ZONASULTRA.COM, KENDARI – Terlahir dengan kondisi sebagai penyandang autis, Benny (21) terus mengasah kemampuannya dalam seni menggambar. Baginya tiada hari tanpa menggambar objek-objek yang ingin digambarnya, kebanyakan dalam bentuk sketsa hitam putih yang presisi.
Sekilas Benny seperti anak muda lainnya yang berusia 21 tahun. Ia memiliki badan yang berisi dan tinggi badan sekitar 180 sentimeter. Seperti penyandang autis pada umumnya, bicaranya terbata dan tidak fokus ketika diajak berkomunikasi. Benny tergolong autis hyper aktif yakni kondisi di mana susah terkontrol sehingga butuh peran penuh orang tua.
Bagi kedua orang tuanya, Kiswanto dan Ivonne, anak mereka itu menunjukkan perkembangan yang baik mulai dari berkomunikasi, menulis, dan membaca. Terkhusus untuk bakat menggambar, mereka terus memberikan dukungan.
Karena Benny terus menggambar setiap hari, Ivonne yang merupakan ibu rumah tangga terus menyiapkan segala bahan-bahan yang dibutuhkan mulai dari kertas HVS, pensil, pulpen, dan pewarna.
Agar Benny tidak kehilangan semangat, Ivonne tak membuang karyanya tetapi menjilidnya dalam bentuk album, untuk disimpan dengan baik. Karya-karya yang dihasilkannya tersimpan dengan rapi di kamar. Sudah ada sekitar 1.500 lembar gambar yang dibuat oleh Benny, tak satupun dibuang.
Gambar yang dihasilkan Benny pun tergolong presisi, terlihat dari sejumlah gambarnya yang berbentuk pesawat tanpa menggunakan mistar. Ia mahir menggunakan pensil dalam bentuk garis lurus maupun membentuk pola tertentu tanpa alat bantu tambahan.
Selain sketsa hitam putih, Benny juga tertarik menggambar karakter anime. Dalam hasil jilidan ibunya, banyak terdapat gambar anime yang terlihat seperti gambar di komik-komik Jepang.
Ivonne bercerita, anak ketiganya itu mulai hobi menggambar sejak kecil, ketika mulai memegang pensil. Anaknya itu menggambar apa saja yang dilihatnya, dan kadang-kadang juga menggambar apa yang diminta. Benny memiliki kemampuan menyimpan apa yang dilihatnya dalam bentuk imajinasi untuk kemudian digambar dalam selembar kertas.
Seperti pada perjumpaan, hari Jumat (11/6/2021), di rumah mereka, Desa Amoito, Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Benny dengan sigap menggambar sketsa ayahnya yang tengah duduk di kursi. Hanya dalam beberapa detik ia sudah bisa menggambar sketsanya kendati belum begitu presisi karena untuk menggambar detail yang bagus maka butuh tambahan waktu.
“Hari-hari itu kegiatannya menggambar. Misalnya kita bawa jalan-jalan, apa yang dia lihat pas pulangnya dia gambar. Kalau menggambar yang sudah pernah dilihatnya itu hasilnya bagus, berbeda kalau dia hanya membayangkan, itu kurang,” ujar Ivonne.
Menggambar jadi rutinitas Benny yang memang jarang keluar rumah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kalaupun keluar rumah, Benny selalu didampingi orang tuanya.
Ivonne terus mendukung bakat anaknya itu yang mungkin saja dapat bermanfaat untuk masa depannya. Apalagi, menggambar atau membuat sketsa adalah keterampilan khusus yang tetap akan dibutuhkan. Misalnya ada jasa melukis sketsa wajah, atau di kepolisian ada juru lukis sketsa wajah penjahat.
Ivonne melihat ada perkembangan yang signifikan pada anaknya itu yang kini duduk di kelas 1 setingkat SMA di Sekolah Khusus Negeri (SKHN) 1 Kendari. Dengan perlakukan yang tepat selama ini, ia optimis autis pada anaknya akan hilang meski memang butuh waktu.
Bagi Ivonne, anak seperti Benny sangat membutuhkan dukungan orang tua. Oleh karena itu selama ini ia fokus mengurus anak bungsunya itu tanpa menggunakan jasa asisten rumah tangga. Dahulu ia adalah pekerja swasta yang keluar dari pekerjaan untuk fokus mengasuh Benny.
Ivonne berharap terhadap para orang tua yang mempunyai anak penyandang disabilitas atau berkebutuhan khusus agar terus memberikan perhatian pada anak sendiri. Khususnya bila ada bakat pada si anak maka hal itulah yang mesti didorong untuk dikembangkan.
Senada dengan istrinya, Kiswanto juga memberikan dukungan untuk keterampilan menggambar anaknya itu. Kebutuhan-kebutuhan untuk perlengkapan menggambar turut dipenuhi Kiswanto.
Kiswanto memperhatikan keunggulan menggambar anaknya itu dalam hal akurasi dari objek asli dan yang digambarnya terlihat lebih presisi. Ia melihat kebanyakan yang digambar anaknya itu sketsa hitam putih.
“Jadi setiap hari dia berkarya, untuk dirinya sendiri dulu lah sebelum untuk orang lain,” ujar Kiswanto yang merupakan seorang wiraswasta.
Saat ini Kiswanto belum begitu melibatkan Benny untuk mengikuti lomba-lomba menggambar bila lokasinya di luar lingkungan sekolah. Sebab Benny belum siap menghadapi lingkungan baru yang tak biasa.
Bahkan Benny beberapa kali diminta untuk mewakili sekolah dalam mengikuti lomba menggambar tapi tak diizinkan oleh Kiswanto sebab Benny masih belum terkontrol untuk berhadapan dengan hal-hal baru seperti lomba, apalagi bila di luar daerah.
Sebagai orang tua, mereka berdua kini lebih banyak fokus memperhatikan pendidikan Benny di sekolah. Pada musim pandemi ini, Benny belajar secara online dari rumah. Sementara sebelum pandemi, Benny selalu diantar-jemput ke sekolah dengan jarak sekitar 20 kilometer (Amoito-Kendari).
Kiswanto merasa adanya sekolah khusus seperti SKHN memang sangat penting untuk mendukung perkembangan anak berkebutuhan khusus seperti Benny. Berbeda dengan sebelumnya, saat kelas 1 SD Benny masuk di sekolah umum tidak bisa menyesuaikan sehingga begitu naik kelas 2 SD dikembalikan untuk belajar di rumah.
Kiswanto merasa bersyukur SKHN cocok dengan anaknya yang mana kemampuan guru-gurunya untuk memahami bidang tugasnya lebih tinggi. Meskipun memang jarak sekolah dan rumah cukup jauh, tidak menjadi masalah bagi Kiswanto selama anaknya bisa berkembang di sekolah yang tepat.
Kepala SKHN 1 Kendari, Sri Mulyati mengatakan dengan keterampilan menggambar seperti yang dikuasai Benny diharapkan dapat mendorong kemandirian. Sebab penyandang autis kebanyakan butuh pendampingan secara terus menerus.
Kata Sri, untuk siswa penyandang autis tidak bisa hanya berharap dari sekolah tapi butuh kerja sama orang tua dan guru supaya semuanya berjalan lancar mulai dari pelajarannya di sekolah hingga soal keterampilan.
“Di sini siswa yang punya kemampuan menggambar sketsa itu hanya Benny. Yah harapan saya kemampuan menggambar sketsa hitam putih Benny itu berkembang,” ujar Sri di ruang kerjanya, Kamis (10/6/2021). (*)
Reporter: Muhamad Taslim Dalma