ZONASULTRA.COM, LABUNGKARI – Faris Naufal bocah berusia 5 tahun yang tinggal di Desa Moko, Kabupaten Buton Tengah (Buteng), Sulawesi Tenggara (Sultra) sejak lahir hidup tanpa memiliki anus. Sehingga harus buang air besar lewat selang yang disambung dari usus.
Kesedihannya hidup tak seperti manusia normal pada umumnya bertambah ketika sang ibu Liliani sedang mencari biaya operasi harus meninggal dunia di perantauan tahun 2019 lalu. Ketika itu Naufal berusia 4 tahun.
Siang itu, Senin (7/12/2020) tim zonasultra mengunjungi kediaman Wa Tema. Dia merupakan orang tua ibunya (nenek) yang telah merawat bocah itu sejak berumur belum genap setahun. Wa Tema bersiap-siap mengantarkan Naufal ke Puskesmas di Kecamatan Lakudo.
Dengan bungkuk Wa Tema berjalan dengan cucunya setinggi pinggang orang dewasa. Kasat mata Naufal nampak baik-baik saja. Dia terlihat riang, bahkan sebagian warga mengatakan bocah itu super aktif.
Di Puskesmas, Naufal menjalani serangkaian pemerikasaan. Mulai dari kondisi suhu tubuh, hingga belas luka saluran pembuangan sementara hasil dari operasi lima tahun yang lalu. Menurut dokter tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka sehingga Naufal tidak merasa kesakitan.
Secara medis Naufal menderita penyakit bawaan lahir yang disebut Atresia Ani atau Anus Iperfota. dr Aza Patullah Zai menjelaskan, kondisi ini terjadi akibat gangguan perkembangan saluran pencernaan saat usia kehamilan 5-7 minggu. Belum pasti, tapi kebanyakan berkaitan dengan terjadinya polihidramnion yakni kondisi berlebihnya kadar cairan ketuban.
“Kondisi ini bisa memang terjadi karena banyak penyebab. Bahkan suatu kondisi sebagai kelainan bawaan dari lahir,” terang Aza kepada kami usai memeriksa Naufal.
Pemeriksaan kali ini, kata Aza, sekaligus persiapan Nufal untuk dirujuk di Makassar menjalani operasi bedah pembentukan lubang anus. Hal ini harus segera dilakukan meski sedikit terlambat.
“Anaknya memang lahir dalam kondisi tidak memiliki anus. Jadi bidan saya waktu itu merujuk yang bersangkutan di RSUD Palagimata Kota Baubau untuk dibuatkan saluran tinja sementara. Pasien yang harusnya menjalani operasi lanjutan setelah berumur 2 tahun. Hal ini dilakukan jangan sampai terjadi infeksi pada luka saluran tinja sementara,” katanya.
Dirawat dan Dibesarkan Oleh Neneknya
Kerena tak memiliki biaya pengobatan untuk operasi ibu Naufal (Alm. Liliani) memutuskan merantau ke Papua. Dengan harapan mendapat uang yang cukup. Namun takdir berkata lain, beberapa tahun merantau Ibu Naufal dikabarkan meninggal dunia akibat sakit keras.
Wa Tema menceritakan, sebelum meninggal pembicaraan terkahir dengan ibu Naufal hanyalah soal biaya pengobatan sang anak. Katanya, ibu Naufal menutupi kondisi kesehatannya agar tidak diminta berhenti bekerja.
“Berdasarkan informasi dia meninggal karena hamil,” terang Wa Tema.
Sementara itu, ayah Naufal, merupakan perantau ulung. Dia belum pernah bertemu anaknya. Saat melahirkan ayah Naufal tidak ada di rumah Wa Tema. Ayahnya merupakan warga Kota Makassar yang tinggal di Papua. Saat ini menantunya itu sudah menikah lagi. Awalnya dia juga bertemu anaknya di Papua dan menikah.
Sekarang, Wa Tema memiliki peran ganda menjadi ibu sekaligus ayah bagi Naufal sejak lahir. Dia sangat bersedih tiap kali membersihkan kotoran Naufal yang keluar dari saluran buatan. Naufal mengeluarkannya lewat selang yang disambung dari usus ke perut lalu ditampung ke kantong plastik.
Usianya telah renta sudah tidak sanggup mencari nafkah. Dia mengaku sudah sering sakit pinggang. Beruntung ada kiriman uang dari anaknya yang juga merantau.
“Untuk tahun ini saya belum ada kerjaku, karena sakit-sakit badanku. Jadi kalau makan sehari-hari ada anakku yang kirimkan uang, bapaknya nova juga sering kirim uang,” imbuhnya.
Operasi Tertunda Karena Tak Miliki BPJS
Naufal bakal segera dioperasi untuk dibuatkan anus oleh dokter bedah di Makassar. Namun jauh hari sebelum itu, kendala utama Naufal tidak langsung dioperasi karena belum mempunyai kartu JKN-KIS dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Naufal baru dibuatkan kartu BPJS Kesehatan setelah pemerintah daerah Kabupaten Buteng mengetahui kondisinya. Lantas pemerintah Desa Moko mengajukan pembuatan kartu JKN-KIS.
“Menurut operasi yang saya dapatkan seluruh pembiayaan untuk operasi pasien ditanggung oleh Pemerintah Daerah setempat. Mulai dari pemberangkatan di sini sampai dengan operasional lainya di Makassar. Informasi yang kami dapat, juga Pemerintah Desa Moko telah menguruskan BPJS untuk pasien berobat,” imbuh dr Aza.
Berdasarkan keterangan yang didapatkan, pengobatan Naufal diinisiasi oleh Wakil Ketua DPRD Kabupaten Buteng, Suharman. Waktu itu dia mendapatkan informasi bahwa Naufal tak kunjung mendapat pengobatan karena kendala biaya.
Jika Naufal tak segera diobati, maka bisa berakibat fatal. Pasalnya hal yang dikhawatirkan terjadi infeksi bila luka pada perut Naufal tak segera ditutupi.
Naufal sendiri dijadwalkan menjalani operasi pada Desember tahun ini. Saat ini beberapa pihak masih sedang melakukan pengurusan mulai dari administrasi hingga dana untuk biaya operasi dan biaya hidup selama di Makassar. (a)
Kontributor : Risno Mawandili
Editor: Ilham Surahmin