Kisah Tukang Gigi Puluhan Tahun Berjalan Kaki Tawarkan Jasa

898
Kisah Tukang Gigi Puluhan Tahun Berjalan Kaki Tawarkan Jasa
TUKANG GIGI - Di usianya yang sudah renta, Daeng Majeppu (80), warga Desa Kondara Kecamatan Pakue, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) berjalan kaki menuju pintu rumah kemudian membuka ruangan tempatnya melakukan aktifitasnya sebagai tukang gigi. (Rusman/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, LASUSUA – Di usianya yang sudah renta, Daeng Majeppu (80), warga Desa Kondara Kecamatan Pakue, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) berjalan kaki menuju pintu rumah kemudian membuka ruangan tempatnya melakukan aktifitasnya sebagai tukang gigi.

Lokasi prakteknya hanya berukuran 2×3 meter yang dibuat di teras depan rumahnya sambil menikmati kopinya. Setiap hari menjalani aktivitasnya menunggu pasien yang datang untuk mencabut dan memasang gigi palsu.

“Dulu saya berjalan kaki dari kampung ke kampung lain yang jaraknya puluhan kilometer untuk untuk menawarkan jasa cabut gigi dan pembuatan gigi palsu,” tutur Majeppu kepada Awak Zonasultra.com, Sabtu (24/2/2018).

Meski usianya tak muda lagi, tetapi kemampuannya tidak diragukan. Meski matanya mulai rabun, namun bantuan kaca mata tebal masih mampu membantu penglihatannya. Dengan kemampuan tersebut telah membesarkan delapan anak perempuannya, empat di antaranya kini berkeluarga dan punya rumah sendiri di luar Kolaka Utara.

Baca Juga : Bahtiar Zaadi, dari Kondektur Mobil, Satpam Hingga Jadi Deputi BI Sultra

Ia menceritakan, kemampuan itu dipelajarinya secara otodidak dari kakaknya saat berusia 17 tahun. Setiap hari Majjepu tetap menjalani aktivitas yang telah dilakukannya sejak muda, berbekal kemampuan di saat itulah mulai merantau dengan berjalan kaki dari rumah ke rumah menawarkan jasanya mencari nafkah yang dimulainya dari kabupaten Bone (Sulsel) sampai kediamannya saat ini.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

“Saya merantau bisanya sampai dua tahun tinggalkan rumah baru kembali, dari delapan anak saya tidak ada yang saya lihat lahir selalunya saya tinggalkan. Kadang saya mau pulang tapi belum cukup ongkos dan terkendala, karena tidak ada kendaraan saat itu hanya jalan kaki,” kata Majeppu dengan nada sedih sembari mengingat masa lalunya.

Kisah Tukang Gigi Puluhan Tahun Berjalan Kaki Tawarkan JasaTahun 1991, Daeng Majeppu menginjakkan kakinya di Sulawesi Tenggara (Sultra), dan kini tinggal bersama istri dan ketiga anaknya serumah. Satu anaknya lagi tengah melanjutkan studinya di kabupaten Bone.

Ia menceritakan, keinginannya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, harus dibayar mahal dengan hilangnya waktu bersama keluarganya dengan mencari peruntungan di kota lain. Namun dirinya kini bersyukur bisa berkumpul bersama keluarganya di sisa hidupnya yang semakin senja.

“Saya bersyukur masih diberi kesehatan sampai saat ini, tapi ada penyesalan juga dulu jarang di rumah. Jadi setiap pulang paling cepat enam bulan anak saya tidak terasa pertumbuhannya setiap kali pulang,” ujarnya.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

Daeng Majeppu membuka rahasianya hingga masih terlihat bugar, dan mampu berjalan dengan tegap karena setiap mandi ia membersihkan sela jari-jari kedua kakinya dengan cara begitu menghargai anggota tubuhnya yang sangat penting,

“Banyak orang selalu lupa membersihkan jari-jari kakinya, tapi saya selalu bersihkan setiap mandi kerena itu yang membawa kita mana kita mau,” tutur Majeppu.

Di usianya tak lagi muda, dirinya tak ingin lagi terpisahkan dari keluarganya. Ia berharap menjadi pahlawan dan sosok yang akan menjadi teladan bagi anak-anaknya. Satu hal yang diinginkannya adalah bagaimana di akhir hayatnya dikebumikan di kampung halamannya.

Baca Juga : Kisah Imbulu, Nelayan Tanpa Kaki dan Tangan yang Berjuang Menghidupi Keluarga

Majjepu terlihat sedih, pasalnya keahlian yang dimilikinya itu tidak ada yang mewarisi.

“Saya sudah pesan anakku, kalau saya sudah tidak ada saya mau kembali ke bone,” tambahnya.

Kini aktifitasnya terus berlanjut, menunggu adanya pesanan yang datang karena keahliannya masih diandalkan. Meski demikian, Majjepu terus berharap masih mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya atas kepercayaan orang atas jasanya, kendati pendapatannya tiap bulan tak tentu lagi. (B)

 


Reporter : Rusman
Editor : Kiki

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini