ZONASULTRA.COM, KENDARI – Inflasi yang terjadi di Kota Kendari selama tiga bulan beruturut-turut tahun 2020 Juni, Juli, dan Agustus dinilai masih terkendali oleh Bank Indonesia (BI) Sulawesi Tenggara (Sultra).
Asisten Direktur Kantor Perwakilan (KPw) BI Sultra, Surya Alamsyah mengatakan,
inflasi di Kota Kendari hingga Agustus 2020 tercatat 1,59 persen year to date (ytd). Angka itu lebih tinggi dari inflasi Sultra dan nasional yang tercatat masing-masing sebesar 1,23 persen (ytd) dan 0,93 persen (ytd).
Atas kondisi ini, kata dia, peran Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dalam memitigasi adanya potensi pemanfaatan kondisi yang tidak normal saat ini sangatlah penting.
Menurutnya, pendapatan masih akan tergerus karena Covid-19. Namun setidaknya dengan inflasi yang terkendali, daya beli tidak terlalu jatuh. Sehingga perlu memperkuat komunikasi agar permasalahan yang ada bisa teratasi.
“Ini masalah bersama peran semua stakeholder penting,” ungkap Surya melalui kegiatan High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Kendari, Senin (14/9/2020) di Kendari.
Dijelaskan, ada sejumlah faktor pendorong terjadinya inflasi. Di antaranya, disparitas harga komoditas pangan di kabupaten/kota yang relatif tinggi, musim tanam komoditas pangan yang mengikuti faktor alam sehingga sangat dimungkinkan pasokan terbatas pada periode secara bersamaan.
Kemudian, rantai perdagangan yang relatif panjang dan belum sepenuhnya efisien, pengambilan margin yang relatif tinggi di tiap mata rantai perdagangan, serta masih adanya kendala dalam proses distribusi.
Selain kerjasama pemerintah lintas kabupaten/kota menjaga ketersedian pasokan pangan, pengawas komoditas di pasar utama juga perlu dimaksimalkan.
Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir, menjelaskan pengendalian inflasi membutuhkan andil semua stakeholder. Sehubungan dengan itu, pertumbuhan ekonomi dan dampaknya terhadap angka kemiskinan juga harus menjadi perhatian utama dalam situasi pandemi Covid-19.
“Dalam situasi normal pun harus ada perhatian khusus terhadap pengendalian inflasi. Apalagi di masa pandemi saat ini,” ujar Sulkarnain Kadir, kemarin.
Secara umum, inflasi di Kendari hampir selalu dipicu oleh dua komoditas yakni dari sektor perikanan dan sayur-mayur. Penyebabnya, komoditas sayuran karena Kendari masih mengandalkan pasokan dari luar daerah yakni Konawe Selatan (Konsel).
Sebaliknya, hasil perikanan di Kota Kendari sering disuplai keluar daerah sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam rantai perdagangan ikut menentukan harga yang berlaku di masyarakat.
Sehingga bukan hal aneh meski sebagai penghasil ikan, harga ikan di Kendari masih tinggi. Adapun sayuran jika distribusinya terganggu, maka harga di pasar ikut bergejolak.
Mengenai daya beli masyarakat, ia menyebut, sebagian besar masyarakat sudah pasti mendapat dampak. Wabah Covid-19 setidaknya, menyebabkan angka kemiskinan meningkat bahkan dua kali lipat di beberapa daerah. Ia pun meminta semua OPD dalam menangani masalah ini turut mempertimbangkan aspek-aspek sosial dan psikologi masyarakat.
“Penting setiap kebijakan di Kota Kendari tidak hanya memperhatikan hal-hal teknik melainkan juga psikologi dan mental masyarakat,” pungkasnya.
Editor: Ilham Surahmin