ZONASULTRA.COM, KOLAKA – Mengubah limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat kini banyak dilakukan oleh orang-orang. Ini juga yang dilakukan dua siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra), Nabila Salsa Billa dan Khumaerah F. yang menyulap limbah sekam padi menjadi sabun wajah.
Ide ini berawal saat keduanya melihat poster lomba karya tulis ilmiah (KTI) yang diadakan Himpunan Mahasiswa Tehnik Bionergi dan Kemurgi Institut Teknologi Bandung (ITB).
Hera, sapaan Khumaerah menceritakan, dalam mendapatkan limbah sekam padi mereka dibantu oleh masyarakat sekitar di Tahoa, di mana limbah itu berada. Kemudian, melakukan prosedur seperti mencuci sekam padi, melarutkan dengan larutan natrium hidroksida (NaOH) dan asam klorida (HCl), lalu disimpan selama satu malam. Larutan kemudian disaring dengan kertas saring hingga menghasilkan ekstraksi silika.
(Baca Juga : Cerita Alumni UHO, Pernah Kuliah di Inggris Berkat Beasiswa)
Selanjutnya, mengaktifkan karbon aktif dari sekam padi melalui proses pembakaran selama beberapa jam dengan suhu tinggi dalam wadah tertutup. Jelasnya, karbon aktif yang dihasilkan dicampurkan dengan ekstraksi silika dan juga soap base yang merupakan bahan utama pembuatan sabun.
Sebut Hera, dengan menggunakan soap base maka tidak perlu lagi samponifikasi. Mereka hanya ingin membuat sabun tersebut secara simpel. Sebab, bila mengambil cara pembuatan sabun yang ribet maka membutuhkan pencampuran dengan minyak.
“Kita mencari cara membuat sabun yang simpel. Kita googling ternyata yang simpelnya itu dengan memakai soap base. Lebih praktis lah kalau pakai soap base,” jelas Hera ditemui di MAN 1 Kolaka pada Senin, 15 April 2019.
Lebih lanjut Nabila menjelaskan, soap base ini kemudian dicairkan dengan cara disteam. Setelah soap base cair, lalu dimasukkan ekstraksi silika dan juga karbon aktif. Juga diberikan sedikit parfum dari sari nilam untuk memberikan wangi pada sabun wajah.
Ia mengungkapkan, untuk mendapatkan sabun yang benar-benar kering membutuhkan waktu dua malam dalam suhu ruangan. Sedangkan jika dimasukkan di dalam freezer hanya membutuhkan waktu satu jam, setelah itu jadi sabun padat.
(Baca Juga : Pandai Ceramah dan Hafal 30 Juz Al Quran, Rafi Berjuang Jadi Polisi)
“Kalau pembuatan sabunnya kurang lebih 3 – 4 hari sudah jadi sabun,” ucap Nabila.
Nabila Salsa Billa, lahir di Kolaka 19 Agustus 2002. Remaja yang memiliki hobi membaca ini tinggal di Kampung Jawa Jalan Sam Ratulangi, Kolaka. Ia merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai wiraswasta, sedangkan ibunya merupakan ibu rumah tangga.
Pemilik sapaan akrab Nabila ini dari tingkat sekolah dasar sudah menyukai pelajaran eksakta seperti Matematika, Kimia, Fisika. Remaja 16 tahun ini juga aktif mengikuti organisasi Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Fakira. Selain itu, ia bergabung dalam English Student Community di sekolahnya.
“Saya lebih suka pelajaran yang menghitung daripada pelajaran hafalan, kak,” ujarnya.
Khumaerah F atau biasa disapa Hera, lahir di Wolo, 21 Agustus 2002. Ia tinggal di Kompleks BTN Tahoa, Kolaka. Sama seperti Nabila, Hera juga anak pertama dari dua bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai karyawan swasta dan ibunya guru di MTsN Kolaka.
Remaja 16 tahun yang hobinya membaca ini juga suka mencari penelitian ilmiah yang belum terpikirkan oleh orang lain. Itu sebabnya, ia bergabung di organisasi KIR Fakira yang diperuntukkan bagi siswa yang memiliki ketertarikan di dalam bidang sains.
Mengikuti Lomba
Nabila dan Hera lalu mencari referensi tentang manfaat dan kegunaan sekam padi. Keduanya berkeinginan mengikuti lomba yang diadakan Himpunan Mahasiswa Tehnik Bionergi dan Kemurgi Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 6 April 2019 lalu.
“Kita melihat poster lomba yang diadakan oleh ITB yang bertema biomassa. Kita berinisiatif untuk mengikuti lomba itu,” cerita Nabila.
Selain itu, Hera dan Nabila juga menginginkan membuat sebuah karya ilmiah yang berangkat dari permasalahan yang ada di sekitar, seperti limbah sekam padi yang tidak dimanfaatkan dan banyak sekali terbuang di Tahoa.
(Baca Juga : Inovasi MTsN 1 Koltim, Sampah Dijadikan Pupuk Organik)
Ditemukanlah sebuah artikel yang mengatakan sekam padi memiliki kandungan silika yang dapat berperan dan memberikan manfaat untuk wajah. Keduanya pun memutuskan memilih sekam padi sebagai objek eskperiman. Lalu melakukan konsultasi pada guru kimia, Nirwan yang juga merupakan guru pembimbing untuk lomba yang mereka ikuti.
