ZONASULTRA.ID, KENDARI– Dia adalah Sulkarnain Kadir. Nama yang akrab dan masih hangat di telinga masyarakat Kota Kendari. Ia baru saja menyelesaikan tugas yang diembannya sebagai Wali Kota Kendari pada 9 Oktober 2022.
Ia mengucapkan sumpah jabatannya yang dipandu oleh Gubernur Sultra, Ali Mazi pada 22 Januari 2019 bersama wakilnya Siska Karina Imran.
Sebelum mengemban amanah itu, ia adalah Wakil Wali Kota Kendari yang berpasangan dengan Adriatma Dwi Putra (ADP) untuk periode 2017-2022. Namun, masalah yang menimpa ADP saat itu mengharuskan dirinya mendekam di balik jeruji besi dan menjadikan Sulkarnain sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Walikota pada 2 Maret 2018 – 21 Januari 2019.
Dibalik kesuksesannya, ia hanyalah anak dari pasangan yang mengenyam pendidikan sampai bangku SD dan SMP dan kala itu berprofesi sebagai penjahit untuk menyambung hidup.
Meskipun begitu, Sulkarnain sejak kecil memiliki cita-cita suci untuk membanggakan orang tuanya dan merubah nasib keluarganya.
Dengan tekadnya, pria kelahiran Kendari, 4 Maret 1978 tersebut berhasil menyelesaikan pendidikan mulai dari SDN 3 Mandonga, SMPN 1 Kendari, SMAN 1 Mandonga atau saat ini SMAN 4 Kendari dan menyelesaikan S1 Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Haluoleo (UHO) dan S2 Ilmu Ekonomi, Pascasarjana UHO.
Sulkarnain mulai berkarir di dunia politik sejak ia mendapat gelar Sarjana Ekonomi (SE). Ia berhasil menduduki kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Kendari fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) periode 2004-2009 tepat di usianya yang ke-26 tahun.
Perjalanan hidup, pendidikan dan karirnya menjadi telaga inspirasi bagi kaum muda. Dia tidak pernah bercita-cita untuk berpolitik. Seperti beberapa pemikiran kaum muda saat ini, dahulu ia menganggap bahwa politik adalah sesuatu yang kotor dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
Namun, anggapan tersebut berhasil ditepis oleh pemikirannya sendiri. Ia tersadar bahwa segala sesuatu yang telah berjalan dihasilkan oleh keputusan politik.
Untuk itu, di beberapa momen yang dihadirinya, salah satunya saat menjadi pembicara pada kegiatan Career Day For Student yang digelar oleh Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendikia (MAN IC) Kendari beberapa waktu lalu, ia selalu menyampaikan bahwa alasannya untuk berpolitik ialah untuk tersesat di jalan yang benar.
Terjun di dunia politik pun tidak sejalan dengan pendidikan yang ditekuninya yakni soal perhitungan. Ia bercerita selalu merasa tidak puas jika belum bisa memecahkan dan memahami rumus-rumus dalam perhitungan. Ia juga menceritakan keseriusannya pada perhitungan saat ia bersekolah dulu.
Bahkan, pena dan buku jarang lepas darinya meskipun dalam kondisi membuang air besar di WC. Untuk memahami perhitungan, ia selalu mengulang satu rumus sebanyak 20 kali dengan soal yang berbeda sampai benar-benar dipahami.
Untuk itu, ketika ia menambahkan pendidikannya di jenjang SMA, Sulkarnain bercita-cita untuk melanjutkan kuliah di jurusan teknik. Menurutnya, di jurusan teknik memiliki tantangan perhitungan yang sesuai dengan hobinya dalam pelajaran.
Ia mengaku bahwa pernah lulus bebas tes di fakultas teknik salah satu universitas yang ada di Makassar. Keinginan yang diinginkan saat itu telah nampak di depan mata. Namun terpaksa tidak dilanjutkannya karena mengingat biaya yang tidak sedikit dalam kondisi keluarga yang berkecukupan.
Terlebih lagi, Ayah Sulkarnain saat itu sedang sakit parah. Sehingga ibunya harus menjadi tulang punggung keluarga berbekal keterampilan dan sebuah mesin jahitnya yang hasilnya digunakan untuk makan dan kebutuhan keluarga.
“Waktu itu saya ingin sekali kuliah disana, tapi jaraknya yang jauh dan biaya yang tidak sedikit. Saya berpikir, kalau saya ambil kesempatan itu, saya akan jauh dari ayah dan saya harus cari kerja di sana dulu untuk biaya daftar ulang. Ibu dan ayah saya tetap mendukung, tapi mereka bilang tidak bisa membantu biaya kalau saya kesana,” katanya.
Hal tersebut membuat dirinya mencari jurusan di UHO Kendari yang masih membuka penerimaan mahasiswa baru. Ia kemudian mendaftarkan diri dan diterima di jurusan akutansi.
Ia masih menyimpan dendam karena tidak bisa berkuliah di jurusan yang dia inginkan. Hal itu yang membuat dirinya menjadi salah satu mahasiswa bandel yang selalu berdebat dengan dosen dan selalu melakukan demonstrasi.
Ia tidak pusing meskipun IPK yang di perolehnya selalu di bawa angka 3. Sulkarnain kembali merenungi dirinya dan kondisi keluarganya. Jika hal tersebut terus dilakukan sama akan membuat kecewa orang tuanya.
