ZONASULTRA.COM, BURANGA – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Sosiologi Hukum Sulawesi Tenggara (GSH-Sultra) dan Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Kulisusu Utara (HIPPEMASULTRA) menggelar unjuk rasa di kantor DPRD Buton Utara (Butur), Jumat (21/8/2015). Kelompok mahasiswa ini menyoroti proyek pengadaan air bersih di empat desa di Kecamatan Kulisusu Utara, yaitu Desa Wa Mboule, Desa Wa ode Buri, Desa Lelamo dan Desa Labale yang telah menelan anggaran miliaran rupiah, namun hasilnya belum juga dinikmati oleh masyarakat di empat desa tersebut.
Koordinator Lapangan (Korlap) aksi Sucipto mengatakan, Dinas Pekerjaan Umum (PU) Butur mendapatkan porsi APBD tahun anggaran 2014 sebanyak Rp 1,9 miliar untuk pengadaan air besih. Pengerjaan proyek ini telah berakhir pada Desember 2014 lalu. Dari anggaran juga disediakan 5 persen untuk pemeliharaan selama 6 bulan.
“Tapi mengejutkan dan membuat masyarakat Kecamatan Kulut resah khususnya empat desa ini sampai sekarang air bersih itu belum juga dinikmati,” katanya.
Bahkan mesin penyalur air bersih terindikasi menggunakan mesin bekas pakai dan bahan yang digunakan seperti pipa penyalur air bersih tidak sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
“Sangat jelas proyek ini terindikasi tidak sesuai bestek, atas perbuatan ini juga telah menimbulkan konflik horizontal di tataran masyarakat serta berindikasi merugikan keuangan daerah dan merupakan tindakan pembodohan serta penipuan terhadap masyarakat Butur,” tegasnya.
Mahasiswa juga mendesak Dinas PU Butur untuk memberikan penjelasan yang konkrit kepada masyarakat, dan meminta kepada pihak DPRD setempat untuk segera memanggil dinas PU serta penanggung jawab proyek.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Butur Abdul Salam Sahadia saat menerima para pendemo berjanji akan menindak lanjuti tuntutan mahasiswa dengan segera mungkin memanggil instansi terkait.
“Ini merupakan masukan bagi legislatif, dan kami akan memanggil dinas PU untuk meminta penjelasan terkait proyek pengadaan air bersih itu,” singkat politisi muda Demokrat ini.
