ZONASULTRA.ID, KENDARI – Alvin Setiawan (25) berhasil membuktikan diri sebagai perwakilan pemuda yang peduli terhadap lingkungan dengan melakukan perjalanan ke seluruh wilayah Indonesia seorang diri dengan menggunakan dana pribadi sebagai aktivis lingkungan.
Pria kelahiran Kota Metro, Lampung pada 15 Desember 1997 tersebut memijakkan kakinya di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) sejak 24 Oktober 2022 sebagai provinsi kedua setelah Sulawesi Selatan (Sulsel).
Perjalanan yang dilakukannya diberi nama Perjalan untuk Perubahan dan Mengenal Indonesia (PUPMI) dengan 2 tujuan, yaitu sebagai aktivis lingkungan untuk mengikuti berbagai kegiatan di bidang lingkungan seperti melakukan penanaman pohon, membersihkan sampah di laut dan agenda lainnya, serta mempromosikan potensi wisata, kearifan lokal dan kuliner di berbagai wilayah Indonesia yang belum terekspos.
Kepedulian terhadap lingkungan dilakukannya dengan mengedukasi kaum pemuda dan masyarakat setempat mengingat banyaknya terjadi bencana seperti banjir dan kebakaran hutan yang disebabkan oleh ulah manusia sendiri.
“Banyak sekali masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungan. Jadi banyak sekali masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Padahal sampah itu banyak nilai ekonominya jika diolah menjadi hal yang bermanfaat sehingga bisa menyelamatkan Indonesia dan menyelamatkan bumi,” ucapnya saat ditemui di Kendari pada Kamis (17/11/2022).
Ia mengaku bahwa kehadirannya di Sultra sebagai provinsi kedua yang dikunjungi selain karena kepeduliannya terhadap lingkungan juga karena ketertarikannya terhadap banyaknya wisata utamanya surga bawah laut Wakatobi serta wisata di pulau Buton, Desa Bantea yang mayoritas masyarakatnya bermata biru.
Datang seorang diri, berbagai agenda telah dilakukan Alvin di Kota Kendari seperti sosialisasi ekoenzim dan ekobrik bersama Sultra Island Care (SIC) dan Gerakan Kendari Mengajar (GKM). Selanjutnya, kegiatan mahasiswa IAIN Kendari di Kelurahan Petoaha untuk tanda tangan MoU dalam rangka menjaga bumi bersama komunitas bidang lingkungan di Sultra.
Ia juga menjadi pemateri dalam sosialisasi dan pelatihan di Himpunan Mahasiswa Ilmu Lingkungan Universitas Halu Oleo (UHO) dan di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UHO. Alvin juga melakukan survei dan sharing bersama komunitas Nature Revolution di DLH Kendari dan daerah pesisir Desa Talia tentang program daur ulang sampah di bank sampah dan eco program serta berbagai kegiatan lainnya.
Sebelum melakukan perjalanannya, alvin mengaku telah dibekali ilmu oleh @willa.ecobrick, @mea_id dan @EcoEnzymeNusantara. Selama berada di Kota Kendari, Alvin dijamin dan menginap di sekretariat Fista Fakultas Pertanian UHO, Basecamp Sanggar Biokomp Organik Fakultas Pertanian UHO, Sekretariat Posko UKM SAR UHO dan sekretariat Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil UHO.
Agenda selanjutnya yang akan dijalankan Alvin di Sultra adalah sosialisasi di Kolaka Timur (Koltim) dan Pulau Barok berkolaborasi dengan komunitas Ekoenzim Anoa Sultra pada akhir bulan September 2022. Setelahnya, Alvin akan melanjutkan perjalanannya untuk mengunjungi seluruh wilayah di Indonesia yang diperkirakan akan selesai pada 2024 hingga 2025.
Awali Perjalanan dengan Modal Rp1 Juta
Alvin adalah salah seorang mahasiswa akuntansi, Universitas Bandar Lampung angkatan 2016. Ia menyelesaikan studinya selama 3,5 tahun dan wisuda pada 2020. Setelahnya ia mulai merantau di Balik Papan, Kalimantan dengan bekerja sebagai admin di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang vape selama 6 bulan.
Ia lalu bekerja di karaoke, perhotelan dan cafe bagian supervisor. Kontrak kerjanya ingin diperpanjang dan ditawarkan akan diangkat sebagai asisten manager, namun Alvin menolak dan mengorbankan pekerjaan untuk mengabdikan diri sebagai volunter di bidang lingkungan untuk mengenal Indonesia.
Sebelum melakukan perjalanan Alvin mencari modal awal dengan bekerja part time di Surabaya selama 2 bulan di cafe, rumah makan, dan dealer honda sebagai admin selama selama 3 hari untuk membayar kos dan biaya hidup selama di Surabaya.
Dari Surabaya, Alvin naik kapal laut menuju Makassar, Pangkep, Enrekang, Pare-pare, Toraja dan Toraja Utara dengan menggunakan sistem haking atau menumpang kendaraan tanpa meminta sepeserpun dari orang tua.
Terbiasa hidup mandiri, Alvin bermodalkan Rp1 juta dari hasilnya di Surabaya. Alvin juga menyambung hidup dan biaya perjalanannya dengan menjual bazar keliling berupa gula-gula, stiker, makanan ringan, baju dan lainnya di setiap fasilitas umum pada daerah yang dikunjunginya.
Hingga sampai di Kota Kendari, ia masih melakukan aktivitas tersebut. Untuk berkunjung dari satu daerah ke daerah lainnya, Alvin mengandalkan koneksi pertemanan paling cepat 1 minggu atau 1 bulan sebelum keberangkatan untuk mengkoordinasikan tempat menginap.
Satu hal yang selalu dipegang Alvin dalam perjalanannya menjalankan program PUPMI-nya, yaitu menjaga etika di manapun ia berada agar cepat berbaur dan beradaptasi. Pasalnya, tiap daerah dalam budaya, kultur ataupun sosialisasi dalam masyarakat berbeda-beda.
“Pasti ada perbedaan suku dan budaya. Jadi kita harus bersikap dan beradaptasi. Karena kita juga harus menjunjung tinggi toleransi karena menjaga etika itu lebih penting,” ucapnya.
Dari sudut pandangnya di Kota Kendari, ia menyatakan bahwa masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan seperti di jalan dan bantaran sungai yang dilewati. Ia mengaku bahwa hal tersebut juga ditemuinya pada wilayah-wilayah yang dikunjungi sebelumnya.
Kendati demikian, ia mengaku salut dengan orang-orang yang dijumpainya selama berada di Sultra. Ia menilai masyarakat yang mendiami Sultra, utamanya Kota Kendari memiliki perangai yang ramah, asik dan memiliki solidaritas yang tinggi.
Solusi untuk Pemda Terkait Permasalahan Lingkungan
Melihat situasi lingkungan di wilayah Indonesia yang memiliki permasalahan sampah, Alvin memberikan solusi dengan mengedukasi kalangan muda dan masyarakat melalui sosialisasi Ekoprogram yaitu ekobrik dan ekoenzim dengan harapan ilmu yang diberikan akan berkelanjutan di kalangan masyarakat sehingga berdampak pada kepedulian lingkungan.
Untuk destinasi wisata, ia mempromosikan potensi wisata dalam bentuk foto atau video yang akan diposting melalui akun Instagramnya @alvinsetiawan69.
Kepada pemerintah daerah (Pemda) ataupun pemerintah pusat, Alvin meminta agar lebih tepat membuat peraturan yang lebih tegas terhadap masyarakat terkait pembuangan dan pengelolaan sampah.
“Seperti contoh di negara-negara tetangga misalnya Singapura itu masyarakatnya sangat disiplin akan sampah. Membuang sampah sembarangan akan diberikan denda yang sangat besar,” ucapnya.
Ia pun menilai bahwa Sultra memiliki potensi besar terhadap wisata utamanya bahari. Ia ingin mempromosikan hal tersebut, namun fokusnya saat ini di Kota Kendari 75 persen masalah lingkungan dan 25 persen di sektor wisata.
Ia berharap kepada Pemda Sultra agar Kendari Beach (Kebi) ataupun daerah-daerah pesisir yang berpotensi menjadi desa wisata terus diperhatikan dan dikembangkan agar bisa dikenal luas oleh masyarakat Indonesia maupun secara internasional. (SF)
Kontributor: Ismu Samadhani
Editor: Muhamad Taslim Dalma