Penghasilan Nelayan di Kendari Menurun Imbas Kenaikan Harga BBM

Penghasilan Nelayan di Kendari Menurun Imbas Kenaikan Harga BBM
Penghasilan nelayan di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami penurunan imbas keluarnya kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) beberapa waktu lalu.(Ismu/Zonasultra.id)

ZONASULTRA.ID, KENDARI – Penghasilan nelayan di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami penurunan imbas kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).

Salah seorang nelayan, nakhoda Kapal Malpinas, Muliyadi (35), mengatakan, kenaikan tersebut sangat dirasakan oleh para nelayan. Selain susah mendapatkan bahan bakar solar, para nelayan juga mulai mengurangi intensitas turun ke laut, dari yang biasanya dua sampai tiga kali, menjadi sekali saja melaut dalam sebulan.

“Kita beli bahan bakar di sini dibatasi 800 liter satu kali pembelian yang bisa kita gunakan satu kali pemberangkatan sampai pulang. Biasanya kita 16 hari di laut, sekarang sudah berkurang,” ucapnya saat ditemui di kapalnya pada Senin (19/9/2022).

Lanjutnya, akibat pengurangan intensitas melaut, penghasilannya otomatis juga menurun. Biasanya para nelayan bisa mendapatkan dua ton lebih dalam sebulan, kini hanya bisa mendapatkan satu ton tiap bulannya.

Selain itu, harga BBM yang naik tidak dibarengi dengan kenaikan harga ikan di pasaran juga menjadi penyebab penghasilan nelayan menurun. Di pelelangan, dengan tangkapan dua ton ikan, biasanya para nelayan sudah bisa mengumpulkan Rp40 juta yang dibagi dengan seluruh awak kapal per bulannya. Kini hanya bisa sampai di angka Rp20 juta saja.

“Tentu dengan itu kita merugi, harga BBM yang naik, harga ikan tidak naik dan waktu kita di laut agak lama, sekitar 16 hari di laut,” tambahnya.

Nelayan lainnya, Kapten Kapal Rian 06, Andar (35) mengatakan, pihaknya telah jarang turun melaut yang disebabkan oleh sulitnya mendapatkan BBM, dibarengi dengan harga ikan yang murah.

Ia mengaku saat harga ikan mengalami kenaikan, pihaknya bisa mendapatkan penghasilan lebih dari Rp20 juta per tonnya. Namun, karena situasi saat ini ia memperkirakan hanya bisa mendapat penghasilan setengah dari harga tersebut.

“Di SPBU bisa kita dapat harga yang telah ditetapkan untuk solar, yaitu Rp6 ribuan. Tapi biasanya banyak calo yang kita beli di harga Rp11 ribu sampai Rp13 ribu per liternya,” ucapnya.

Ia berharap kepada pemerintah untuk kembali menurunkan harga BBM, sehingga para nelayan kembali rutin beraktivitas di laut untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan kebutuhan masyarakat akan ikan segar, sehingga kerugian tidak banyak dirasakan masyarakat.

Untuk diketahui, para nelayan tersebut menangkap ikan dengan cara memancing di sekitaran perairan Pulau Buruh dengan ikan jenis cakalang, tuna, dan tongkol. (a)


Kontributor: Ismu Samadhani
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini