ZONASULTRA.COM, RAHA – Hampir sepekan ini, hujan lebat melanda wilayah Muna bagian Timur. Namun hujan itu tidak sempat menggangu proses rapat pleno perhitungan suara pemilu tingkat Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) di kecamatan Maligano, Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara (Sultra) sejak, Minggu (21/4/2019) lalu.
Hari ketiga memulai pelaksanaan pleno, panitia baru menuntaskan perhitungan perolehan suara di delapan tempat pemungutan suara (TPS) di tiga desa dari 18 TPS yang ada. Semuanya berasal dari enam desa itu yakni desa Maligano, Raimuna, Lapole, Pohorua, Latompa dan Langkoroni.
Kinerja para petugas pemilu kini tengah menjadi perhatian serius publik. Integritas menjadi harapan rakyat agar pesta demokrasi tahun ini bisa berjalan lancar tanpa ada kecurangan.
Namun tak jarang peluh mereka, bekerja melakukan pungut hitung dinilai tak sebanding dengan upah yang diperoleh karena awalnya, niatan bekerja sebagai petugas pemilu hanya untuk menambah penghasilan saja.
Salah satunya, Fatmawati petugas PPK Maligano yang tengah tengah hamil tua atau tujuh bulan, namun ia tetap aktif menjalankan tugasnya. Menghitung dan mencatat perolehan suara sejak dua hari lalu.
Baca Juga : Sosok Kartini Polres Bombana Siaga Amankan Pleno Pemilu 2019
Semangatnya patut diacungi jempol, karena perempuan yang juga berprofesi sebagai bidan di Puskesmas Maligano semangatnya tak kendor bahkan hingga tengah malam. Ia Tetap aktif mengayunkan tangannya mencatat dan menghimpun perolehan suara baik dari Pilpres hingga Pilcaleg yang dibacakan oleh ketua PPK Maligano, Erwin.
Wanita anggun dengan hijabnya ini tak ingin ketinggalan larut dalam euforia gegap gempita pesta demokrasi yang ramai menyita, menguras tenaga dan pikiran.
Saat ditemui di lokasi pelaksanaan pleno PPK Maligano, ibu muda yang baru tujuh bulan lalu mengakhiri masa lajangnya ini, nampak bersemangat mendampingi rekan rekan se timnya. Mulai dari mencatat hasil rekap suara. Kadang sesekali menghela napas karena kelelahan.
Ia nampak tangguh, nyaris tak terlihat kelelahan saat bekerja. Meski berbadan dua, namun ia tetap bersemangat menekuni profesi bergengsi itu. “Waktu hari pertama pleno, saya pulang dirumah sudah jam satu lewat. Capek, tapi tetap harus kuat dan semangat,” cerita Fatma, Senin malam (22/4/2019).
Di beberapa daerah di Indonesia korban petugas penyelenggara pemilu terus berjatuhan. Bahkan data dari KPU RI saat ini ada sekitar 90 orang petugas Panwas hingga KPPS yang dinyatakan meninggal dunia akibat kelelahan.
Namun dirinya mengaku selama kehamilan dia rutin mengonsumsi susu ibu hamil yang menjadikan kondisi fisiknya tetap prima. “Saya rutin minum susu agar tidak mudah lelah,” cetusnya sambil tersenyum.
Sejak lolos menjadi anggota PPK, Fatma sudah mulai aktif membantu kinerja para relawan demokrasi (Relasi) mensosialiasikan pentingnya kesadaran pemilu bagi kaum milenial dalam menyalurkan hak suara diwilayahnya.
Sempat Ditentang Suami
Awalnya, dirinya tak mendapat restu suami karena kondisi kehamilannya. Namun ia berupaya menenangkan pria pilihannya itu, akan kondisi fisiknya. “Waktu pertama, suamiku melarang. Tapi saya hanya berusaha meyakinkan dia, jika pekerjaannya itu tidak akan mengganggu kehamilannya dan kesehatannya,” ungkapnya.
Ia juga sempat ragu akan kondisi kesehatannya yang terganggu, apalagi saat ini semua perhatian tertuju pada kinerja PPK mengawal pemilu tahun ini tetap berjalan lancar tanpa ada kecurangan.
Baca Juga : Terbukti Curang, PPK Hingga KPPS Bakal Dipidana Empat Tahun
“Saya awalnya takut juga. Apalagi banyaknya pemberitaan di media tentang petugas pemilu yang mendapat musibah. Bahkan sampai nyawanya tak tertolong akibat kelelahan. Tapi semua itu saya serahkan kepada Allah. Mudah mudahan kondisiku tetap sehat hingga saya melahirkan,” urainya.
Fatma cukup beruntung, karena lokasi pleno dengan rumahnya hanya berjarak beberapa puluh meter saja. “Jadi kalau ada waktu senggang dan merasa kelelahan saya minta izin pulang untuk istirahat. Sambil memulihkan tenaga,” ucapnya.
*Pemilu Kali Ini Menguras Peluh
Semua pasti setuju jika pesta demokrasi tahun ini banyak menguras peluh, tenaga hingga berjatuhan korban. Banyak penyelenggara menilai, jadi petugas punya gengsi tersendiri karena jadi tumpuan orang banyak. Katanya tugas negara lebih ngetrend, apalagi ada gaji. Namun tak menyadari, jika kali ini ternyata cukup menantang.
Lelah, itulah pernyataan yang sering dilontarkan para petugas PPK Maligano ketika sudah menjemput larut. Hampir tiga hari terakhir ini, panitia melakukan rekap hingga pukul 02.15 Wita. Tak jarang mereka harus silih berganti bertugas.
Ketua PPK Maligano, Erwin bahkan terjatuh sakit akibat kelelahan. Waktu istirahatnya tak cukup untuk menopang kondisi fisiknya. “Waktu istrahat saya hampir tidak ada. Paling manfaatkan waktu senggang saat pleno. Pokoknya tiga hari ini tenaga terkuras habis,” keluhnya.
Dijelaskan Erwin, jika rekap di tiapTPS tidak ada masalah maka proses pleno berjalan lancar. Namun di Maligano hampir tiap TPS terjadi masalah. “Paling banyak masalah itu, di TPS desa Raimuna dan Pohorua. Kami harus mengeluarkan 11 kotak suara untuk memastikan kebenaran data. Karena data yang terlampir tidak sesuai dengan jumlah yang direkap,” timpalnya.
Akhirnya, waktu yang semestinya bisa digunakan untuk rekap TPS lain, hanya habis untuk satu TPS saja. “Di satu TPS Raimuna itu, kami habiskan waktu satu hari. Banyak kesalahan di KPPS. Hampir semua salah masukan data jumlah. Pokoknya stres berat,” katanya.
Tak hanya Erwin, hal yang sama juga dirasakan oleh anggota PPK lainnya, Siti Hadijah harus merelakan waktu bersama keluarganya. Tiga hari ini, suami dan anak-anaknya kadang harus menyiapkan makanan sendiri dirumah karena tugasnya sebagai istri diambil alih oleh suaminya.
Namun mereka sepakat pleno rekapitulasi hasil perolehan suara di kecamatan Maligano harus berjalan baik tanpa ada kendala. Tak hanya PPK suksesi pleno juga menjadi tanggung jawab Panwas aparat kepolisian dan TNI. Semua standby mengawal jalannya pleno. (a/SF)