ZONASULTRA.ID,PASARWAJO- Jika berlibur ke Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara (-0p0-), sempatkan mengunjungi Desa Wisata Wasuemba di Kecamatan Wabula. Desa Wasuemba terkenal sebagai salah satu destinasi yang memadukan wisata alam dan budaya sehingga terdapat banyak hal menarik dan unik di desa ini.
Dari segi wisata budaya, Desa Wasuemba mempunyai benteng yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Benteng ini berdiri sejak zaman Kerajaan Buton. Bukti peninggalan sejarah pun masih dapat dilihat seperti meriam, kuburan penjaga benteng pada masa itu, dan situs lainnya.
Dari segi wisata alam, Desa Wasuembe memiliki Pantai Lahonduru. Pantai ini memiliki hamparan pasir putih yang bersih. Pantai ini juga terkenal sebagai kerajaan keong karena terdapat banyak keong yang hidup di pasir pantai ini.
Tak hanya itu, di pantai ini juga ada kolam ikan yang disebut akuarium alami bernama E’e Tobungku. Disebut demikian karena di dalam kolam ini terdapat ikan purba yang konon telah hidup di tempat itu ratusan tahun lamanya. Kolam ikan tersebut berada di pinggir pantai dan tidak terhubung langsung dengan laut. Menurut cerita, ukuran ikan dan jumlahnya sama seperti zaman dahulu, tidak bertambah dan tidak berkurang. Di kolam ini juga hidup ikan kakap merah, sunu, katamba, baronang, dan penyu.
Bagi masyarakat di Desa Wasuemba, kolam E’e tobungku dan ikannya sudah dianggap keramat sejak dahulu. Tidak ada yang boleh menangkap atau mengonsumsi ikan di kolam ini.
Di balik kisah mistis itu, kolam E’e tobungku menjelma menjadi tempat wisata yang banyak diminati pengunjung untuk sekadar memberi makan ikan maupun berfoto-foto di area jembatan lingkar di akuarium alami itu.
Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Buton Zurnia mengatakan, Desa Wisata Wasuemba ini sudah berjalan empat tahun. Desa ini resmi ditetapkan sebagai desa wisata berdasarkan SK Bupati dengan nomor SK 671 yang diterbitkan pada 21 Desember 2019.
Zurnia menjelaskan, kawasan wisata di Desa Wasuemba awalnya adalah milik masyarakat. Dinas pariwisata turun langsung ke masyarakat untuk menyampaikan bahwa kawasan tersebut akan digarap oleh pemda menjadi destinasi wisata.
“Alhamdulillah masyarakat mau menghibahkan lahannya dan wisata ini bisa berjalan sampai sekarang,” kata Zurnia.
Zurnia mengaku masyarakat Desa Wasuemba sangat mendukung pengembangan wisata di desanya. Faktor itu juga yang membuat pengembangan wisata di Desa Wasuemba berjalan dengan baik dan cepat.
Kini masyarakat berharap tempat wisata di desa mereka bisa berkembang dan berkelanjutan agar usaha mereka juga bisa tetap eksis.
“Di Desa Wasuemba ini ada UMKM yang sedang berjalan yaitu kuliner, usaha tenunan, juga ada kerajinan yang terbuat dari kerang. Jadi masyarakat berharap pengembangan wisata ini dapat berdampak besar kepada usaha mereka,” kata Zurnia.
Terkait wisata Lahonduru, kata Zurnia, Pemda Buton memfasilitasi dengan membuat jembatan lingkar, gazebo dan talud di kolam ikan.
Baca Juga :
Daya Tarik Wisata Pemandian Topa di Muna
Wisata Lahonduru sendiri mulai dibuka untuk umum pada 2018. Pemerintah desa mulai menarik retribusi masuk. Namun, retribusi ini belum berjalan dengan maksimal sebab di wisata ini banyak pintu sehingga sulit untuk menarik retribusi.
“Jadi kami dari pemda berupaya bagaimana caranya supaya di tempat wisata ini ke depannya bisa dipagar keliling dan buatkan satu pintu agar penarikan retribusinya lebih maksimal,” terang Zurnia.
Terbentuknya Wisata Lahonduru
Terbentuknya wisata Lahonduru berawal dari Program Coremap. Karena dilihat perkembangan dari Coremap sangat bagus, pengawasan dan pengelolaannya pun sangat bagus serta asas manfaatnya terhadap masyarakat sangat bagus pula, sehingga ada usulan untuk membuat akses jalan setapak menuju kawasan Daerah Perlindungan Laut (DPL) atau dalam bahasa daerah setempat disebut Kaombo. Setelah akses jalan tersebut dibuka, timbul inisiatif pemerintah desa dan didukung masyarakat setempat untuk menjadikan kawasan pantai Lahonduru sebagai daerah wisata.
Menggunakan dana desa, kemudian dibangun jalan wisata dengan lebar kurang lebih 3 meter dan panjang 1,8 km, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan gazebo di sepanjang pantai Lahonduru.
Pada 2020, Pemerintah Desa Wasuemba melanjutkan pembangunan jembatan lingkar di akuarium alam Ee Tobungku dengan menggunakan anggaran alokasi dana desa dan kemudian diresmikan Bupati Buton.
Setelah melihat potensi yang ada di kawasan wisata Lahonduru, Bupati Buton mengintruksikan kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Buton untuk melanjutkan pengembangan wisata dengan membangun jembatan tracking board sepanjang 700 meter di pesisir Lahonduru dengan menggunakan APBD 2021. Hingga saat ini, Desa Wasuemba masih terus mengembangkan wisata di daerahnya.
Biaya masuk ke tempat wisata ini dipatok Rp2.000 per orang, untuk kendaraan roda dua Rp5.000, dan untuk kendaraan roda empat Rp10.000 dengan hitungan per kepala. Wisata Lahonduru dibuka mulai pukul 07.00 hingga 16.00 WITA. (*)
Kontributor: Ilham Surahmin
Editor: Muhammad Taslim Dalma