ZONASULTRA.COM,BAUBAU – Pilu nian nasib dua perempuan di Kelurahan Kampeonaho Kota Baubau Sulawesi Tenggara. Kemiskinan membawa hidup keduanya dalam cerita duka. Kedua ibu dan anak ini menjalani hidup yang getir di usia senja mereka.
Adalah Wa Halima, perempuan renta yang hidup bersama anaknya Wa Jiha di gubuk. Tak ada barang berharga di gubuk tua Wa Halima hanya sejumlah perkakas rumah tangga yang sudah usang dan lapuk.
Wanita kelahiran 1948 ini hampir tak pernah berkomunikasi dengan orang lain. Ia lebih banyak diam dan menyendiri. Ditengah kerentaanya nenek Wa Halima juga harus mengurus putrinya Wa Jiha yang juga sudah tua dan menderita lumpuh.
Untuk bertahan hidup sehari-hari, keduanya mengandalkan belas kasih para tetangga yang peduli pada mereka yang datang menjenguk. Para tetangga memberikan makanan dan minuman ala kadarnya untuk membantu mememuhi kebutuhan pangan mereka.
Tak ada uang, tak ada beras, ataupun makanan lainnya yang terlihat di gubuk kayu yang gelap tanpa lampu ini. Kesengsarahan, kesedihan melingkupi keseharian mereka.
Kisah pilu Wa Halima berawal dari duka karena ditinggal mati sang suami. Sejak ditinggal menjanda untuk kedua kalinya pada tahun 2004 itu, hidup nenek ini mulai kehilangan ruh. Semuanya terasa tawar tak ada tawa dan kebahagian. Hidup Wa Halima suram tak kuat menahan beban kehilangan suami tercinta.
(Baca Juga : Kisah Tukang Gigi Puluhan Tahun Berjalan Kaki Tawarkan Jasa)
Kejadian inilah yang membuat nenek Wa Halima mulai sakit hingga akhirnya ia pun depresi. Kadang nenek Wa Halima berperilaku normal dan bisa berinteraksi dengan para tetangga, namun kerap kali juga, dia tidak bersikap laiknya orang normal. Ia sering berteriak dan sesekali mengamuk.
“Hari ini kalian termasuk beruntung. Biasanya Wa Halima ini sering mengamuk. Lihat saja atap rumahnya, selain rusak karena kelapa, ini juga rusak akibat ditusuk-tusuk menggunakan kayu oleh dirinya sendiri. Bukan hanya itu, balon lampu penerangan saja yang sengaja dibuatkan bahkan sengaja ia pecahkan,” ungkap Zahmin salah satu tentangga Wa Halima.
Tak jauh berbeda dengan nenek Wa Halima, kisah Wa Jiha juga sama pilunya. Perempuan ini juga menjalani hari-hari yang memilukan. Ia hanya bisa duduk diam di dalam rumah dan tidak bisa mengenali siapa-siapa karena menderita lumpuh sejak kecil.
(Baca Juga : Kisah Riswia, Besarkan 5 Anak Tanpa Suami, 2 Diantaranya Jadi PNS)
“Sejak kecil Wa Jiha cacat. Dia tak bisa berdiri, kesehariannya hanya duduk saja. Matanya juga dikena penyakit mata kucing, seluruhnya putih seperti mata kucing,” sambung Zahmin.
Ditengah kegetiran hidup yang dialami ibu dan anak diperparah dengan tak adanya bantuan dari pemerintah untuk keduanya. Hal itu disebabkan keduanya menjadi korban politik di tahun 2007. Keduanya dihapus dari daftar pilih karena dianggap gila.
Penghapusan nama dari daftar pilih ternyata berimbas pada bantuan sosial yang selama ini mereka peroleh. Bayangkan selama 11 tahun tak satupun bantuan sosial dari pemerintah setempat yang ia dapat.
Lurah Kampeonaho, La Ode Zainuddin mengakui hal itu. Saat disambangi di kediamannya, Zainuddin mengaku bantuan sosial kedua nenek ini sejak 11 tahun lalu dialihkan ke orang lain.
“Bantuannya sudah terhapus. Dulu sempat ada. Ini akibat seluruh identitasnya tidak terdaftar lagi di kelurahan maupun Kantor Catatan Sipil Kota Baubau,” tegasnya.
(Baca Juga : Wa Ati, Perempuan Tangguh dari Kabupaten Muna)
Kondisi nenek Wa Halima dan Wa Hija membuat sejumlah tetangga bersimpatik dan mendaftarkan keduanya sebagai penerima bantuan sosil. Ditahun 2018 ini Kementerian Sosial melalui Dinas Sosial Kota Baubau memberikan bantuan uang non tunai.
“Bantuan ini pertama kali diterima Wa Halima dan Wa Hija. Nilainya sebesar dua Juta pertahun. Pencairannya pun dibagi empat tahap, pertahapnya Rp 500 ribu,” singkat Kadis Sosial Kota Baubau, Laode Zulkifli saat ditemui usai pemberian bantuan. (A/cr3)