“Kita bilang sama Pak Nirwan, sekam padi kalau mau dijadikan sabun itu bagaimana. Dan Pak Nirwan bilang coba-coba dulu eksperimen, kalau bisa kita kirim,” jelasnya.
Sebelum melakukan eksperimen, mereka mengawalinya dengan pembuatan abstrak yang dikirimkan kepada panitia. Setelah pengumuman keluar, abstrak mereka dinyatakan lulus urutan ketiga dengan judul RE-USAP atau Rice Husk Soap sebagai upaya manifest dalam meningkatkan nilai guna limbah sekam padi.
Mendapatkan informasi pengumuman tersebut, Hera dan Nabila memberitahukan kepada guru pembimbing bila abstrak mereka lulus dan harus ke ITB untuk presentasi. Mereka salah satu dari 10 tim yang dinyatakan lolos abstrak oleh panitia.
Setelah lolos mereka lalu membuat makalah. Keduanya tidak menyangka bisa lolos karena lomba-lomba yang biasa diikuti, makalah yang dikirimkan juga melalui tahapan seleksi. Sementara ini hanya abstrak, dan langsung dinyatakan lolos untuk tampil presentasi di depan juri.
Raih Juara III
Hera bercerita sehari sebelum presentasi, mereka melakukan technical meeting membahas peraturan lomba dan menentukan nomor urut untuk tampil presentasi. Hasilnya, mereka mendapatkan nomor urut ketujuh untuk tampil menyampaikan hasil eksperimen tersebut.
Diakui Nabila dan Hera, mereka sempat minder melihat penampilan tim lain yang menurut keduanya sangat bagus. Mereka pun membesarkan hati bila tidak juara sekalipun tetapi tetap akan memberikan presentasi yang terbaik.
“Yang kita rasa waktu kayak cepat sekali berlalu. Kita turun dari panggung, terus guru pembimbing bilang bagus nak. Panitia juga sempat bilang, presentasi kita terlalu cepat sampai keluar logat,” ceritanya sambil tertawa mengingat peristiwa tersebut.
Saat pengumuman, mereka pesimis bisa menang. Tidak ada terbesit dalam benak mereka bisa menjadi juara, sebab pesertanya semua hebat-hebat. Namun, ketika panitia menyampaikan hasilnya, Hera dan Nabila memperoleh urutan ketiga dalam lomba tersebut.
“Nabila jangan mi berharap, kita tidak juara,” Hera sempat berucap sambil menyenggol Nabila ketika menunggu hasil lomba waktu itu.
Mereka berhasil meraih juara ketiga mengalahkan tim dari beberapa sekolah unggulan terbaik di Indonesia. Bersama SMAN 5 Denpasar sebagai Juara I dan SMA Al Hikmah Surabaya sebagai juara II.
Dukungan Orangtua dan Guru
Nabila dan Hera mengaku prestasi yang diraih ini tidak lepas dari motivasi dan dukungan orangtua, guru, teman, dan tentunya Allah SWT. Orangtua mengingatkan agar selalu berdoa dan tidak melupakan salat. Sebab, prestasi yang dicapai tidak diraih hanya dengan sekadar belajar saja.
Keduanya mengatakan guru di sekolah juga memberikan dukungan moral bila mereka bisa bersaing dengan siswa dari berbagai wilayah di Indonesia. Mengamalkan semua ilmu dan pengetahuan yang diberikan selama di sekolah.
Guru pembimbing juga sangat membantu dalam proses pembuatan sabun ini karena dalam pembuatan sabun banyak membutuhkan proses kimia. Dalam proses pencampuran dengan bahan kimia, guru pembimbing lah yang selalu membantu.
“Kayak cara membuat padatan NaOH menjadi cairan, cara mengekstraksi, dan lainnya,” ujar Nabila.
Selain itu, motivasi dan ketertarikan mengikuti lomba ilmiah berawal dari keinginan untuk menjadi seperti kakak kelas di MAN 1 Kolaka yang sering mengikuti lomba hingga ke tingkat nasional.
“Kita termotivasi, kita juga mau ikut lomba yang biayanya semua di tanggung sekolah,” sambungnya.
Sementara Kepala MAN 1 Kolaka Ansani mengungkapkan kebanggaan kepada dua siswinya yang berhasil meraih juara pada lomba tersebut. Meskipun hanya berada di posisi ketiga, tapi itu tetap menjadi suatu kebanggaan bagi sekolah.
Ia bersama guru-guru di sekolah Islam yang terletak di Kelurahan Sabilambo itu akan berusaha dan berupaya meningkatkan kualitas siswa-siswi MAN 1 Kolaka, agar bisa bersaing dan menjadi yang terbaik.
“Kita patut berbangga dengan capaian prestasi siswi MAN 1 Kolaka. Ini berkah yang positif, bisa dikenal dan berprestasi di daerah yang notabene perkembangan lebih pesat jauh dibandingkan dengan Kolaka,” ujar Ansani. (*)