Rumah Kebanjiran, Calon Pengantin di Koltim Terancam Pindah Tempat Nikah

Rumah Kebanjiran, Calon Pengantin di Koltim Terancam Pindah Tempat Nikah
BANJIR TABABU - Bejan (49), warga kelurahan Tababu, Kecamatan Tirawuta,Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara (Sultra) hanya bisa pasrah melihat rumahnya digenangi air setinggi dua meter akibat banjir. Banjir kali ini menyebabkan lokasi pesta pernikahan anak keduanya terancam berpindah ke tempat lain. (SAMRUL/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, TIRAWUTA – Hujan yang mengguyur wilayah Kolaka Timur (Koltim) beberapa hari terakhir menyebabkan kali-kali kecil di sekitar rumah warga di Kelurahan Tababu, Kecamatan Tirawuta meluap. Warga sekitar hanya bisa pasrah.

Bahkan salah satu pasangan calon pengantin baru di dusun IV Kelurahan Tababu, Fitra Kurnia (23) dan Sutarman (31), warga kelurahan Ra’ra terancam pindah tempat akad nikah akibat tingginya luapan air di lokasi yang akan dibangun tenda resepsi pernikahan.

Pasangan ini rencananya akan melangsungkan pernikahan pada Rabu (12/6/2019) di Kelurahan Tababu, tepatnya di kediaman Fitra Kurnia selaku mempelai wanita.

Baca Juga : Dihantam Hujan, Proyek Pengaspalan Dangia Koltim Kian Memburuk

“Ya mau bagaimana lagi, waktu pelaksanaan pernikahan juga sudah ditentukan. Kalau banjir terus begini terpaksa tempat pernikahan anak kami dipindahkan. Sementara waktu belum kami pikirkan, tapi akan mengarah ke situ (pindah tempat) apalagi sampai sekarang hujan terus-menerus turun,” kata Bejan (49), orang tua Fitra Kurnia saat ditemui wartawan zonasultra.id, Sabtu (8/6/2019).

Perabot rumah tangga Bejan terpaksa dititip sementara di rumah tetangga yang aman dari banjir.

Banjir yang merendam rumah Bejan cukup tinggi hingga mencapai dua meter. Setengah badan rumahnya digenangi air. Beberapa kebutuhan makanan yang dibawa pihak Sutarman usai acara pelamaran juga ikut digenangi air.

“Beras empat karung, terigu satu karung dan gula satu karung. Semuanya habis basah terendam. Rencananya mau dipakai pesta nanti,” kata Bejan.

Banjir juga menyebabkan hanyutnya beberapa perabot rumah tangga Bejan. Sebab saat air semakin tinggi, ia tidak sempat lagi menyelamatkan perabotnya.

“Sekarang kami minta tolong dulu nitip semua barang-barang rumah sama tetangga yang kebetulan tidak direndam banjir,” ujarnya.

Baca Juga : Sudah Lima Hari Dusun Anambada Koltim Dikepung Banjir

Bejan yang juga warga transmigrasi tahun 1973 mengungkapkan, banjir disebabkan meluapnya kali kecil dari belakang rumahnya yang jaraknya kurang lebih 15 meter saja.

Awalnya, air memasuki rumahnya sekitar pukul 22.00 Wita dengan ketinggian 40 cm. Seiring intensitas hujan tanpa henti menyebabkan ketinggian air mencapai satu meter sekitar pukul 04.00 Wita. Dan sekitar pukul 07.00 Wita ketinggian air sudah mencapai dua meter.

Rumah Kebanjiran, Calon Pengantin di Koltim Terancam Pindah Tempat Nikah
Warga bergotong royong membuat dan menggali saluran air guna mengurangi debit air yang menggenangi rumah bejan.

Terhitung sudah empat tahun Bejan menjadi langganan banjir. Namun, baru kali ini ia mendapat kiriman banjir yang cukup tinggi. Tahun 2018 lalu, kata Bejan, ketinggian air di dalam rumahnya hanya 80 senti meter saja.

Persoalan ini pun sudah disampaikan Bejan kepada Lurah Tababu. Tetapi sampai banjir kali ini datang lagi, solusi itu tak pernah ada.

“Sudah pernah disampaikan kepada pak lurah, malah dijanji kalau ada proyek mau dialihkan untuk pembuatan jembatan. Tapi belum ada sampai sekarang. Harus mengadu sama siapa lagi. Kita itu orang yang mau diatur, kalau begini keadaannya setiap tahun banjir terus ke mana lagi kita mau mengadu. Kami menderita setiap tahunnya kalau hujan turun,” keluhnya.

Sementara Lurah Tababu, Bahtiar menyatakan, persoalan banjir yang dirasakan warganya sejak tahun lalu sudah disampaikan kepada pucuk pimpinan dalam hal ini Camat Tirawuta. Bahkan sudah disampaikan kepada Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Koltim.

Baca Juga : Rumah Warga Desa Gunung Jaya Koltim Terendam Banjir

“Bahkan, sempat turun foto-foto. Makanya, datang lagi tadi anggota BPBD, saya sampaikan tidak usah kalau hanya sekedar foto-foto saja,” kata Bahtiar.

Dikatakan, penyebab banjir akibat tersumbatnya saluran pembuangan air karena saluran tidak bisa menampung debit air dari Desa Tasahea ke Kelurahan Tababu. Deker yang ada juga sudah tidak bisa menampung beban air karena terlalu kecil.

“Seandainya dekernya besar bagus mengalir ke Sungai Tababu yang tembus ke Sungai Simbune,” tandasnya.

Peristiwa banjir ini cukup menjadi tontonan warga sekitar. Selain itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Koltim Mustakim Darwis juga turun ke lokasi banjir.

Warga sempat bergotong royong menggali dan membuat saluran kecil untuk mengurangi ketinggian air yang menggenangi rumah Bejan dan tetangganya, namun belum selesai menaruh gorong-gorong, hujan deras turun lagi. (a)

 


Kontributor : Samrul
Editor : Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini