Pengakuan Ibu Bayi Kembar, Dipaksa Menggugurkan hingga Menduga Anaknya Dikubur Masih Bernyawa

Polisi Bongkar Makam Bayi Kembar di Muna Barat
PEMBONGKARAN MAKAM - Kepolisian Sektor (Polsek) Tiworo Tengah bersama Tim Indonesia Automatic Fingerprint System (Inafis) Polres Muna membongkar makam bayi kembar hasil hubungan gelap (di luar nikah) di Desa Wanseriwu, Kecamatan Tiworo Tengah, Mubar, Minggu (11/6/2023) sekitar pukul 17.20 Wita. (Kasman/ZONASULTRA.ID).

ZONASULTRA.ID, LAWORO – Seorang ibu inisial FT (39) ingin membesarkan kedua buah hatinya meski hasil hubungan gelap. Namun selingkuhannya TRD yang tak lain dari ayah kedua bayi kembar diduga mengubur kedua bayi itu hidup-hidup di kebun belakang rumahnya di Desa Wanseriwu, Kecamatan Tiworo Tengah, Kabupaten Muna Barat.

Sang ibu FT ini mengaku sejak dirinya melahirkan kedua bayi kembar itu langsung dipisahkan oleh sang ayah TRD. Ia dipisahkan dari bayinya dengan alasan ingin menutupi aib agar dengan kehadiran bayi mungil ini tidak diketahui oleh masyarakat setempat.

Kata FT, ayah dari bayi kembarnya memberitahunya pasca kedua anaknya lahir akan dititipkan di keluarga ayahnya dan bahkan mau dititipkan di panti asuhan. Untuk menutupi aib tersebut, ia pun mengizinkan TRD membawa kedua bayi mungil kembar ini keluar dari rumahnya di waktu dini hari.

“Waktu saya melahirkan itu sekitar bulan Februari 2023, sekitar pukul 19.00 Wita. Saat itu, saya dibantu oleh istri kepala dusun. Sekitar pukul 04.00 Wita, ayah dari anak ini membawa keluar dari rumah kedua anaknya,” kata FT ditemui di rumah kerabatnya, Selasa (13/6/2023).

FT mengungkapkan TRD ini merupakan teman kerja suaminya dan sering datang di rumahnya. Semenjak suaminya pergi merantau di Kalimantan, ia mulai sering-sering bertemu dan melakukan komunikasi lewat telepon seluler bersama lelaki selingkuhannya ini.

Sekitar bulan Maret 2022 lalu, FT pertama kali ketemu dengan TRD. Sekitar bulan Mei 2022, ia sudah mengetahui kalau dirinya sudah berbadan dua (hamil).

“Pada saat saya hamil ini, saya memberikan kabar sama TRD kalau saya sudah hamil. TRD pun mulai pusing mendengar saya sudah berbadan dua. Saya minta TRD untuk mempertanggungjawabkan hasil hubungan gelap mereka selama ini dengan cara menikahi saya, namun TRD masih berpikir-pikir,” ungkapnya.

Dipaksa Menggugurkan

Karena perutnya semakin hari semakin membesar dan tidak ada kabar dari TRD untuk bertanggung jawab, TF pun pergi mengadu kepada Kepala Desa Wanseriwu, Boby. Namun, pengaduannya tidak direspon oleh kepala desa.

Ia mengadu kepada kepala desa sekitar bulan Agustus 2022, saat itu usia kehamilannya berjalan sekitar tiga bulan. Berulang kali, ia mengadu dan tidak ditanggapi dengan alasan kepala desa takut kepada suaminya yang ada di perantauan.

“Saya bilang sama Pak Desa, kalau urusan suami saya itu adalah tanggung jawab dan nanti saya sampaikan. Ini adalah perbuatan dosa yang saya perbuat sendiri, tetapi kepala desa tidak merespon atau tidak menanggapi aduan saya,” ucapnya.

FT membeberkan, ia pertama bertemu dengan TRD dan Kepala Desa di SP 1 (Desa Wapae) di pinggir jalan di sebuah lorong yang sunyi. Saat itu, kepala desa menyuruh TRD ini untuk ngobrol dengan dirinya, dan kepala desa menunggu di motornya.

TRD pun masih dengan pendirian awalnya bahwa ia akan berpikir dulu. Usai pertemuan itu, FT pulang ke rumah. Keesokan harinya, FT menelpon TRD karena mencurigai dalam perjalanan TRD dan kepala desa berboncengan pasti ada yang dibicarakan.

