Pasar Properti di Sultra Babak Belur Akibat Corona

ilustrasi-perumahan1
Ilustrasi

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Dampak penyebaran wabah virus corona (Covid-19) di Sulawesi Tenggara (Sultra) sangat dirasakan oleh sektor properti. Penjualan untuk semua segmen menurun drastis selama kuartal I 2020.

Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI) Sultra Iwan Setiawan mengatakan, dibandingkan dengan kuartal I 2019, penurunannya mencapai 40 persen terutama pada penjualan rumah komersil. Ia juga mengaku bahwa sejak 2019 penjualan untuk segmen rumah tersebut memang sudah menurun.

“Namun dengan adanya pandemi jadi semakin anjlok. Dibandingkan kuartal 1 2020, penurunannya sekitar 30 persen sampai 40 persen,” ungkap Iwan kepada zonasultra.id melalui pesan WhatsApp, Rabu (10/6/2020).

Selain perumahan komersial, penurunan juga terjadi pada segmen lain seperti perhotelan, mal, perkantoran, hingga perumahan subsidi.

Untungnya di antara semua segmen yang terdampak, perumahan subsidi masih mampu menopang sektor properti di Sultra saat ini, dan produk residensial tersebut masih berjalan meskipun tergolong lambat.

“Rumah subsidi hanya turun sekitar 20 persen dibanding segmen lain seperti hotel sangat parah,” ujarnya

Iwan juga mengakui di tengah pandemi ini perbankan lebih ketat dalam menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR). Perbankan hanya akan menyalurkan KPR kepada Aparatur Sipil Negara (ASN). Perbankan menolak untuk menyalurkan kredit bagi end user (konsumen akhir) yang berstatus pegawai kontrak. Kebijakan tersebut diperkirakan akan berdampak terhadap tingkat penjualan perumahan di Sultra.

Tahun lalu penyaluran masih bisa kepada karyawan swasta, berbeda dengan saat ini hanya bisa disalurkan kepada ASN, anggota Polri, dan TNI.

Sulitnya proses transaksi terutama untuk segmen masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), menurut Iwan, sangat memberatkan para pengembang. Sebab, di tengah merosotnya nilai penjualan, para pengembang tetap harus membayar cicilan kepada bank. Kebijakan rekstrukturisasi kredit pun realisasinya tidak sesuai harapan REI.

“Restrukturisasi dari perbankan tidak seperti yang diharapkan. Salah satu model restrukturisasi yaitu penundaan pembayaran kredit. Masalahnya, yang ditunda hanya pembayaran pokok sedangkan bunga tetap jalan. Di satu sisi kita punya perumahan tidak bisa dijual, di sisi lain, ada kewajiban yang harus dibayar ke bank,” kata Iwan.

Saat pandemi ini mereka hanya menjual rumah subsidi yang telah diproduksi sejak tahun 2019. Bahkan target penjualan yang sebelumnya 3.000 unit, besar kemungkinannya akan terkoreksi cukup dalam. Sampai akhir tahun ini diperkirakan penjualan hanya akan mencapai 1.500 unit, paling tinggi 2.000 unit.

Tak hanya REI, asosiasi pengembang lain seperti Pengembang Indonesia (PI) Sultra juga merasakan dampak yang sangat terasa akibat virus corona ini.

Ketua DPD PI Sultra Muhammad Kobar mengatakan, kondisi penjualan perumahan saat ini sangat lesu, bahkan terjadi penurunan yang cukup drastis mencapai 80 persen.

“Turun banyak dan saat ini sangat lesu, termasuk penjualan rumah subsidi,” kata Kobar. (a)

 


Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini