ZONASULTRA.COM, JAKARTA – Komisi XI DPR RI bersama Bank Indonesia (BI) menggelar sosialisasi “ciri-ciri keaslian mata uang serta peran dan fungsi Bank Indonesia” untuk para petani di Kabupaten Konawe. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat mewaspadai peredaran uang palsu (upal) dengan memahami dan mengenali ciri-ciri uang yang asli.
Anggota Komisi XI DPR RI Amirul Tamim selaku pembicara kunci mengatakan bahwa di berbagai daerah marak kasus terkait dengan upal. Amirul mengatakan, benar yang disampaikan oleh Kepala BI Sulawesi Tenggara (Sultra) Suharman tentang petani yang menjadi sasaran upal para tengkulak.
“Tadi diingatkan oleh pak Suharman, Kepala BI Sultra, ini akan menjadi target-target tengkulak,” ujar Amirul di Balai Desa Matahori, Kecamatan Padangguni Kabupaten Konawe, Selasa (13/8/2019).
Amirul mengungkapkan bahwa, lantaran susah memasarkan hasil panen, biasanya petani akan senang apabila ada orang yang datang membeli. Hal ini akan membuat lengah atau tidak teliti saat bertransaksi dengan uang tunai akan keaslian uangnya.
“Orang akan datang membeli hasil-hasil panen saudara, mungkin sebagian uang asli dan sebagian terselip ada uang-uang palsu. Tidak menutup kemungkinan,” imbuh anggota DPR RI asal Sultra ini.
(Baca Juga : Pemda Konawe Gencar Kampanyekan Ayo Bertani)
Oleh sebab itu masyaraakat perlu diberikan pemahaman bagaimana ciri-ciri dari uang rupiah yang asli.
Pada kesempatan yang sama, pemateri dari BI Sultra, Muh. Ali Rajab menyatakan untuk mengidentifikasi keaslian mata uang rupiah dapat dilakukan dengan cara 3D (dilihat, diraba, diterawang). Dalam mata uang rupiah sendiri terdapat unsur pengaman agar masyarakat bisa mudah mengidentifikasi bahwa uang ini asli serta untuk mempersulit tingkat pemalsuan uang.
“Yang dilihat pertama adalah warna uang, karena warna uang akan terlihat sangat jelas. Selain itu melihat uang harus dari kedua sisi,” kata Rajab.
Dalam mata uang rupiah kertas juga terdapat benang pengaman. Ciri lain uang asli yakni gambar perisai pada mata uang akan berubah warna apabila dilihat dari sudut tertentu atau dimiring-miringkan.
Setelah dilihat kemudian diraba pada angka nominal atau gambar pahlawan. Jika gambar pahlawan atau angka nominal tersebut terasa kasar maka uang itu asli. Selanjutnya, mata uang ditarawang untuk mengidentifikasi uang tersebut asli atau palsu.
“Diterawang. Ada watermark atau tanda air berupa gambar pahlawan yang akan terlihat apabila diterawang dari cahaya,” pungkas Rajab. (B)