ZONASULTRA.COM, KENDARI – Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat pada April 2017 Sultra mengalami deflasi sebesar 0,27 persen (mtm). Deflasi yang terjadi lebih besar jika dibandingkan pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,17 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sultra, Minot Purwahono mengatakan secara spasial peningkatan deflasi terutama terjadi di Kota Baubau sedangkan deflasi di Kota Kendari tercatat lebih rendah jika dibandingkan deflasi pada bulan sebelumnya.
Menurut Minot, deflasi terutama didorong oleh penurunan harga pada kelompok bahan makanan diantaranya beras, sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan serta tarif angkutan udara. Adanya kenaikan tarif tenaga listrik pada April menahan laju deflasi pada periode laporan.
Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahunan di Sultra sampai dengan April 2017 tercatat 0,63 persen (ytd) atau secara tahunan sebesar 2,64 persen (yoy). Angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang tercatat telah mencapai 1,28 persen (ytd) atau 4,71 persen (yoy).
Baca Juga : Kendari Alami Deflasi, Bahan Makanan dan Sandang Jadi Penyumbang Tertinggi
Minot menjelaskan kelompok volatile food masih mengalami trend penurunan yang didorong oleh bertambahnya pasokan komoditas bahan makanan di pasar. Berbeda dengan periode sebelumnya, penurunan tekanan inflasi pada kelompok volatile food secara dominan terjadi di Kota Baubau, sementara di Kota Kendari justru tercatat mengalami peningkatan.
“Peningkatan pasokan komoditas sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan di pasar merupakan penyebab dari terjadinya deflasi pada kelompok ini,” ujar dia saat ditemui di Kantor BPS Sultra, Jumat (5/5/2017).
Selain itu, masuknya musim panen komoditas pangan dan distribusi barang yang berjalan lancar turut mendorong deflasi pada April 2017. Meski masih mengalami deflasi, komoditas ikan segar mulai menunjukan adanya peningkatan tekanan harga antara lain untuk ikan kembung, ikan bandeng dan ikan bawal. Secara tahunan, inflasi volatile food mencapai sebesar -0,24 persen (yoy).
Sementara itu, inflasi inti pada April 2017 juga tercatat mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Kondisi tersebut disebabkan oleh penurunan harga yang terjadi pada kelompok makanan jadi dan kelompok sandang.
Dia memaparkan tekanan inflasi kelompok makanan jadi tercatat mengalami penurunan dari sebesar 0,17 persen (mtm) pada Maret 2017 menjadi deflasi sebesar 0,04 persen (mtm) pada April 2017. Demikian halnya kelompok sandang yang tercatat mengalami penurunan dari inflasi 0,03 persen (mtm) menjadi deflasi sebesar 0,19 persen (mtm).
Baca Juga : Harga Bahan Makanan Turun, Sultra Alami Deflasi 0,17 Persen
Salah satu pendorong deflasi pada kelompok makanan jadi, yakni komoditas gula pasir yang mengalami penurunan akibat adanya penguatan rupiah dan turunnya harga gula dunia. Secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 2,77 persen (yoy) lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 2,99 persen (yoy).
Sedangkan, inflasi kelompok administered prices (komoditas yang dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah), kembali mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan tarif tenaga listrik (TTL). Kenaikan tarif listrik pada periode laporan merupakan penyesuaian tahap dua yang diterapkan untuk pelanggan daya 900 VA.
“Namun demikian peningkatan tekanan inflasi kelompok administered price tertahan oleh penurunan tarif angkutan udara di Kota Kendari maupun Kota Baubau yang tercatat mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,08 persen (mtm) dan 8,09 persen (mtm),” tutup dia. (A)
Reporter : Sitti Nurmalasari
Editor : Jumriati