ZONASULTRA.COM, RUMBIA – Hajrah Luchan Johan, mantan atlet difabel yang pernah mengharumkan Indonesia di kancah internasional meninggal dunia di usia 30 tahun. Perempuan kelahiran Kelurahan Rahampuu, Kecamatan Kabaena, Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra) ini menghembuskan nafas terakhir di kediamannya, Rabu (6/2/2019) pukul 04.00 Wita.
Hajrah meninggal akibat komplikasi penyakit yang dideritanya sejak setahun terakhir. Pihak medis memvonis perempuan beranak satu ini mengidap diabetes melitus, tubercolosis (TBC), tumor usus, dan lever yang membuatnya terbaring sakit selama berbulan-bulan. Belum lagi keterbatasan ekonomi yang membuatnya kekurangan gizi hingga mengalami athropi (pengecilan otot).
(Baca Juga : Hajra, Atlet Difabel yang Pernah Mengharumkan Bombana Terbaring Sakit)
Hajrah terbaring kaku sejak Februari tahun 2018. Ia menjalani perawatan awal seadanya di Puskesmas Kabaena hingga Agustus 2018. Penyakit yang mendera tubuhnya itu tercium oleh awak media hingga viral di media sosial.
Hajrah pun dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bombana awal Agustus 2018. Namun, pihak dokter di daerah itu menyerah untuk penyembuhan Hajrah. Mereka memutuskan merujuk Hajrah ke Rumah Sakit Bahteramas di Kota Kendari pada pertengahan Agustus 2018.
(Baca Juga : Divonis Penyakit Tumor, Hajrah Dirujuk Ke RS Bahteramas Kendari)
Di RSUD Bahteramas, Hajrah dirawat di ruang isolasi karena dikhawatirkan penyakitnya berjangkit ke pasien lain. Sebulan di RSUD Bahteramas, Hajrah mulai pulih dan diberi obat untuk pengobatan rutin selama enam bulan. Selama masa pengobatannya, Hajrah banyak mendapat bantuan biaya pengobatan dari para donatur.
Karena kondisinya yang membaik, Hajrah pulang ke Kabaena, tanah kelahiranya. Di Kabaena, Hajrah kembali merasakan sesak nafas disertai batuk. Ia pun memutuskan untuk tidak lagi mengkonsumsi obat karena kondisi keuangan yang menghimpit keluarga Hajrah.
(Baca Juga : Hajrah, Atlet Difabel yang Dirawat di RS Bahteramas Mulai Pulih)
“Hajrah sering batuk dan sesak nafas. Kami juga sudah upayakan pengobatannya meskipun kami terkendala biaya. Ia terserang penyakit yang sama saat dirujuk ke RSUD Bahteramas tahun lalu,” kata Wita, keluarga almarhumah Hajrah, di Kabaena, Rabu (6/2/2019).
Hajrah merupakan mantan atlet tuna netra yang pernah mewakili Indonesia di berbagai ajang Asean Para Games (APG).
Sejak kecil Hajrah telah memiliki bakat olahraga atletik dan selalu dipercaya mewakili sekolahnya dalam setiap turnamen lomba lari. Ia pun pernah menjadi peserta lomba di Kecamatan Poleang, Bombana pada tahun 2007 silam.
Terlahir difabel tidak menjadi alasan bagi anak pasangan Johan dan Roslina ini untuk berhenti dari dunia olahraga. Ia pun tetap berjuang hingga mewakili Indonesia di turnamen APG.
(Baca Juga : Bupati Bombana Jenguk Hajra di RS Bahteramas Kendari)
Pada 2015 lalu ia berhasil menempati posisi kedua setelah ditekuk pesaingnya asal Thailand pada final lomba lari dalam event APG.
Tahun 2008 ia meraih juara 1 untuk tiga cabang olahraga dalam ajang Porcanas di Kalimantan Timur, yakni lomba lempar cakram, tolak peluru, dan lari 100 meter.
Kemudian, ia meraih juara 2 pada lomba lari dengan jarak 200 meter di Kota Solo pada ajang Asean Games tahun 2011 silam. Di ajang ini, dia juga mempersembahkan medali perunggu untuk Indonesia dalam olaraga lari 400 meter.
Tak hanya itu, di tahun 2012, Hajra kembali meraih juara 2 dalam lomba lari 200 meter pada ajang Peparnas di Provinsi Riau. Menariknya lagi, ia meraih juara dua pada lomba lari estafet pada ajang Asian Games di Singapura tahun 2015 lalu.
Hajrah menikah dengan Sahril pada 2016 silam. Mereka dikaruniai seorang anak bernama Muhammad Reza. (a)
Kontributor : Muhammad Jamil
Editor : Jumriati