ZONASULTRA.COM, KENDARI – Hasan Faisal dan Husen Fauzi, saudara kembar kelahiran Morowali 23 tahun silam itu, kini dirundung pilu setelah terpisahkan oleh maut. Insiden kebakaran Kapal Motor (KM) Izhar di perairan Bokori, Kecamatan Soropia, 17 Agustus 2019 lalu, mengakhiri hidup sang kakak.
Husen menceritakan, usai insiden kebakaran yang merenggut nyawa saudaranya itu, ia mendapat informasi. Namun, sempat mengira kakak yang hanya berselang menit lahir itu, selamat, ternyata sampai satu hari setelah tragedi nahas tersebut Husen tahu Hasan belum ditemukan.
“Akhirnya saya bertolak dari. Sulawesi Tengah langsung ke Desa Bajoe, Kecamatan Soropia. Ketika tiba saya langsung mencari kakak saya bersama om,” cerita Husen Fauzi saat ditemui awak Zonasultra.com, Minggu (18/08/2019).
Pencarian yang dilakukan sendiri tanpa melibatkan tim Search and Rescue (SAR) menggunakan perahu kecil bersama pamannya. Kurang lebih 6 jam menyisir perairan Bokori lokasi kejadian kapal nahas yang dilalap si jago merah tanpa membuahkan hasil.
“Sejak pagi saya cari bersama om pakai perahu tetapi kakak kembar saya belum ketemu-ketemu. Tidak tau kaka masih hidup atau sudah meninggal, tetapi harapan saya dia masih hidup,” bebernya saat hendak naik ke dermaga dari atas perahu.
Hasan Faisal sendiri bertolak menuju ke Morowali menumpangi KM Izhar bersama sepupunya Jojo Arianto (23) dan ibunya Jumaria (46). Namun, Jojo dan Jumaria berhasil selamat dari musibah tersebut usai bertahan di permukaan air dan diselamatkan oleh warga setempat.
(Baca Juga : Kapal Penumpang Rute Kendari-Salabangka Terbakar di Pulau Bokori)
Hari ke dua pencarian Hasan Faisal baru tercatat sebagai penumpang yang dinyatakan hilang, setelah Jumaria baru melaporkan kehilangan anaknya kepada Tim SAR Minggu siang. Faisal dilaporkan bersama Heriyanto hilang di hari itu. Sehingga dari 4 korban hilang, bertambah menjadi 6 orang.
“Faisal (23) dilaporkan oleh ibunya (Jumaria) dan Heri (23) oleh keluarganya pada Minggu 18 Agustus siang. Jadi totalnya sampai hari ini sudah 6 orang yang dilaporkan hilang,” beber Kepala Seksi (Kasi) Oprasi Hidayat di Posko Tim SAR Kendari, Minggu (18/8/2019).
Pada hari ke empat pencarian oleh tim SAR gabungan, si kembar Hasan Faisal berhasil ditemukan, Selasa (20/8/2019) sekitar pukul 16.50. Korban tersebut berjenis kelamin laki-laki ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.
“Korban ditemukan di belakang rumah seorang warga Desa Tapulaga, Kecamatan Soropia, Konawe, jarak kurang lebih 1 NM dari lokasi kejadian,” tutur Humas SAR Kendari Wahyudi melalui keterangan tertulisnya via whatsapp, Sabtu (20/8/2019).
(Baca Juga : Pencarian Korban Kapal Terbakar, Tim SAR Belum Temukan Pria Pembawa Uang Panai)
Setelah dievakuasi, Basarnas Kendari pun menyerahkan jenazah yang saat itu belum diketahui identitasnya itu ke Tim Disaster Victim Identification (DVI) Bidang Dokter dan Kesehatan (Biddokes) Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tenggara (Sultra) untuk dilakukan identifikasi forensik.
Saat identifikasi jenazah, DVI tidak dapat menyimpulkan identitas jenazah. Menurut Dokter forensik Biddokes Polda Sultra Kompol dr Mauluddin mengatakan, dari data ante mortem tidak ada kesesuaian dengan laporan kehilangan dan tidak ada keluarga yang mengenali.
“Namun, pada ciri-ciri jenazah, ada baju pada bagian depan bertuliskan skate rock, bila ada keluarga yang mengenali, silahkan datang ke posko ante mortem rumah sakit Bhayangkara Kendari,” ungkap Kompol dr Mauluddin, Rabu (21/8/2019).
Namun, tak berselang lama, Husen datang bersama ibunya Jumaria menemui tim DVI di rumah sakit Bhayangkara. Husen Fauzi mengenali baju itu. Menurutnya, baju itu adalah miliknya yang dipakai kakaknya Faisal selama di Kendari.
“Itu baju saya, kakak Faisal yang pakai,” katanya.
“Awalnya dia pakai baju gambar monas, tapi dia ganti pake baju itu,” timpal Jumaria.
Seketika tangis Jumaria pun pecah, sementara Fauzi berdiri diam membisu, terpaku menyaksikan tangis ibunya.
Tim DVI pun kembali merilis hasil identifikasi tersebut. Kompol dr Mauluddin mengumumkan sejumlah awak media bahwa jenazah tersebut sebagai Hasan Faisal, 23 tahun, beralamat di BTN Beringin Lepolepo. Jenazah Faisal lalu dibawa ke rumah duka.
Sebelumnya, Jojo bercerita, dirinya menumpang KM Izhar bersama tantenya Jumaria dan sepupunya, anak dari Jumaria (Faisal) hendak ke Kabupaten Morowali. Jojo sendiri hendak ke sana untuk ikut turnamen sepakbola 17 an. Selama di Kendari, pria berambut pirang ini berkuliah di salah satu perguruan tinggi.
(Baca Juga : Kapten KM Izhar yang Terbakar Ditetapkan Jadi Tersangka)
Sesaat sebelum kebakaran kapal terjadi, dia sempat bermain handphone bersama rekan kuliahnya Heri. Sementara tante dan sepupunya ada di bagian depan. Saat tidur, ia dibangunkan oleh heri bahwa kapal terbakar. Seketika ia bangun.
“Sempat diberikan apar oleh Heri diambil dari depan untuk memadamkan api, tapi saya pikir api tidak bisa dipadamkan, karena kobarannya besar. Saya kemudian lari ke depan, mencari tanteku, dia bilang cari sepupumu (Faisal), matimi kasian,” tuturnya.
Lebih lanjut, Jojo kembali ke dalam kapal menghitari ruangan di bagian depan, namun tidak mendapati Faisal. Bersamaan dengan itu, kata Jojo, api seolah memburu, menjalar ke bagian pintu keluar. Di sana banyak orang mau bersiap melompat ke laut.
“Saya masih berpikir melompat, tapi tiba-tiba ada orang yang mendorong, sehingga langsung tercebur ke air. Saya sempat bersama-sama tante saya, mengapung pakai gabus besar, tapi karena banyak orang tante saya sudah tidak kelihatan,” terangnya.
Jojo mengaku, berenang bersama dua orang temannya. Ia melihat posisi daratan yang paling dekat adalah Pulau Bokori, sementara lokasi perkampungan tampak lebih jauh jika berpatokan dengan sumber cahaya. Akhirnya, mereka bertiga berenang ke Pulau Bokori.
Sekitar selama 30 menit berenang, belum sampai pesisir Bokori, datang pertolongan dari warga menggunakan perahu. Walhasil Jojo pun selamat, berhasil dievakuasi di Desa Bajoe. Sementara tantenya Jumaria juga selamat, bertemu di desa yang sama.
(Baca Juga : 1 Korban Kapal Terbakar Kembali Ditemukan, Total 11 Penumpang Meninggal)
Ibu Hasan-Husen, Jumaria juga mengatakan, sempat meminta Jojo untuk mencari Faisal yang terpisah dengan dirinya, namun api semakin membumbung tinggi, hingga akhirnya ia bersama sepupunya langsung melompat kelaut.
“Faisal pergi ke bagian belakang kapal. Saat itu kan suasana masih normal, pada saat mendengar teriakan penumpang, saya kaget dan sebagian melompat dan kami lari kedepan sampai menumpuk. Saat liat api, dan saya suruh sepupu saya mencari anak saya namun tidak ketemu, akhirnya kami lompat ke laut,” ujar Jumaria.
Kata dia, berusaha menghindari maut, dan berusaha berenang menuju pesisir pantai, dia sempat mendengar suara ledakan keras saat seluruh badan kapal terbakar dan hingga akhirnya ia di tolong oleh nelayan setempat.
Sebelumnya, KM Izhar terbakar di sekitar perairan Pulau Bokori, Kecamatan Soropia, Konawe, pada Sabtu 17 Agustus 2019 sekitar pukul 00.00 wita. Akibatnya, ratusan penumpang melompat terjun ke laut, barang bawaan tak sempat lagi diselamatkan. Walhasil 11 orang dinyatakan meninggal dunia, 2 orang masih hilang.
Total 87 penumpang yang ikut berlayar menuju Kepulauan Salabangka, Kabupaten Bungku Selatan, Sulawesi Tenggara (Sultra) di dalam kapal berbobot 89 gross ton (GT) ini. 66 penumpang berhasil selamat, 8 anak buah kapal termasuk kapten juga dievakuasi ke Polsek Soropia. (a/SF)