ZONASULTRA.COM, WANGI-WANGI – Demi mencari kehidupan yang lebih baik, sebanyak 14 warga Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) merantau ke Taliabo, Maluku Utara untuk memetik cengkeh di sana. Mereka naik Kapal Motor (KM) Fungka Permata V. Namun naas, kapal tersebut mengalami musibah kebakaran di sekitar Pulau Tagong Sagu, Kecamatan Bangkurung, pulau terluar Kabupaten Banggai Laut, Sulawesi Tengah.
Siang itu, Jumat, 14 September 2018, La Siha (38) tengah duduk di dek kapal bagian atas. Tiba-tiba muncul seorang anak yang berteriak ada api. Namun teriakannya tak digubris dan dianggap hanya bercanda. Namun saat muncul asap hitam yang diikuti semburan api, barulah para penumpang kapal itu lari terbirit-birit ke depan kapal.
(Baca Juga : Dua Kali September, Dua Kapal Fungka Permata Didera Petaka)
“Sontak saya juga membawa lari istri saya ke depan, kemudian saya kembali ketempat penyimpanan tas istri saya yang isinya adalah uang yang rencananya untuk kehidupan kami sehari-hari di sana,” cerita La Siha saat ditemui di kediamannya di Desa Komala, Wangi-wangi Selatan, Minggu (23/9/2018).
Tanpa pikir panjang La Siha langsung mendorong istrinya ke laut karena api telah menyebar ke seluruh bagian kapal. Ia pun terjun menyusul istrinya dan berusaha membawa istrinya menjauh dari badan kapal. Ia khawatir tangki minyak kapal akan meledak.
“Jauh dari posisi kapal pelampung saya kenakan kepada istri saya dengan cara terbalik supaya tidak terbuka,” ujarnya.
La Siha dan istrinya memang selamat. Tapi ia harus kehilangan sang kakak, Supiati (65) yang meninggal dalam tragedi tersebut. Untungnya, ia masih bisa menyelamatkan anak dan cucu Supiati.
(Baca Juga : KM Fungka Permata, Berlayar dari Raha, Terbakar di Laut Banggai)
“Dan cucu kakak saya itu termasuk kuat karena ketika dia mulai lemas, saya langsung memberitahu dia bahwa pulau sudah dekat. Dan dia akhirnya kembali semangat lagi. Di benak saya waktu itu berharap agar bantuan cepat datang, kalaupun tidak kami hanya bisa pasrah dan berserah kepada Allah, karena mau melawan arus juga susah,” kenangnya.
Tak berselang lama, muncul katinting milik nelayan yang berhasil ditemui Munawir, sepupu La Siha yang sejak awal kejadian telah berupaya maksimal mencari bantuan dengan berenang sekuat tenaga selama hampir tiga jam. “Kami termasuk korban terakhir yang dievakuasi karena sudah agak malam tiba di pulau,” ujarnya.
Tidak lama tiba di Pulau Sagu, jenazah almarhumah kakaknya ditemukan sudah mengapung. Karena keterbatasan biaya dan sudah sangat mendesak, jenazah Supiati terpaksa dikebumikan di Banggai. Pemerintah setempat pun membiayai mereka pulang sampai Kota Baubau karena sudah tidak memiliki sepeser pun uang untuk pulang ke Wakatobi.
Salah satu korban selamat lainnya asal Desa Wungka, Kecamatan Wangsel, La Aru alias Armin Adimu (19) mengungkapkan musibah itu terjadi pada Jumat, pukul 11.30 waktu setempat. Setelah dua malam satu hari diperjalanan menuju Sofa Taliabo.
Ia menjelaskan awalnya gara-gara mesin pendingin kehabisan air, dan akhirnya mesin panas dan mengakibatkan plastik mesin turbo kapal memanas dan menimbulkan api.
(Baca Juga : Balita Korban KM Fungka Permata V Ditemukan Meninggal)
Api kemudian menyebar ke seluruh badan kapal dan membuat tabung gas di dapur meledak. Kemudian tiga unit motor bebek yang dimuat kapal itu juga ikut meledak.
“Saat itu juga kami bersama penumpang lain turun ke laut, namun masih ada yang penumpang yang tinggal di dalam pasrah dengan keadaan karena kemungkinan tidak bisa berenang,” ceritanya.
Setelah berjam-jam terombang-ambing berenang melawan arus yang kencang, akhirnya dirinya ditemukan oleh nelayan pemancing hiu yang kapalnya lumayan besar dan ikut menolong beberapa orang lainnya.
Tiba di Pulau Sagu, lanjutnya, mereka langsung dibawa ke sebuah sekolah yang ada desa itu sambil korban yang lain dievakuasi. Warga di sana memasak dan menyuguhkan mereka teh manis.
Keesokan harinya ia bersama korban lainnya berangkat menggunakan speedboat tim SAR ke Banggai, Sulteng. Di Banggai mereka menginap selama dua hari satu malam sebelum diberangkatkan ke Baubau dengan kapal Pelni.
La Ali Uri (51), warga Desa Wungka juga mengatakan, awalnya itu ia baru selesai makan. Saat itu dirinya sedang bersandar di tiang dekat kamar kapal sambil merokok. Belum setengah batang rokok yang ia nikmati tiba-tiba penumpang lain bilang kalau mesin kapal mati.
“Setelah itu awak kapal turun ke kamar mesin, tidak berselang lama, saya perhatikan ada bunyi “kreekkk” dari dalam. Tidak lama para penumpang berteriak kebakaran, saat saya coba mendekat, api muncul dari bagian kamar mesin menyembur ke atas. Hingga membuat papan kapal terpental ke atas. Melihat itu, saya langsung berbalik dan lari ke bagian depan kapal,” ceritanya.
Ia langsung membuang sejumlah drum kosong dari atas kapal ke laut, alternatif sebagai pelampung bagi penumpang lainnya yang sudah terjun duluan ke laut.
“Ada 12 drum kosong yang saya lemparkan ke laut untuk digunakan sebagai pelampung,” katanya.
(Baca Juga : 13 Korban Meninggal KM Fungka Permata V Sudah Dipulangkan)
Lantaran sibuk membuang drum dari ia sendiri hampir saja tidak kebagian. Di laut ia mendapati dua orang anak kecil yang umurnya sekitar 4 dan 2 tahun, mereka sedang berusaha untuk berenang agar tidak tenggelam.
KM Fungka Permata V ini berlayar menyusuri rute dari Baubau lalu ke Raha di Sultra. Kemudian ke Banggai Laut, di Sulteng lalu ke Taliabo dan finish di Sanana, Maluku Utara.
Namun kapal yang dinakhodai Andi Sulistiono itu terbakar di sekitar perairan Pulau Sagu, Kecamatan Bangkurung, Kabupaten Banggai Laut, Sulteng.
Sebanyak 13 orang korban meninggal dari insiden kebakaran KM Fungka Permata V di Pulau Sagu ini telah dipulangkan ke kampung halaman masing-masing pada Rabu (19/9/2018). Sementara, enam orang korban yang masih dinyatakan hilang masih terus dicari oleh tim gabungan SAR Kota Palu dan Kota Kendari. Wilayah pencarian pun diperluas, guna mengoptimalkan proses pencarian korban. (B/SF)
Reporter : Nova Ely Surya
Editor : Jumriati