Sejarah Gempa di Tanah Tadulako

Sejarah Gempa di Tanah Tadulako

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Gempa bumi berkekuatan 7,4 Skala Richter (SR) mengguncang Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018) pukul 18.02 Wita. Gempa ini juga memicu tsunami setinggi 1,5 meter di Kota Palu.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan titik gempa berada di 0.20 LS dan 119.89 BT dengan kedalaman 11 km. Gempa bumi tersebut berpusat di 26 km utara Kabupaten Donggala. Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktifitas sesar Palu Koro.

Hingga 2 Oktober 2018 pukul 14.00 Wita pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban jiwa akibat gempa dan tsunami di Sulteng sudah mencapai 1.234 orang. Korban luka berat yang dirawat di rumah sakit ada 799 orang, korban hilang 99 orang, korban tertimbun 152 orang dan 61.867 jiwa mengungsi.

(Baca Juga : BMKG: Gempa di Donggala 7,4 SR)

Ini bukan kali pertama Tanah Tadulako diguncang gempa yang disertai tsunami. Sejak tahun 1927 tercatat sudah beberapa kali Sulawesi Tengah diguncang gempa dahsyat yang disertai tsunami.

gempa donggala, gempa palu, gempa sulteng
Foto : Google Maps

Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, dalam artikelnya “Tataan Tektonik dan Sejarah Kegempaan Palu” yang dipublikasikan pada Januari 2011 lalu mengungkapkan Palu merupakan salah satu kawasan seismik aktif di Indonesia. Tingginya tingkat aktivitas kegempaan di kawasan ini tidak lepas dari lokasinya yang berada pada zona benturan tiga lempeng tektonik utama dunia, yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik.

Pertemuan ketiga lempeng ini bersifat konvergen dan ketiganya bertumbukan secara relatif mengakibatkan daerah Sulawesi Tengah dan sekitarnya menjadi salah satu daerah yang memiliki tingkat kegempaan yang cukup tinggi di Indonesia berkaitan dengan aktivitas sesar aktif.

(Baca Juga : Begini Cerita Selamat Peserta Festival Palu Nomoni Saat Gempa dan Tsunami)

Menurut Hamilton (1979), ada beberapa segmentasi sesar yang sangat berpotensi membangkitkan gempa bumi kuat di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Pertama Sesar Palu-Koro yang memanjang dari Palu ke arah Selatan dan Tenggara melalui Sulawesi Selatan bagian Utara menuju ke Selatan Bone sampai di Laut Banda.

Ini Kebutuhan Mendesak 16 Ribu Pengungsi Bencana Palu-Donggala
EVAKUASI KORBAN – Badan Nasioanal Penanggulangan Bencana (BNPB) saat melakukan evakuasi korban gempa dan tsunami Palu-Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng). (Foto: BNPB)

Kedua Sesar Saddang yang memanjang dari pesisir Pantai Mamuju memotong diagonal melintasi daerah Sulawesi Selatan bagian tengah, Sulawesi Selatan bagian Selatan, Bulukumba menuju ke Pulau Selayar bagian Timur, dan ketiga Sesar Parit-parit di Laut Makassar Selatan dan Laut Bone, dan beberapa anak patahan baik yang berada di
darat maupun di laut.

Berdasarkan distribusi seismisitas, tampak klaster aktivitas gempa bumi yang cukup tinggi di sepanjang sesar aktif Palu-Koro hingga memotong Kota Palu. Ditinjau dari kedalaman gempa buminya, aktivitas gempa bumi di zona ini tampak didominasi oleh gempa bumi kedalaman dangkal antara 0 hingga 60 kilometer, yang merupakan cerminan pelepasan tegangan kerak bumi yang dipicu oleh aktivitas sesar aktif.

Klaster seismisitas gempa bumi dangkal ini terkonsentrasi hampir merata baik di lepas pantai maupun di daratan. Klaster seismisitas ini merupakan gambaran dari sangat aktifnya kondisi tektonik di kawasan ini. Kondisi seismisitas ini menunjukkan bahwa daerah Palu dan sekitarnya merupakan daerah yang rawan terhadap gempa bumi dan tsunami. Apalagi kondisi seismisitas dan tektonik yang ada mendukung untuk terjadinya gempa bumi kuat dengan kedalaman dangkal yang dapat membangkitkan tsunami.

Sejarah Gempa Bumi

Daerah Palu dan sekitarnya, selain sangat rawan gempa bumi juga rawan terhadap tsunami. Kerawaan gempa bumi dan tsunami daerah ini sudah dibuktikan dengan beberapa catatan sejarah gempa bumi dan tsunami yang berlangsung sejak tahun 1927, seperti gempa bumi dan tsunami Palu 1927, gempa bumi dan tsunami Parigi 1938 dan gempa bumi dan tsunami Tambu 1968.

