Mengenali Rubella dan Vaksin MR

Dosen Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari Adryan Fristiohady Lubis
Adryan Fristiohady Lubis

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Pemberian vaksin Measles Rubella (MR) kepada anak usia 9 bulan hingga 15 tahun masih menjadi polemik. Ini berkaitan dengan belum adanya kejelasan terkait labelisasi halal vaksin tersebut dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Sejumlah pemerintah daerah pun mengambil langkah untuk menghentikan sementara proses vaksinasi yang gencar dilakukan di sekolah-sekolah sampai ada kejelasan mengenai halalnya vaksin tersebut.

Namun dibalik polemik tersebut, sebaiknya kita mengetahui apa itu rubella dan vaksin MR.

Rubella diisolasi pertama kali dari kultur sel pada tahun 1962. Virus rubella termasuk family Togaviridae dan merupakan satu-satunya anggota genus Rubivirus.

Virus ini dapat menyebabkan penyakit rubella atau yang dikenal dengan nama “campak Jerman”. Disebut campak Jerman karena rubella pertama kali dikategorikan sebagai penyakit pada tahun 1814 di Jerman dengan ruam yang terlihat mirip seperti campak.

Dosen Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari Adryan Fristiohady Lubis mengatakan, masa inkubasi dari virus ini setelah terpapar adalah 12 – 23 hari dengan rata-rata selama 14 hari.

(Baca Juga : Pj Gubernur Sultra Pastikan Pemberian Imunisasi MR pada Siswa Ditunda)

Menurutnya, rubella merupakan penyakit menular di mana kebanyakan orang yang terpapar virus ini biasanya menderita penyakit ringan yang ditandai dengan gejala-gejala seperti: anak yang terinfeksi rubella biasanya terjadi ruam, yang dimulai pada wajah dan berlanjut ke bagian bawah tubuh; demam; kelenjar bengkak di leher atau di belakang telinga; gangguan saluran pernafasan bagian atas.

Kemudian pada wanita dewasa sering terjadi rasa kaku dan sakit di jari, pergelangan tangan, dan persendian, yang mungkin berlangsung hingga satu bulan; kejang-kejang; radang otak, dan penurunan jumlah trombosit.

Seberapa seriuskah rubella?

Menurut Adryan, perhatian utama infeksi virus rubella adalah efeknya pada wanita hamil. Komplikasi paling serius dari infeksi rubella adalah sindrom rubella kongenital (CRS), yang terjadi ketika virus rubella menginfeksi janin yang sedang berkembang.

Sebanyak 85 persen bayi yang terinfeksi selama trimester pertama kehamilan akan lahir dengan beberapa jenis kelahiran cacat, termasuk tuli, cacat mata, cacat jantung, dan keterbelakangan mental.

(Baca Juga : Belum Dapat Label Halal, MUI Sultra Minta Vaksinasi MR Dihentikan Sementara)

Infeksi di awal kehamilan kurang dari 12 minggu kehamilan adalah yang terbanyak berbahaya; cacat jarang terjadi ketika infeksi terjadi setelah 20 minggu kehamilan. Selain itu, Encephalitis (infeksi otak) dilaporkan terjadi pada satu dari 6.000 kasus, biasanya pada orang dewasa.

Bagaimana mengobati dan mencegah rubella?

Anggota Ikatan Apoteker Indonesia ini menjelaskan, saat ini pengobatan rubella dikhususkan pada terapi untuk menghilangkan gejala-gejala yang ditimbulkan, namun rubella dapat dicegah dengan pemberian vaksin.

Vaksin MR merupakan vaksin yang direkomendasikan oleh World Helath Organization (WHO) dengan tujuan agar tubuh dilindungi dari penyakit campak dan rubella. Khusus untuk anak, pemberian vaksin MR akan membantu melindungi dari paparan rubella di masa depan.

Laksanakan Imunsasi MR di SD 5 Baruga, 1 Siswa Menolak Diimunisasi
IMUNISASI MR – Pelaksanaan imunisasi Measles Rubella (MR) terus dilaksanakan di Kota Kendari oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat. Dihari keenam, Senin (6/8/2018) pelaksanaan imunisasi MR Dinkes melalui Puskesmas Wuawua melaksanakan imunisasi di SD 5 Baruga, hasilnya dari 60 orang siswa yang diberikan imunisasi MR satu orang siswa menolak divaksin. (M Rasman Saputra/ZONASULTRA.COM)

Vaksin rubella tersedia dalam bentuk monovalent maupun kombinasi dengan vaksin virus yang lain misalnya dengan campak (Measles Rubella/MR) atau dengan campak dan parotitis (Measles Mumps Rubella/MMR).

Semua vaksin rubella dapat menimbulkan serokonversi sebesar 95 persen atau lebih setelah pemberian satu dosis vaksin dan efikasi vaksin diperkirakan sekitar 90-100 persen.

Setiap dosis Vaksin MR mengandung 1000 CCID50 virus campak dan 1000 CCID50 virus rubella. Vaksin MR dilaporkan aman dan efektif, terlepas dari berbagai kontroversi yang menghubungkan vaksin MR dan autisme.

Apa efek samping vaksin MR?

Demam adalah efek samping yang paling umum terjadi. Sekitar 5 hingga 15 persen dari penerima vaksin mengalami demam setelah vaksinasi. Sekitar 5 persen orang mengalami ruam ringan, demam dan ruam biasanya terjadi 7 hingga 12 hari setelah vaksinasi.

Nyeri sendi dilaporkan terjadi pada wanita setelah mendapatkan vaksin MR. Vaksin MR juga dilaporkan menyebabkan trombositopenia (jumlah trombosit yang rendah) terjadi pada 1 kasus dari 30.000 hingga 40.000 orang yang divaksinasi. Efek samping hampir selalu bersifat sementara dan tidak mengancam jiwa.

Apakah vaksin MR dapat menyebabkan autisme?

Tidak ada bukti ilmiah bahwa vaksin campak, vaksin MR, atau vaksi lainnya dapat menyebabkan atau meningkatkan risiko terjadinya autisme. Beberapa kasus terjadinya di Amerika di mana beberapa anak yang baru saja mendapatkan vaksin MR mengalami penurunan dalam berkomunikasi dan terjadinya perubahan perilaku.

Kedua gejala ini diasosiasikan dengan penyakit autisme. Austisme sendiri merupakan sindrom yang menyebabkan gangguan perkembangan yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi, perilaku anak dan hubungan sosial.

“Hingga saat ini berbagai riset mengenai hubungan signifikan antara vaksin MR dan autisme terus dikembangkan,” ungkap Adryan Fristiohady kepada zonasultra, Rabu (8/8/2018).

Olehnya dengan munculnya berbagai macam kontroversi mengenai vaksin MR diharapkan peran dari orang tua untuk aktif bertanya dan mencari sumber informasi akurat dan terbaru mengenai vaksin MR. Vaksinasi merupakan hal yang sangat penting untuk dapat melindungi tubuh anak dari beragam virus yang dapat menyebabkan penyakit. (A)

 


Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini