ZONASULTRA.COM, KENDARI – Sudah lebih dari tujuh bulan Indonesia terpasung pandemi Covid-19. Sebanyak 14.146 nyawa melayang, sekitar 6,4 juta orang kehilangan pendapatan dan pekerjaan, ekonomi merosot, sejumlah sektor perekonomian pun nyaris lumpuh.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah. Bahkan penerapan new normal atau kenormalan baru yang kini tengah berjalan, seakan belum memberikan angin segar bagi masyarakat.
Di tengah ketidakpastian itu, masyarakat dipaksa tetap merawat harapan untuk bisa bertahan di situasi sulit ini. Asa pun harus tetap tumbuh, pilihannya hanya bangkit dan terus melawan Covid-19.
Seperti yang dilakukan oleh sejumlah pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), yang tak pantang aral untuk tetap mengais pundi-pundi rupiah di tengah situasi ekonomi yang sulit.
Tidak hanya mampu menghidupi diri sendiri, tetapi usaha dari mereka juga berhasil menyelamatkan mata pencahariaan beberapa orang di Kendari.
Salah satu kisah inspirasi itu datang dari Helson Mandala Putra. Pria asal Kendari yang kini genap berusia 27 tahun itu merupakan founder dari Bikania.com. Sebuah rumah produksi manufaktur furniture yang kini tengah berkembang di Kendari.
Meski sempat mengalami pasang surut penjualan, bahkan hingga nyaris kehilangan pembeli. Namun, asa Helson untuk tetap berkarya dan produktif di tengah pandemi Covid-19 tidak pantang aral.
Helson bercerita, usaha kecilnya itu telah berjalan sejak tahun 2018 awal. Berawal dari ide sederhana bersama salah seorang rekannya, Helson mulai membangun rumah produksi manufaktur furniturnya.
“Awalnya, kita memulai dari teras rumah lalu pindah ke garasi, kemudian membangun tempat sendiri berupa pondok-pondok kecil hingga akhirnya bisa mendapatkan tempat untuk produksi,” cerita Helson, saat ditemui di work shopnya, Rabu (4/11/2020).
Di awal kemunculan pandemi, Helson mengaku sempat khawatir dengan nasib usahanya yang baru saja akan berkembang. Terlebih, usahanya itu sedang gencar-gencarnya promosi dan membuat pameran kecil dari satu taman kota ke taman kota lainnya di Kendari.
Hingga akhirnya, Maret 2020, pameran karya tangannya itu terpaksa dihentikan lantaran pandemi Covid-19 yang mulai melanda Kota Kendari. Ia kehilangan akal, resah, takut, semua hasil karyanya tak lagi dapat dipasarkan.
“Bingung, apalagi kemarin awal-awal kita sudah buat banyak stok berbagai kerajinan tangan. Tapi yang laku hanya satu atau dua saja, awal pandemi membuat saya dan kawan-kawan terpuruk. Kehabisan ide untuk promosi dan berkarya,” sambungnya.
Di bikania.com, Helson yang dibantu dua orang rekannya awalnya hanya membuat produk rumahan berupa Wodprint Transfer Foto atau cetak foto di atas permukaan tripleks yang dibingkai. Dalam sehari, produk bikania.com hanya bisa laku sekitar dua hingga tiga buah dengan dibandrol harga Rp60 ribu hingga Rp70 ribu.
“Kita coba bertahan tiga bulan awal, sampai gonta ganti formula biar produk kita bisa laku. Tapi lagi-lagi, kesulitan selalu kita temui,” lanjutnya.
Asa dan Perlawan Terhadap Pandemi
Berbulan-bulan, Helson berupaya mencari ide baru dan terus mengembangkan kreatifitasnya. Ia tak dapat terus-terusan berkutat dengan satu karya yang kurang diminati.
Ia kemudian rutin berdiskusi dengan kawannya, La Ode Awal (27) yang juga bersama-sama dengannya membangun bikania.com. Di tengah situasi kritis tersebut, mereka kemudian akhirnya dipaksa untuk mengubah arah usaha dan cara promosi demi mendapatkan pelanggan.
April 2020, Helson dan Awal akhirnya memutuskan untuk melebarkan sayap usahanya di bidang manufaktur furniture. Mereka tidak hanya membuat furniture yang telah banyak di pasaran, tetapi mereka memberikan pelayanan maksimal dengan membuat furniture custom yang membebaskan pembeli untuk memilih furniture sesuai dengan keinginan masing-masing.
Mereka juga mulai mempromosikan produk-produknya melalui akun media sosial (medsos) baik Instagram, Facebook hingga membuat website resmi.
Hari berlalu, nasib baik mulai didapati Helson. Mulai dari satu pemesan, terus bertambah dan kian hari kian meningkat. Berbagai ragam furniture pun telah dibuatnya, sejumlah pelanggan tetap pun didapati. Bahkan, berkat kegigihan itu bikania.com, menjadi supplier (pemasok) bagi pelaku UMKM di Kendari.
“Ada banyak UMKM di Kendari yang berjualan furniture yang mengambil dari kita, yang kemudian mereka menjual kembali. Jadi selain kami pasarkan sendiri, kita juga jadi supplier,” beber Helson.
Helson kemudian mulai merekrut beberapa karyawan tambahan. Sebab, merasa optimis usahanya akan terus berkembang. Setiap harinya produksi terus berjalan, ragam produk mulai dari meja custom, rak buku, kursi, meja, ayunan hingga furniture minimalis lainnya.
Pertengahan 2020, pandemi Covid-19 makin mengkhawatirkan. Banyak sektor usaha dan industri terpaksa harus tutup dan memberhentikan sementara karyawannya. Di Kendari, puluhan hotel, industri dan tempat usaha lainnya, juga terkena dampak pandemi. Sekitar 3.265 orang kehilangan pekerjaan, lantaran harus dirumahkan hingga di-PHK akibat pandemi Covid-19.
Situasi sulit itu juga rupanya dihadapi Helson, sejumlah toko juga terpaksa mengurangi bahkan menyetop pesanan furniture miliknya. Penjualan kian lesu, padahal stok furniture ragam rupa telah dibuatnya.
“Mau bagaimana lagi, karena mereka juga kesulitan. Pembeli sangat sepi, kita juga bingung furniture yang sudah kita buat dalam jumlah banyak ini mau dikemanakan. Tapi lagi-lagi kita optimis, bisa keluar dari situasi sulit ini,” tegasnya.
Helson pun akhirnya mulai kembali fokus pada promosi medsos, satu per satu medsosnya ia jajal. Ia akhirnya sadar, bahwa promosi di medsos sangatlah menjanjikan. Terbukti beberapa pembeli itu datangnya dari medsos Instagram.
“Dari situ akhirnya kita mulai lagi genjot promosi di Instagram, dan alhamdulillah ternyata memang pembeli kita kebanyakan dari medsos. Karena di zaman digital seperti sekarang, orang-orang memang lebih suka belanja online,” ujarnya.
Pandemi dan Nasib Baik Usaha
Kini, bikania.com telah berkembang pesat. Berawal dari ide rumahan dan hanya dikerjakan oleh Helson dan satu orang rekannya, usahanya itu telah menemui titik terang. Hingga saat ini, ia telah memiliki 10 orang karyawan serta dua orang rekannya yang membantunya dalam pengembangan usaha tersebut.
Mereka dibagi menjadi empat tim atau divisi. Khusus divisi admin dan promis, Helson memercayakannya kepada dua orang pekerjanya yang perempuan, sedangkan untuk produksi ia membaginya menjadi tiga divisi.
“Jadi ada khusus hendel perakitan dan orderan kayu, ada untuk bingkai dan ada finishing dan ada juga untuk admin dan bagian pelasan. Kita saling berbagi tugas, dan setiap harinya setelah bekerja kita selalu diskusi untuk kembangkan ide baru,” ucap Helson dengan sedikit tersenyum lega.
Optimisme Helson tidak hanya berdampak pada majunya usaha yang ia bangun. Tetapi juga memberikan kesempatan bagi anak-anak muda di Kendari untuk ikut berkarya bersamanya. Seluruh karyawannya pun rata-rata merupakan anak muda usia 20 tahunan. Mereka kebanyakan lulusan sekolah kejuruan (STM) di Kendari.
Dengan hasil kerja kerasnya, Helson kini bisa meraup keuntungan hingga Rp30 juta per bulannya. Meski begitu, keuntungan itu tidak disalahgunakan oleh Helson. Setiap bulan ia juga rutin membeli ragam alat baru untuk keperluan usaha.
“Uangnya kita putar-putar lagi jadi modal, kalau ada ide baru kita buat lagi. Apalagi kami yang ada di sini semuanya anak muda dengan semangat membara, jadi kita optimalkan ide-ide yang ada,” ungkapnya.
Dalam sehari, Helson bisa memproduksi sekitar 10 macam furniture. Meski mayoritas pelanggannya masih berada di dalam Kota Kendari, namun beberapa juga berasal dari luar kota hingga luar provinsi Sultra.
Usahanya pun kini telah berkembang, dengan industri kreatif yang membuat merchandise dan furniture dekorasi berbahan dasar kayu dan besi, dengan keunggulannya, custom desain, sesuai keinginan pemesan. Ia pun terus memperluas mitra dengan bekerja sama dengan toko-toko dekorasi dan kerajinan kayu.
“Kita juga tidak lupa untuk tetap peduli dengan situasi sekitar, dan kita juga setiap hari Jumat kita lakukan lelang produk dengan harga miring, yang hasilnya kita sumbangkan untuk orang yang membutuhkan. Karena buat kita, saat ini berbagi adalah hal yang wajib situasi sedang sulit, salah satu bentuk usaha dalam membantu pemerintah yang seperti ini,” tuturnya.
Ia berharap, UMKM di Kendari bisa tetap survive di masa pandemi saat ini, sebagai upaya mendorong perekonomian khususnya di daerah. Ia juga meminta dukungan dari semua pihak, untuk bersama-sama mendukung produk UMKM lokal.
“Tapi tidak akan bisa bergerak cepat bila tak didukung oleh masyarakatnya sendiri, maka kami harap masyarakat bisa lebih menghargai produk karya UMKM lokal. Membeli berarti memajukan negara,” tutupnya.
Perlawan UMKM Terhadap Pandemi dan Optimisme Pulihkan Ekonomi
Meski usahanya terus berkembang, namun Helson tak pernah lupa untuk tetap menerapkan protokol kesehatan (Prokes) Covid-19 di lingkungan kerjanya. Ia mewajibkan para karyawannya untuk tetap menerapkan pesan ibu yakni 3M, memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19.
“Kita sediakan hand sanitizer, air dan sabun untuk cuci tangan. Kalau masker tentu wajib, karena walau tidak sedang pandemi, masker adalah peralatan yang wajib. Kalau ada karyawan yang sakit kita selalu ajak untuk periksa ke dokter dan istirahat yang cukup, kesehatan lebih penting dari segalanya,” kata Helson.
Tidak hanya Helson, perlawanan UMKM terhadap pandemi Covid-19 di Kendari juga dilakukan sejumlah pelaku usaha lainnya. Seperti yang dilakukan oleh Suwarjono pemilik kedai Kopi K1.9 dan Yayat pemilik Barbershop di Kendari.
Memulai usahanya sejak empat bulan lalu, Suwarjono optimis bisa membantu memulihkan ekonomi daerah. Menurutnya, UMKM lokal juga harus mengambil peran dalam membantu pemerintah dalam mendongkrak ekonomi yang tengah lesu akibat pandemi.
“Awalnya sih takut-takut, karena kita harus taat dengan pemerintah. Dengan pemberlakuaan PSSB, tapi setelah pemberlakuan new normal kami akhirnya memberanikan diri untuk membuka usaha. Kami ingin masyarakat melihat, UMKM bisa bergerak walau pun kami terdampak,” ucap pria yang akrab disapa Jojon.
Agar tetap terhindar dari penyebaran Covid-19, Suwarjono pun menerapkan prokes secara ketat bagi seluruh pelanggannya. Dengan menerapkan cek suhu tubuh dan jaga jarak bagi setiap pelanggan, juga mewajibkan pelanggan untuk menggunakan masker dan mencuci tangan.
“Semua wajib patuhi prokes, tidak hanya pelanggan. Tapi pegawai kami juga harus patuhi itu. Karena kami ingin menyediakan tempat ngopi yang tetap bisa menjaga penyebaran Covid-19,” ungkapnya.
Warkop K1.9 sendiri berdiri, pada Juli 2020. Jojon mengaku, dinamai Warkop K1.9 untuk mengingatkan dirinya, bila usaha miliknya itu didirikan di masa pandemi Covid-19.
“Kenapa dinamai Warkop K1.9, karena untuk mengingatkan bahwa warkop ini berdiri di masa pandemi. Dan memang warkop ini ada baru sekitar empat bulan,” sambungnya.
Sementara itu, Yayat pemilik barbershop di Kendari, tidak hanya mewajibkan pelanggannya untuk patuh terhadap prokes. Ia bahkan melengkapi dirinya dengan alat pelindung diri (APD), setiap kali mencukur pelanggannya.
Aksi itu dilakukan Yayat sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Kendari. Selain itu, hal itu juga demi menjaga usahanya agar tetap produktif meski di masa pandemi saat ini.
“Pakai APD karena kita wajib mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap taat terhadap Prokes. Walau pun kadang kepanasan, sumpek, tapi kita tetap senang, karena kita tetap bisa merasa aman dan pelanggan juga merasa nyaman,” ujarnya.
Peran Pemerintah
Selasa, 3 November 2020, Bank Indonesia (BI) bekerjasama dengan pemerintah terus berupaya mendorong terciptanya UMKM untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional.
Salah satunya, dengan menyediakan platform pemasaran digital melalui website ayomibeli.com, yang berisi berbagai produk UMKM lokal Sultra.
Kepala Perwakilan BI Provinsi Sultra, Suharman Tabrani mengaku, dengan memanfaatkan teknologi digital mulai dari proses pembiayaan, pemasaran hingga pembayaran, diharapkan dapat membantu pelaku UMKM dalam membangun usaha.
Terlebih, di tengah situasi pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini, dapat menjadi momentum bagi UMKM lokal Sultra untuk mengakselerasi penggunaan digital dalam bisnis.
“Khususnya optimalisasi pemasaran digital melalui platform e-commerce, dalam upaya optimalisasi pemasaran digital tersebut, BI Sultra bersama pemerintah daerah melakukan pengembangan platform pemasaran digital yakni ayomibeli.com yang berisi berbagai produk unggulan UMKM lokal Sultra,” katanya.
Platform ayomibeli.com diharapkan dapat menjadi salah satu yang mempercepat upaya mendorong UMKM menjadi kekuatan baru dalam perekenomian daerah dan nasional.
Suharman mengajak masyarakat untuk menggunakan platform ayomibeli.com membantu meningkatkan kesejahteraan UMKM lokal Sultra. Ke depan, BI Sultra akan selalu berkomitmen untuk terus mengembangkan UMKM agar dapat menjadi tulang punggung perekonomian daerah dan nasional, serta bersinergi dengan berbagai instansi dan lembaga.
“Platform e-commerce ayomibeli.com direncanakan akan dilaunching pada kegiatan Ayomibeli Digital Festival pada 7 – 8 November 2020. Mari meramaikan acara Ayomibeli Digital Festival pada akhir pekan nanti,” tambahnya.
Untuk diketahui, upaya pemerintah dalam menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi nasional dilakukan dengan meluncurkan instrumen kebijakan berupa program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menerbitkan Peraturan pemerintah (PP) nomor 23 tahun 2020 tentang pelaksanaan program pemulihan ekonomi nasional, dalam rangka mendukung kebijakan keuangan negara untuk penanganan pandemi Covid-19, dan menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional, stabilitas sistem keuangan serta penyelamatan ekonomi nasional.
PP ini bertujuan untuk menyelamatkan usaha rakyat yang terkena dampak pandemi Covid-19, juga mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan usaha rakyat, agar tetap bertahan di masa sulit dan menghindari terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK).
Ada sejumlah pilihan bantuan yang disediakan pemerintah lewat PEN. Pertama, lewat Penyertaan Modal Negara (PMN) pada BUMN yang ditunjuk untuk meningkatkan kapasitas perusahaan, atau melaksanakan penugasan khusus dari pemerintah.
Kedua, melalui penempatan dana pemerintah untuk memberikan dukungan likuiditas perbankan yang berkategori sehat dan tergolong 15 bank beraset terbesar, untuk melakukan restrukturisasi kredit atau tambahan kredit modal kerja.
Ketiga melalui investasi dan atau penjaminan Pemerintah melalui badan usaha yang ditunjuk berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Sumber pendanaan PEN diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta sumber lainnya sesuai perundang-undangan.
Dalam pelaksanaannya, PEN diawasi dan dievaluasi oleh Menteri Keuangan bersama BPK dan BPKP untuk memastikan program ini dimanfaatkan sesuai tujuan pemulihan ekonomi nasional. (*)