(Baca Juga : Ini Data Keseluruhan Korban Gempa dan Tsunami Palu Donggala)

Gempa bumi dan tsunami Palu pada 1 Desember 1927 bersumber di Teluk Palu dan mengakibatkan kerusakan parah di Kota Palu, Biromaru, dan sekitarnya. Gempa bumi juga dirasakan di bagian tengah Pulau Sulawesi yang jaraknya sekitar 230 kilometer. Selain
menimbulkan kerusakan sangat parah, gempa bumi ini juga memicu tsunami di Teluk Palu.

Gempa Palu, gempa donggala, gempa sulteng
Foto : Twitter Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho

Gelombang tsunami yang tingginya mencapai 15 meter ini terjadi segera setelah terjadi gempa bumi. Banyak bangunan rumah di kawasan pantai mengalami kerusakan parah. Bencana ini menyebabkan 14 orang meninggal, dan 50 orang luka-luka.

Tsunami juga menimbulkan kerusakan di pelabuhan. Tangga dermaga Pelabuhan Talise hanyut akibat terjangan tsunami. Sementara itu berdasarkan laporan, dasar laut setempat mengalami penurunan sedalam 12 meter.

Gempa bumi dan tsunami Parigi 20 Mei 1938 terjadi sangat dahsyat, hingga dirasakan hampir di seluruh bagian Pulau Sulawesi dan bagian timur Pulau Kalimatan. Daerah yang menderita kerusakan paling parah adalah kawasan Teluk Parigi.

Di tempat ini dilaporkan 942 unit rumah roboh. Kerusakan yang ditimbulkan ini meliputi lebih dari 50% rumah yang ada di wilayah tersebut, sedangkan 184 rumah lainnya rusak ringan.

Gempa Palu, gempa donggala, gempa sulteng
Foto : Twitter Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho

Di Teluk Parigi dilaporkan 16 orang tewas tenggelam, dan di Ampibabo satu orang tewas tersapu gelombang tsunami. Dermaga Pelabuhan Parigi hanyut, dan menara suar penjaga pantai mengalami rusak berat.

Binatang ternak dan pohon kelapa juga banyak yang hanyut tersapu gelombang tsunami. Beberapa ruas jalan di daerah Marantale mengalami retak-retak dengan lebar 50 cm disertai keluar lumpur, bahkan sebuah rumah bergeser hingga 25 meter, namun daerah Palu mengalami kerusakan ringan.

Di daerah Poso dan Tinombo dirasakan getaran sangat kuat, tetapi tidak menimbulkan kerusakan.

(Baca Juga : Fakta Sesar Palu Koro Penyebab Gempa di Sulteng)

Gempa bumi dan tsunami Tambu 14 Agustus 1968 merupakan gempa bumi kuat yang bersumber di lepas pantai barat laut Sulawesi. Akibat gempa bumi tersebut, di Teluk Tambu, antara Tambu dan Sabang, terjadi fenomena air surut hingga kira-kira 3 meter dan selanjutnya terjadi hempasan gelombang tsunami.

Pada beberapa tebing terjadi longsoran dan terjadi retakan tanah yang disertai munculnya pancaran air panas. Di daerah Sabang dilaporkan bahwa tsunami datang dengan suara gemuruh.

Tsunami tersebut juga menyerang di sepanjang Pantai Palu. Menurut laporan, ketinggian gelombang tsunami mencapai 10 meter dan limpasan tsunami ke daratan mencapai 500 meter dari garis pantai.

Daerah yang mengalami kerusakan paling parah adalah kawasan Mapaga. Di tempat ini ditemukan 160 orang meninggal dan 40 orang dinyatakan hilang, serta 58 orang luka parah.

Gempa Palu, gempa donggala, gempa sulteng

Terakhir, gempa bumi dan tsunami Toli-Toli dan Palu pada 1996. Gempa dengan kekuatan 6,3 SR ini menyebabkan 9 orang tewas, serta kerusakan parah di Desa Bangkir, Toli-toli, Tonggolobibi, dan Palu.

Gempa bumi ini juga memicu tsunami dengan ketinggian 2 meter dengan limpasan air laut ke daratan sejauh 400 meter. Tingginya aktivitas gempa bumi di daerah Palu berlangsung hingga sekarang.

Dalam beberapa tahun terakhir, gempa bumi kuat masih terjadi dan mengguncang kawasan ini, seperti gempa bumi Palu yang terjadi pada 24 Januari 2005 yang menyebabkan satu orang meninggal dan 4 orang luka-luka. Lalu gempa 5,4 SR yang mengguncang Palu pada 8 Januari 2011 lalu. (*)

 


Penulis: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini