ZONASULTRA.COM, KENDARI – “If i have a chance, i must take it” (jika saya punya kesempatan, saya harus berusaha mengambilnya). Begitu motto La Ode Musaldin alias Musa, seorang pemuda asal Wakatobi dalam menempuh pendidikan, hingga akhirnya ia berhasil memperoleh beasiswa pertukaran pelajar di University Of Central Missouri, Amerika Serikat.
Melalui program Undergradute Exchange Program atau biasa disebut Global Ugrad, Musa mencoba peruntungan dengan mendaftarkan diri, setelah diberi informasi oleh Ketua Program Studi Tadris Bahasa Inggris di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, tempatnya menuntut ilmu.
Desember 2018 tepatnya, ia mencoba mendaftar secara online dengan mengisi form application yang bisa diunduh pada lama resmi Aminef–Global Ugrad. Setelah melengkapi berbagai hal yang diperlukan, akhirnya pada akhir Januari 2019, namanya diumumkan lolos untuk berangkat ke tahap selanjutnya. Tepatnya pada Februari 2019, ia mengikuti tes wawancara di Jakarta. Dari hasil tes wawancara, pada pertengahan Maret 2019, ia kembali dinyatakan lolos ke tahap selanjutnya.
Pada Waktu tahap wawancara yang diikuti 11 mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia, hanya 6 di antaranya yang dinyatakan lolos, dan salah satunya adalah Musa. Keenamnya ini kemudian ikut tes toefl dan akhirnya 5 orang dari berbagai daerah, yakni Makassar, Palu, Bangka Belitung, dan Kupang dinyatakan lolos jadi finalis untuk dapat beasiswa tersebut, dan akan kuliah selama dua semester di kampus-kampus luar negeri.
(Baca Juga : Cerita Alumni UHO, Pernah Kuliah di Inggris Berkat Beasiswa)
Setelah dinyatakan lolos, akhirnya pada Mei 2019 ia mengikuti pemeriksaan kesehatan dan vaksin. Lalu pada Juli 2019 ia berangkat ke Jakarta mengikuti pembekalan. Hingga pada Agustus 2019, ia berangkat ke Amerika.
“Perasaan saya waktu diumumkan itu ya kaget dan belum percaya. Tapi saya kasih tahu dulu ke dosen dan orang tua saya. Orang tua saya sangat senang, saya sebagai anak juga turut bangga melihat orang tua saya bahagia,” kata Musa melalui sambungan telepon, Juma (4/10/2019).
Bahkan, kata Musa sudah sampai di Amerika pun dirinya masih belum begitu percaya kalau keputusan yang berawal dari coba-coba malah bisa membuatnya menginjakan kaki di USA.
*Perbedaan Belajar di Indonesia dan Amerika
Kali pertama mengikuti perkuliahan di luar negeri, tentunya yang menarik perhatian mahasiswa kelahiran 30 November 1999 ini, tentang bagaimana sih proses perkuliahan di negeri Paman Sam itu.
Disiplin. Itu satu kata yang bisa diungkapkan Musa setelah hampir dua bulan mengikuti perkuliahan. Selama menjalani perkuliahan di Jurusan Tadris Bahasa Inggris universitas tersebut, perbedaan yang paling menonjol adalah bagaimana orang-orang di sana sangat menghargai waktu.
“Di sini dosennya itu sangat ontime kak. Sepuluh menit sebelum jam perkuliahan mereka sudah datang untuk siap-siap, dan berhenti tepat waktu jika perkuliahan selesai. Kalau di Indonesia saya rasa tidak begitu. Intinya di sini sangat disiplin dan fasilitas sangat lengkap,” kata Musa.
Selain itu, sebelum masuk perkuliahan, semua mahasiswa diberikan silabus (rencana pembelajaran). Dari silabus dari dosen, mahasiswa akan diberikan gambaran tentang mata kuliah yang akan diajarkan setiap minggunya.
Dari segi fasilitas penunjang pembelajaran, di sana juga sangat lengkap salah satunya perpustakaan dengan kumpulan buku yang sangat lengkap. Semua sumber bacaan dari mata kuliah tersusun rapi di perpustakaan.
Untuk sistem belajar dan kurikulum, pada umumnya kata Musa sama saja. Dosen mengajar, kemudian mahasiswa bertanya, juga tak jarang para mahasiswa membentuk grup diskusi atau presentase kerja kelompok. Hanya saja, ketika proses belajar tengah berlangsung saat dosen menjelaskan, mahasiswa diperbolehkan memotong pembicaraan dosen untuk bertanya ataupun berpendapat.
“Kalau di Indonesia, mungkin tidak sopan kalau dosen sedang menerangkan terus kita potong pembicaraannya. Kalau di sini itu sah-sah saja,” ujarnya.
*Persiapan Kuliah
Sebelum akhirnya berangkat ke Amerika, Musa tentunya diberi pembekalan terlebih dahulu agar bisa dengan mudah menyesuaikan diri ketika menjalani hari-harinya. Apalagi, di sana ia akan tinggal sendirian di asrama. Banyak hal yang diajarkan, mulai dari budaya, iklim, hingga cara memilih makanan yang halal.
(Baca Juga : Kisah Mahasiswa Asal Buton yang Kuliah di Tiga Negara Eropa Sekaligus)
Tak lupa juga, ia mempersiapkan mental. Apalagi, selama di Amerika, ia menemukan banyak sekali perbedaan dengan Indonesia, khususnya Kota Kendari, yakni tentang cuaca. Untuk suhu normal, biasanya mencapai 20 derajat celcius tapi tak jarang juga mencapai 15 derajat.
“Karena sudah siberitahu di sini suhunya dingin, maka yang saya siapkan juga jaket tebal dan kaos kaki. Kalau di sini untuk bisa menyesuaikan diri ya harus banyak bertanya. Syukurnya saya sudah punya beberapa teman di sini. Jadi kalau ada yang ingin saya tanyakan bisa ke mereka,” jelasnya.
Hingga saat ini, ia mengaku sangat menikmati perkuliahan yang dijalaninya. Beberapa tips yang bisa dibagikannya kepada mahasiswa-mahasiswa yang ada di Sulawesi Tenggara (Sultra) khususnya agar bisa memperoleh kesempatan yang sama ialah rajin membaca, mengembangkan jiwa kepemimpinan, terus berusaha, dan yang pastinya terus berdoa.
*Tentang Ugrad
Global Undergraduate Exchange Program atau lebih dikenal dengan singkatan Global Ugrad adalah sebuah beasiswa exchange prestisius bagi mahasiswa S1 ke Amerika Serikat. Global Ugrad bukan beasiswa kursus bahasa Inggris, tapi lebih ke mendapatkan pengalaman untuk belajar di berbagai universitas terkemuka di Amerika Serikat selama satu atau dua semester.
Global Ugrad adalah program dari US Department of State sebagai sponsor utama dan dikelola oleh World Learning (WL) di Washington DC yang mengurus segala keperluan mahasiswa di Amerika Mulai dari uang saku, biaya asrama, uang bulanan, hingga uang buku.
Sebelum terpilih ke Amerika, setiap applicant diatur oleh US Embassy di negara masing-masing atau oleh institusi yang mengatur beasiswa fulbright di beberapa negara seperti di Indonesia yang dikelola oleh Aminef (American-Indonesian Exchange Foundation).
Beasiswa ini bukan hanya untuk Indonesia saja tapi untuk 22 negara lainnya yang tersebar dari Asia Pasifik sampai Amerika Latin. World Learning mengelola ugraders (sebutan penerima ugrad) dari East Asia dan Pacific seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Kamboja, South Korea, China, Burma, dan lain-lain. (A/SF)