Menginjak semester 5, ia kemudian mendapat informasi beasiswa bagi mahasiswa yang memiliki IPK di atas 3. Sejak saat itulah ia kembali bersungguh-sungguh dalam belajar. Usaha tak menghianati hasil, usai ujian semester, ia berhasil memperoleh IPK 3,9.
Peran sosok ibu diakuinya sangat mempengaruhi kehidupannya saat dan setelah menyelesaikan sekolahnya. Hidup dari pasangan yang berprofesi sebagai penjahit membuat dirinya bisa menjahit celananya sendiri saat SMP. Namun, sejak saat itu sang ibu melarang Sulkarnain untuk menyentuh mesin jahit.
“Kalau saja dulu saya masih sentuh itu mesin jahit mungkin saya tidak bisa jadi seperti sekarang. Mungkin kalau saya sudah bisa hasilkan uang sendiri dulu langsung malas sekolah. Ibu saya hanya menitipkan pesan untuk sekolah setinggi mungkin. Nanti sekarang-sekarang ini baru saya sadar maksudnya,” ucap Sulkarnain.
Sang ibu juga selalu mendukung langkah yang diambil oleh Sulkarnain, termasuk dalam politik. Suatu ketika, Sulkarnain baru pulang dari mengampanyekan dirinya untuk maju dalam Pilwali dan langsung tertidur di sofa karena kelelahan.
Saat itu, ibunya membangunkannya untuk menunaikan ibadah salat subuh. Entah angin apa yang menggerakkan hati ibunya untuk memberikan semua uang tabungannya kepada Sulkarnain untuk terus bergerak mengampanyekan dirinya.
Begitu tersayat hati Sulkarnain melihat tabungan ibunya yang tidak seberapa besar dari hasil ia menjahit namun sepenuhnya diberikan kepadanya sebagai tambahan modal untuk mengampanyekan dirinya. Dukungan penuh tersebutlah yang membuat semangat Sulkarnain terus membara sampai ia memenangkan Pilwali tahun 2017 bersama ADP.
Ilustrasi Politik dan Cara Pandang Memilih Partai
Sulkarnain kadir mengilustrasikan politik seperti toilet. Menurutnya toilet kotor atau dipandang kotor karena tidak ada yang membersihkan. Harus ada yang masuk membersihkan agar bisa bersih. Namun, untuk masuk kedalam butuh resiko seperti keciprat kotorannya.
Seperti itulah ia mendeskripsikan dunia politik saat itu. Harus ada yang masuk kedalam untuk membenahi sistem, membenahi hal-hal yang ada di dalam tidak hanya dengan teriak-teriak di luar dan protes.
Namun masuk ke dalam dengan tidak menjadi bagian dari hal buruj tersebut. Jangan sampai seperti ibarat petugas sampah yang biasa mencium bau busuk menjadikan penciumannya tidak sensitif lagi. Bahkan ketika mencium bau harum langsung pingsan.
Singkatnya, Sulkarnain menerapkan mekanisme dan sistem dalam partainya (PKS) yang bisa membantu dan melindunginya untuk tidak menjadi sistem yang bobrok itu. Ia juga mengaku nyaman di partai tersebut karena memiliki prinsip 3 aman. Aman secara hukum, sosial dan aman secara syariah.
Berkali-kali Gagal Jadi Anggota DPRD hingga Jadi Wali Kota Kendari
Setiap perjalanan selalu memiliki cobaan. Termasuk perjalanan karir Sulkarnain Kadir dalam politik. Usai masa jabatannya sebagai anggota DPRD Kota Kendari tahun periode 2004-2009, ia kembali mencalonkan diri di DPRD Kendari untuk periode kedua yaitu 2009-2014. Namun, ia tidak terpilih.
Hal tersebut tidak membuatnya kaget. Pasalnya, saat ia menjabat di DPRD dengan berbekal ilmu ekonominya, Sulkarnain sangat ketat dalam pembahasan anggaran sehingga sangat susah untuk tembus jika pembahasan anggaran yang tidak sesuai kebutuhan.
Tak berhenti di situ, Sulkarnain kembali mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Kendari periode 2014-2019 namun kembali gagal. Kini, sang istri Sri Lestari yang harus menerima perkataan dari tetangganya. Namun ditanggapi dingin olehnya dan terus mendukung langkah suaminya.
Sulkarnain terus berusaha, hingga ia memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai wakil dari ADP dalam Pilwali 2017-2022. Ujian dari tuhan berhasil dilaluinya, ia ditakdirkan menjadi Wakil Wali Kota Kendari saat itu.
Dalam masa kepemimpinannya tersebut, ia berhasil membimbing Kota Kendari melewati pandemi covid-19 dengan perekonomian yang terus meningkat. Di tengah kekhawatiran pandemi oleh setiap daerah di Indonesia, Sulkarnain malah berhasil membangun Kota Kendari, merenovasi gedung-gedung dan meningkatkan mutu pendidikan hingga mengalahkan Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan.
Tak banyak kata untuk menggambarkan rintangan, usaha dan capaian dalam perjalanan Sulkarnain. Semua ia lakukan dengan bersungguh-sungguh, ulet dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Meskipun saat ini tidak lagi menjadi Wali Kota Kendari, ia masih terus begadang menerima tamu di rumahnya baik untuk meminta masukan, maupun meminta bantuan dana.
“Jangan Berhenti Mencoba, dan Jangan Coba-Coba untuk Berhenti,” pesannya kepada generasi muda Sulawesi Tenggara (Sultra) terkhusus Kota Kendari. (*)
Kontributor: Ismu Samadhani
Editor: Ilham Surahmin