini maka semoga bisa menumbuhkan minat semua siswa dalam mengolah sampah sekolah menjadi pupuk organik.

“Sekolah kita bisa bersih, nyaman serta enak dipandang mata. Kita juga bisa bebas dari penyakit akibat sampah sekolah,” terangnya.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih
*Menuju Sekolah Hebat dan Bermartabat

Kreatifitas mengolah sampah sekolah menjadi pupuk organik, merupakan salah satu visi-misi MTSN 1 Koltim yaitu menjadi sekolah yang hebat dan bermartabat.

Selain membuat pupuk organik, Rimbu juga berkeinginan mengajari anak didiknya untuk membuat pupuk kimia (anorganik) dengan melakukan uji labiratorium terlebih dahulu.

Inovasi MTsN 1 Koltim, Sampah Dijadikan Pupuk Organik
Sumur bor yang telah dibuat untuk memproduksi air mineral kemasan

“Kita akan programkan itu, apakah mau dibuat pupuk NPK atau urea. Urea ini kan pupuk pabrik tetapi kita akan buat seperti itu, paling tidak komposisinya sama. Untuk menguji komposisinya, kami sudah menyiapkan desain sehingga bisa diuji laboratorium,” ucap Rimbu.

Keinginan lain yang tengah direalisasikan Rimbu adalah dengan membuat air mineral dalam kemasan. Nantinya, air higienis kemasan hasil produk siswa MTsN 1 Koltim bakal dijual atau ditawarkan kepada siswa, orang tua siswa, guru, dan masyarakat Koltim.

Saat ini sumur bornya telah tersedia di dalam lingkungan sekolah. Kedalaman mata airnya mencapai 50 meter ke bawah permukaan tanah.

“Sumur bor dibuat pada bulan maret 2018, menggunakan dana sharing antara dana sekolah dan dana sumbangan dari orang tua siswa. Total yang digunakan sekitar 5 juta,” kata Rimbu.

Pihak MTsN 1 Koltim akan mengajukan permohonan ke Dinas Kesehatan serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk pengujian laboratorium sehingga air yang ada itu layak dikonsumsi.

“Kalaupun sumber mata airnya masih alami, tetapi kita juga perlu tahu. Sebab di dalam tanah itu banyak terdapat zat berbahaya,” ucapnya.

Tentunya, menggapai harapan ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Rimbu tentu menemui kendala, salah satunya biaya.

“Kami punya anggaran terbatas. Sebab program ini tidak termasuk didalam pagu anggaran. Tetapi kami berupaya semaksimal mungkin mencari solusi. Rencananya, kami akan menggalang dana partisipasi dari masyarakat, baik orang tua siswa maupun pemerhati pendidikan, lembaga swadaya masyakat di bidang pendidikan, termasuk pemerintah daerah Koltim sendiri serta vertikal kementerian agama sendiri serta stakeholder lainnya,” tandasnya. (A/SF)

 


Kontributor: Samrul
Editor: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini