Demi Biaya Sekolah, Remaja Ini Keliling Kampung Bersepeda Jualan Kue

51

Inilah yang dirasakan Andi, remaja Kelurahan Tuoi Kecamatan Unaaha, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) yang rela mengorbankan waktu bermainnya untuk berkeliling menjajakan kue buatan ibunya

Inilah yang dirasakan Andi, remaja Kelurahan Tuoi Kecamatan Unaaha, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) yang rela mengorbankan waktu bermainnya untuk berkeliling menjajakan kue buatan ibunya demi menafkahi keluarga sekaligus membiayai sekolahnya.
Sejak sang ayah yang merupakan kuli bangunan merantau ke Makassar, Andi lah yang menggantikannya mencari nafkah. Perannya yang berat inilah membuat Andi harus pintar-pintar menyisihkan waktu antara bekerja dan belajar.
Bermodalkan sepeda tua yang warnanya sudah mulai pudar, setiap sore usai sekolah Andi mengelilingi rumah-rumah warga untuk menjajakan kue buatan ibunya. Hasil yang didapatkan memang tidak seberapa, namun remaja 15 tahun ini tidak pernah putus asa untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Terkadang rasa malu menghinggapinya kala teman-teman sekolah mengejek dirinya dengan sebutan penjual kue keliling. Namun, ia tak pantang menyerah.
“Terkadang saya terusik dengan tingkah laku teman-teman di sekolah, saya juga sering marah saat mendengar olokan mereka, tapi saya diam saja karena memang sudah itu faktanya. Saya terkadang bilang ke mereka, daripada saya mencuri atau meminta-minta, mending saya jualan kue,” papar remaja yang masih duduk di kelas IX SMPN 1 Unaaha ini kepada zonasultra.id, Jumat (20/2/2015).
Meski sering diolok, Andi mengaku tidak akan pernah berhenti berjualan kue. Sebab hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini untuk membantu keluarganya, terlebih kondisi ibunya yang sering sakit-sakitan. Justru Andi merasa bersyukur masih diberikan kekuatan untuk menjaga dan membantu kedua orang tuanya.
Sebelum berangkat ke sekolah, Andi selalu menyempatkan diri ke pasar untuk membeli bahan-bahan kue yang akan dia jajakan sepulang sekolah. Karena membantu ibunya inilah dia sering terlambat ke sekolah.
“Dulu saya pernah tidak di izinkan masuk sekolah karena terlambat. Saya juga pernah dihukum karena memaksa masuk sekolah walaupun saya terlambat. Saya sama sekali tidak keberatan dengan semua itu yang penting saya harus masuk sekolah dan belajar, terserah guru kelas yang mengajar saat itu, dia mau hukum saya atau menyuruh pulang saja karena terlambat,” cerita Andi dengan senyum menghiasi sudut bibirnya.
Menurut wali kelas Andi, Sulaiman, di sekolah Andi dikenal sebagai anak yang baik dan selalu membantu teman-temannya yang membutuhkan bantuan. Meski tak menduduki peringkat pertama di kelas, namun nilai-nilai di rapor Andi terbilang baik dengan rata-rata 7,85.
“Dia (Andi) juga proaktif di setiap kegiatan sekolah, baik itu yang sifatnya formal maupun non formal. Dia hampir tidak pernah bermasalah di sekolah, kecuali terlambat. Tapi meski sering terlambat masuk sekolah, ada satu hal yang ada dalam diri Andi yang tidak dimiliki teman sekelasnya,” beber Sulaiman.
Putra pasangan Husnil Mappa dan Nuraini ini hampir tidak punya waktu bermain layaknya remaja seusianya. Ia harus merasakan letihnya berkeliling kampung hanya untuk meringankan pekerjaan orang tuanya dalam mengumpulkan rupiah. 
“Andi hanya bermain kalau tidak ada pekerjaan di rumah. Dia juga tidak pernah menuntut kami untuk dibelikan ini atau dibelikan itu. Saya sangat bersyukur memiliki anak seperti Andi. Dia tidak pernah merasa malu keliling kampung untuk berjualan kue. Saya sering merasa kasihan dengan anakku (Andi) yang setiap harinya tanpa kenal lelah terus berkeliling menjajakan kue, bahkan hujan dia tetap pergi juga,” tutur Ibu Andi, Nuraeni dengan mata berkaca-kaca. 
Andi yakin semua kerja kerasnya saat ini akan berakhir dengan indah kelak. Ia percaya tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras dan doa. (Restu)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini