ZONASULTRA.ID – Pemerintah Kabupaten Buton Utara (Butur), Sulawesi Tenggara (Sultra) terus menggenjot sektor pariwisata lokal. Salah satu strategi yang dilakukan adalah membentuk desa wisata.
Desa Malalanda di Kecamatan Kulisusu pun menjadi salah satu andalan Pemkab Butur sehingga desa ini ditetapkan sebagai desa wisata. Desa Malalanda memang memiliki sejumlah destinasi wisata alam berupa pemandian yang tak kalah indah dari wisata serupa yang ada di Sultra.
Kepala Desa Malalanda Samudi mengatakan, desanya ditetapkan sebagai desa wisata jauh sebelum dirinya menjabat. Dirinya yang baru sekitar dua bulan lebih menjabat itu tinggal melanjutkan program tersebut.
Dikatakan Samudi, desanya yang berjarak sekitar 5 kilometer dari Ereke tersebut memiliki sejumlah objek wisata permandian yang tidak dimiliki desa lainnya, seperti Ee Ngkapala, Pasarambolaea, dan Ee Nunu. Desanya juga terkenal sebagi pusat kuliner pengasapan ikan. Pemandangan di desa ini juga tak kalah menarik karena berada di wilayah pesisir.
Khusus untuk permandian semua ada di dekat pemukiman warga. Jaraknya hanya sekitar 100-200 meter, termasuk kawasan tempat ikan asap.
Menurut Samudi, dukungan APBDesa untuk pariwisata sejauh ini belum dianggarkan. Tempat-tempat wisata juga belum dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Selain itu, hingga saat ini juga belum dilakukan pemungutan retribusi karena belum ada peraturan desa yang mengatur retribusi tersebut.
Acara Nelayan yang Digelar Tiap Tahun
Di Desa Malalanda terdapat acara nelayan yang digelar rutin tiap tanggal 9 Oktober setiap tahunnya. Dalam acara nelayan ini, masyarakat desa berkumpul untuk makan bersama, seperti bakar-bakar ikan. Semua biaya konsumsi ditanggung bersama. Acara ini rutin digelar sejak 2016.
Menurut Samudi, acara nelayan ini bermula saat ada pembagian bantuan mesin katinting untuk nelayan sebanyak 42 unit. Setelah pembagian itu, masyarakat penerima bantuan mengumpulkan uang untuk membeli makanan dan dimakan bersama sebagai bentuk ungkapan rasa syukur. Para penerima bantuan kemudian mengusulkan untuk menggelar acara serupa tiap tanggal 9 Oktober.
“Jadi saat itu mereka minta, kemudian saya panggil BPD, kita bicarakan bersama dengan BPD, ini karena permintaan masyarakat, bahwa tiap tanggal 9 Oktober mereka akan lakukan acara nelayan ini,” terang Samudi.
“Itu sudah jadi acara tahunan. Pokoknya tiap tanggal 9 Oktober mereka laksanakan,” tambahnya.
Menurut Samudi, semua masyarakat yang sibuk mempersiapkan segala kebutuhan acara, pemerintah desa hanya memfasilitasi. Namun, rencana ke depan, sebagian akan tangani dari desa, misalnya sewa tenda dan air minum karena selama ini masyarakat masih harus patungan lagi untuk sewa tenda dan air minum.
“Ke depan, biaya-biaya tak terduga akan menjadi tanggung jawab pemdes. Masyarakat tinggal fokus ikan dan makanan saja,” kata Samudi (*)
Kontributor: Ismu Samadhani
Editor: Ilham Surahmin