ZONASULTRA.COM, BURANGA – Bupati Buton Utara (Butur) Abu Hasan, menyambut baik kabar melimpahnya hasil panen padi ladang lokal (organik), di Kelurahan Kambowa Kecamatan Kambowa tahun ini. Menurutnya, capaian itu tidak lepas dari kerja keras para petani, selama menggarap lahannya.
Abu Hasan menuturkan, untuk mendapatkan hasil yang maksimal, kerja keras memang adalah sebuah keharusan. Lebih dari itu, upaya tersebut tentunya harus dilakukan secara bersama-sama, baik masyarakat sendiri, maupun jajaran pemerintah, dengan program-program jitunya yang pro rakyat.
Baca Juga : Target Pendapatan Daerah Butur di APBD Perubahan 2019 Naik
“Saya berharap, masyarakat untuk bekerja keras, pemerintah bekerja keras. Karena masyarakat yang maju, tentunya kita harus sama-sama bekerja keras. Masyarakat kerja keras, lurah dan kepala desa kerja keras, camat bekera keras, para kepala dinas kerja keras, bupati bekerja keras, Insya Allah daerah kita akan menjadi daerah yang maju dan sejahtera yang diridhoi Allah SWT,” tutur Abu Hasan, saat menghadiri wawono tahu (pesta panen) di Kelurahan Kambowa, Minggu (15/9/2019).
Camat Kambowa, Khoirul Anam mengungkapkan, meningkatnya hasil panen ini juga tidak lepas dari dukungan Pemda Butur. Dimana berbagai dukungan termasuk bantuan telah banyak dikucurkan kepada petani di wilayahnya.
Ia berharap, pemda terus memberikan dukungan, agar hasil produksi padi lokal (organik) yang dulu populer dengan sebutan “Beras Kambowa”, bisa semakin meningkat. Termasuk komoditas lain, seperti jagung, mete dan kelapa.
“Kami masih sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah daerah, untuk membantu para petani kita, dalam meningkatkan produksi pertanian,” pinntanya.
Lurah Kambowa, Ida Moharani, mengungkapkan, pihaknya sangat bersyukur atas melimpahnya hasil panen kali ini. Jika dibandingkan dengan musim panen tahun sebelumnya, kata dia, kali ini jauh lebih banyak.
Baca Juga : Balai Peningkatan Produktivitas Kendari Latih 50 Pelaku Usaha di Butur
“Alhamdulillah hasil panen kali ini berlimpah, artinya bertambah dari tahun sebelumnya. Hasil panen kami sebelumnya hanya bisa menghasilkan empat ‘karaha-raha’ (semacam cindera untuk pemimpin), sekarang berlimpah menjadi delapan ‘karaha-raha’,” ungkapnya.
Karaha-raha, lanjut Ida Moharani, merupakan hasil panen para petani yang diserahkan kepada tokoh adat dengan takaran tertentu, lalu dikemas dalam bentuk cindera mata untuk dihadiahkan kepada pemimpin. Pemberian karaha-raha ini sudah menjadi tradisi masyarakat setempat, sejak zaman Kesultanan Buton. (B)
Kontributor: Irsan Rano
Editor: Abdul Saban