“TRD ini minta saya untuk menggugurkan janin ini. Saya sempat tanya kembali, apa solusi kepala desa dan TRD menjawab solusinya minta digugurkan. Alasannya mereka, saya itu nekat orangnya dan harus diusahakan gugurkan itu janin,” FT meniru ucapan TRD saat menceritakan kepada dirinya.

“TRD pun memberitahu bahwa dia tidak mempunyai uang kalau untuk membeli obat penggugur kandungan. Sontak, pak desa menjawab kalau masalah uang, ada dirumah,” sambungnya.

Mendengar kabar tersebut dari TRD, FT kemudian ingin memastikan apa yang diceritakan TRD dengan menghubungi kepala desa sat itu. Ia bertanya kepada kepala desa, apa betul yang diucapkan TRD kepada dirinya bahwa ada uang yang ditawarkan uang untuk menggugurkan.

Sempat, ia bertanya uang tersebut ada di mana? Pak desa pun menjawab uang ada di rumahnya. Ia pun berinisiatif untuk pergi mengambil uang itu ke rumah kepala desa, namun ditolak dan diminta untuk pergi ambil uang di rumah Kepala Dusun (Kadus) II berinisal SHR.

“Saya pun pergi ketemu kepala dusun di depan rumahnya, mempertanyakan titipan dari kepala desa. Kemudian, SHR ini pergi ke rumah pak desa mengambil uang dan memberikan kepada saya sebesar Rp500 ribu. Saya ambil uang itu, tapi saya takut untuk gugurkan kandungan saya karena kandungan saya sudah besar. Jadi uang itu saya tidak belikan obat, melainkan saya belikan makanan untuk kesehatan janin,” tuturnya.

“Saya disuruh pergi beli obat di Raha. Umur kandungan saya saat itu sekitar lima atau enam bulanan. Dan saya tidak mau menggugurkan anak ini, sampai saya lahirkan,” tambahnya.

Karena, dirinya tidak mau gugurkan janin yang ada didalam kandungannya, ia pun mulai tidak dihiraukan oleh TRD dan kepala desa.

Melahirkan Bayi Kembar

Seiring waktu berjalan, pada tanggal 7 Februari 2023 lalu sekitar pukul 17.00 wita, ia mencoba menelpon TRD dan menanyakan keberadaannya. TRD pun menjawab dirinya berada di tempat kerjanya tetapi tidak kerja karena sakit perutnya.

Ia pun menyuruh TRD untuk pulang istrahat dan memberitahunya tiba di rumah untuk mandi air panas. Tidak lama, sekitar pukul 17.30 Wita, FT merasakan sakit di perutnya seakan-akan mau buang air besar, sampai dua kali bolak balik ke kamar mandi tapi tidak buang air besar juga.

Namun sekitar, pukul 18.00 Wita ia pun merasa sakit di perutnya. Ia pun menyuruh anak sulungnya berinisial DN untuk pergi mencarikan tukang urut dan saat itu motor di rumahnya sedang dibawa oleh anak keduanya sehingga tidak jadi dipanggilkan tukang urut.

“Di saat saya duduk bersandar di tembok bagian dapurnya, ada keluar tanda bundaran air ketuban. Saya pun bingung mau hubungi siapa, karena kehamilan saya ini tidak ada yang tahu selain, TRD, Pak Desa dan Kadus (SHR) bersama istrinya. Saya sempat telpon TRD tapi nomornya tidak aktif. Terpaksa saya telpon pak desa dan menyampaikan bahwa saya sudah mau melahirkan. Kepala desa pun menanyakan keberadaan dan saya jawab di rumah,” jelasnya.

“Saya sampaikan kepada pak desa, kalau saya sudah ada tanda air ketuban sudah keluar. Kemudian Pak Desa menelpon SHR (kadus). Sekitar 15 menit kemudian usai saya telpon pak desa, SHR dan istrinya muncul di rumah saya. Istri SHR ini langsung pergi melihat saya bersandar di tembok bagian dapur,” tambahnya.

Singkat cerita, FT pun melahirkan seorang bayi dengan selamat. Tidak lama, muncul kepala desa di depan pintu dapur dan melihat bayi yang dilahirkan.

Usai melihat anak yang dilahirkannya, kepala desa pun berpamitan pergi memanggil TRD di rumahnya. Tidak lama, TRD menelpon menggunakan HP kepala desa dan bertanya ke DWH terkait kondisi FT. DWH juga sempat mendengarkan suara bayi yang baru dilahirkan itu. DWH sempat memberitahukan TRD bahwa ari-ari belum keluar.

“Tidak lama TRD berbicara dengan DWH, saya merasakan ada yang keluar. Saya kira ari-ari yang keluar, ternyata yang keluar bayi lagi dan disusul ari-arinya. Jadi anak yang saya lahirkan ini kembar dengan jenis kelamin laki-laki, saya sempat lihat jenis kelamin mereka,” ungkapnya.

“Pas keluar anak kedua ini, saya teriak memanggil DWH yang sementara teleponan dengan TRD. Saya bilang sudah lahir lagi satu, DWH pun bilang kembar pale anakmu. Saya pun bersama DWH mengikat ari-ari menggunakan benang, dan DWH menggunting pakai gunting ari-arinya tersebut,” tambahnya.

Dugaan Bayi Kembar Dikubur Masih Hidup

Sesampainya di rumah FT, TRD menggendong bayi kembar itu lalu membawanya ke dalam kamar. FT pun bersama DWH masuk ke dalam kamar dan melihat TRD membaringkan kedua anak itu di ranjang.

Setelah, di dalam kamar, FT, TRD dan DWH bercerita. Namun, sekitar pukul 23.00 Wita, DWH pamit pulang dan tinggal FT, DWH serta anak sulungnya DN. Tidak lama, TRD minta dibuatkan teh dan anak perempuannya DN ini membuatkan teh dan diminum oleh TRD.

“Usai buatkan teh, anak saya (DN) langsung pergi tidur di kamarnya. Saya pun bercerita dengan TRD ‘anak ini mau dibawa kemana’, dan dia jawab mau dibawa di keluarganya. Saya tanya mau dibawa di keluarga mana, malah dijawab TRD ‘tidak usahlah kamu tahu. Nanti saya habis bawa saya kasih tahu kamu’,” kata FT meniru ucapan TRD.

“Saya juga bilang saya harus tahu karena ini adalah anak saya juga. Kemudian, saya bilang cari tempat yang bagus atau bawa anak ini di panti asuhan. TRD juga menjawab iya dan bilang ‘saya bawa saja di keluargaku karena ada keluarganya yang belum punya keturunan’,” sambungnya.

Kemudian, sekitar pukul 04.00 Wita dini hari, TRD membangunkan dirinya untuk keluar dari rumahnya agar tidak diketahui warga sekitar. Ia pun langsung menggantikan sarung yang dikenakan kedua bayi itu dan membiarkan TRD membawa anak itu.

Ketika TRD mau keluar dari rumah, anaknya DN bangun untuk membuang air kecil dan melihat kedua adiknya dibawa oleh TRD melalui pintu samping bagian belakang.

Berselang, satu minggu kemudian, FT mempertanyakan keberadaan kedua anaknya kepada TRD. Namun dijawabnya ia menitipkan kepada keluarganya, FT pun sontak marah dan TRD berjanji akan mempertemukan dengan bayinya.

“Lama kelamaan, saya juga bosan dijanji dipertemukan. Sekitar satu bulan saya paksa, dan sempat bilang kalau anak itu masih hidup tunjukan di mana dititipkan. Kalau sudah meninggal tunjukan di mana kuburnya. Tiap hari saya pergi ketemu sampai di tempat kerja TRD,” ucapnya.

Nanti sekitar bulan Mei 2023 lalu, ia pun meminta baik-baik dengan bercucuran air mata. Tidak lama, TRD pun bersedia mengantar FT di malam hari, dan langsung ke tempat kuburan kedua anaknya.

“Saya marah kepada TRD, saya bilang pantas kamu sembunyikan sama saya keberadaan kedua anak kembar ini dan larang saya ketemu dengan mereka, padahal kamu sudah kuburkan. Saya sempat tanya TRD, apakah anak ini kamu bunuh atau meninggal sendiri. Namun, TRD tidak menjawab sama sekali atau tinggal diam. Yang pasti waktu TRD bawa keluar anaknya masih bernyawa,” tegasnya.

“Jadi, saya menduga bayi kembar saya ini dikubur masih bernyawa. Karena saya tanya TRD dia tidak menjawab dan hanya diam saja,” ucapnya.

Bantahan Kepala Desa

Sementara itu, Kepala Desa Wanseriwu, Boby menepis isu yang beredar di masyarakat bahwa dirinya ikut terlibat dalam kasus ini. Dia mengetahui FT ini hamil nanti bulan Februari 2023, saat itu FT datang meminta difasilitasi untuk bertemu dengan TRD.

Kata Boby, FT ini minta difasilitasi ketemu TRD saat suaminya sudah berangkat menuju tempat perantauannya di Kalimantan.

“Awalnya, saya tidak tahu bahwa ibu FT ini sedang hamil. Nanti bulan Februari itu, saya tahu pada saat ibu FT minta difasilitasi bertemu dengan TRD. Pertemuannya itu, ibu FT yang tentukan di sebuah lorong di SP 1 (Desa Wapae Jaya), saya berboncengan sama TRD ke sana,” kata Boby.

Saat ditanya usai pertemuan di SP 1 itu, ada solusi yang dikeluarkan Boby kepada TRD untuk memaksa menggugurkan kandungan FT, Boby kembali menepisnya bahwa itu tidak benar. Dia sebagai manusia biasa tidak tega mau menyuruh mereka menggugurkan kandungan.

Terkait pemberian uang Rp500 ribu yang diduga untuk modal menggugurkan, Boby kembali membantahnya. Kata Boby, ia memberikan uang itu sebagai gaji suami ibu FT (KDR) yang sebelumnya menjadi ketua RT dan sepengetahuannya KDR terlilit utang.

“Jadi, bulan Januari lalu saya telpon suami ibu FT (KDR) saya pertanyakan soal jabatan ketua RT di desanya karena sering keluar kampung (merantau). KDR juga bilang minta diganti saja, tapi saya tanya ‘siapa yang ganti kita?’, jadi yang gantikan KDR sebagai ketua RT ada Yukur. Tapi sebelum diganti, KDR meminta gaji bulan Januari karena dia masih kerja. Jadi KDR minta honor bulan Januari itu dan diberikan sama istrinya (FT). Saya juga langsung memberikan honor itu, tapi saya titip sama Kepala Dusun 2 (SHR),” ungkapnya.

Boby menegaskan uang yang diberikan itu bukan untuk modal menggugurkan kandungan tapi ia memberikan karena permintaan dari KDR yang mendesak membayar utang.

Boby mengaku tidak mengetahui hasil rundingan FT dan TRD waktu dipertemukan di SP 1 pada bulan Februari 2023 lalu. Niatnya memberikan uang Rp500 ribu itu hanya untuk menolong keluarga KDR.

Boby mengungkapkan kehamilan ibu FT tidak ada yang sangka. Sebab, FT ini berstatus istri dari KDR dan belum lama ini ia pulang dari merantau.

“Saya tidak sangka ibu FT ini hamil. Karena tanggal 3 Februari 2023 lalu, saya ketemu dia di rumah sakit di Raha. Saya antar mertuaku dirawat di sana, dan FT antar mamanya juga dirawat di sana. Kebetulan kita satu kamar dirawat di RSUD. Jadi, kami tidak yakin FT ini hamil, mungkin ya namanya juga disembunyikan,” bebernya.

Terkait keberadaannya saat FT melahirkan, Boby menjawab dirinya mengetahui FT akan segera melahirkan karena dihubungi oleh FT sendiri sekitar pukul 17.00 Wita. Lanjut dia, FT bilang bahwa dirinya mengalami pendarahan dan kebetulan ada perangkat desa mau gajian, ia pun menyuruh Kepala Dusun 2 dan istrinya untuk pergi menolong FT.

“Tidak lama istri kadus (DWH) kembali menelpon saya memberitahukan kondisi ibu FT. Mendengar itu, saya langsung ke rumah FT sekitar lepas Magrib pukul 20.00 Wita. Saya tiba di rumahnya sudah melahirkan satu anak bayi,” ucapnya.

Saat melihat FT melahirkan bayinya, tambah Boby, istri kadus (DWH) langsung memberitahunya bahwa ari-ari nya belum keluar. Sontak, dirinya ingin memanggilkan bidan atau orang tua dari FT.

“Kita juga di dalam rumah bingung, mau panggil siapa. Saya kembali masuk di dapur dan bilang kita mau panggilkan siapa, karena takutnya ada apa-apa sama FT. Malah FT meminta dipanggilkan TRD. Saya juga pun langsung ke rumah TRD. Tidak lama saya dikasi kabar sama DWH bahwa FT melahirkan lagi satu bayi dan memberitahu kalau TRD sudah tiba di rumah itu,” ungkapnya.

Setelah TRD tiba dirumah ibu FT, kata Boby, sekitar pukul 23.00 Wita, ia bersama SHR dan istrinya DWH pulang ke rumah masing-masing. Mereka pulang saat kedua anak itu sudah dibawa ke dalam kamar.

Ia pun menyaksikan anak bayi itu masih hidup dan sempat menangis. Terkait bayi itu dimakamkan, tambah Boby, ia sudah tidak tahu menahu dengan itu. (A)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini