ZONASULTRA.COM, KENDARI – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat, ekonomi Sulawesi Tenggara (Sultra) pada kuartal atau triwulan I tahun 2020 tumbuh 4,37 persen. Angka ini terbilang melambat dibandingkan triwulan I-2019 sebesar 6,39 persen.
Kepala BPS Sultra Moh Edy Mahmud melalui rilis resmi BPS, Jumat (8/5/2020) mengatakan, pertumbuhan terjadi pada semua lapangan usaha. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial merupakan lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi sebesar 9,67 persen, diikuti jasa keuangan dan asuransi sebesar 8,86 persen, serta industri pengolahan sebesar 8,70 persen.
Tingginya pertumbuhan lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial, kata Edy, didorong meningkatnya jumlah pasien dan sarana kesehatan dari tahun 2019, serta peningkatan anggaran kesehatan sebagai dampak pencegahan penyebaran Covid-19.
Dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi, lapangan usaha pertanian menyumbang sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 1,29 persen, diikuti pertambangan dan penggalian sebesar 0,76 persen, industri pengolahan sebesar 0,56 persen, dan perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor sebesar 0,55 persen. Sementara pertumbuhan dari lapangan usaha lainnya sebesar 1,21 persen
Lebih jauh dijelaskan, perekonomian triwulan I-2020 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp31,55 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 22,76 triliun.
Untuk Struktur PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada triwulan I-2020 tidak menunjukkan perubahan.
Strukturnya masih didominasi oleh empat lapangan usaha utama yaitu pertanian, kehutanan, dan perikanan (25,02 persen), pertambangan dan penggalian (20,54 persen), perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil sepeda motor (12,57 persen) dan konstruksi (12,51 persen). Lapangan usaha lainnya, masing-masing memiliki kontribusi kurang dari 10 persen.
Ekonomi Sultra triwulan I-2020 dibanding triwulan IV 2019 juga mengalami kontraksi (negatif) sebesar minus 8,18 persen. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan negatif yang terjadi pada hampir seluruh lapangan usaha akibat faktor musiman pada lapangan usaha pertanian dan dampak wabah virus Covid-19.
Kontraksi terdalam terjadi pada komponen pengeluaran konsumsi pemerintah (PK-P) sebesar minus 28,85 persen. Diikuti komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar minus 13,59 persen, komponen ekspor barang dan jasa sebesar minus 10,84 persen.
Kemudian komponen pengeluaran konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (PK-LNPRT) sebesar minus 6,88 persen, dan komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga (PK-RT) sebesar minus 1,83 persen. Komponen impor barang dan jasa sebagai faktor pengurang dalam PDRB juga tercatat mengalami kontraksi sebesar minus 15,96 persen.
Meski begitu, terjadi pertumbuhan positif pada lapangan usaha industri pengolahan sebesar 4,84 persen, informasi dan komunikasi sebesar 2,38 persen, jasa pendidikan sebesar 0,24 persen dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial lain sebesar 0,96 persen.
Pertumbuhan tertinggi pada lapangan usaha Industri pengolahan dipengaruhi adanya peningkatan aktivitas industri pengolahan logam dasar terutama ferro nikel.
“Kontribusi terbesar terhadap PDRB Sultra dari sisi lapangan usaha berasal dari pertanian perikanan dan kehutanan, sedangkan kontribusi terbesar terhadap PDRB dari sisi pengeluaran yakni konsumsi rumah tangga,” terang Edy. (b)