Sampah Demokrasi

Sampah Demokrasi
Alfian Syarif

Pemilu merupakan salah satu tolak ukur dari suatu negara demokrasi. Pemilu yang dapat terlaksana dengan baik, berarti demokrasi dalam negara tersebut pun baik. Pemilu merupakan kehendak mutlak bangsa Indonesia yang menetapkan dirinya sebagai negara demokratis. Dalam konstitusi, negara Indonesia sendiri menyebutkan pemilu merupakan manivestasi kedaulatan rakyat. Pemilu kali ini, yang diadakan setiap 5 tahun sekali sangat ditunggu-tunggu (dinantikan) dari berbagai pihak.

Sampah Demokrasi
Alfian Syarif

Dan sebentar lagi, pesta demokrasi (Pilkada Serentak) akan segera dimulai. Warga negara yang menantikan pilkada serentak kali ini, sebagai harapan terjadinya suatu perubahan dan pergerakan kearah yang lebih baik. Bukan hanya warga negara saja, tetapi juga petinggi negara atau pejabat yang sudah menduduki jabatan strategis di bangku pemerintahan. Dalam pemilu kali ini, para petinggi negara akan bertarung mempertahankan jabatannya. Dan seperti ujian, apakah rakyat akan memperpanjang mandatnya atau malah sebaliknya.

Calon-calon yang dipilih oleh partai sebisa mungkin menarik simpati masyarkat melalui cara mengkampanyekan diri mereka atas nama partainya.

Berdasarkan pengalaman penulis, pilkada beberapa tahun silam disalah satu daerah Sulawesi Tenggara tepatnya Kabupaten Bombana, banyak menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat. Dalam hal ini, lebih banyak menghasilkan sampah yang sangat tidak bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri. Sampah yang dimaksud disini adalah lahirnya perpecahan antara sesama masyarakat pasca pesta demokrasi. Kenapa hal ini terjadi? Tiada lain karena sikap prinsipil yang ada dalam diri masyarakat atau dalam hal ini adalah sifat kefanatikan terhadap para calon juaranya tanpa berpikir panjang, apa dampak yang dihasilkan dari sifat-sifat tersebut.

Mengapa sifat seperti ini, selalu dipertahankan masyarakat dalam menghadapi pesta demokrasi? Apakah dengan sifat fanatik terhadap jagoan mereka dapat merubah kehidupan masyarakat? Jawabannya TIDAK! siapa yang memiliki memiliki sifat tersebut? Tiada lain adalah masyarakat kecil yang tidak paham apa sebenarnya tujuan dari pesta demokarasi itu.

Masyarakat harus sadar, bahwa apabila kita salah memilih pemimpin akan berakibat fatal karena akan menyengsarakan rakyatnya karena kepentingan pribadi lebih dikedepankan dibanding kepentingan umum. Dan ironisnya pasca pesta demokrasi, yang terjadi hanyalah perpecahan antara sesama. Bukan perubahan kehidupan sosial sebagaimana harapan masyarakat yang sangat di dambakan. Dan paling parahnya lagi adalah sang juara yang sangat dekat dengan masyarakat semasa kampanye malah mengabaikan janji-janji yang telah disepakati oleh masyarakat yang menjagokannya. Dan para calon ini memanfatkan situasi di daerah terpencil yang minim akan pendidikan.

Sampah-sampah demokrasi atau dalam hal ini perpecahan dilingkungan masyarakat sangat mudah ditemui, khususnya daerah Bombana. Kenapa demikian? Karena minimnya pemahaman dan pendidikan politik dalam menghadapi pemilihan kepala daerah serta penentuan nasib mereka kedepannya. Bahkan mereka dengan bangganya, suara mereka yang dihargai ratusan ribu rupiah untuk nasib buruk yang akan dihadapi lima tahun kedepan, dengan sangat puas mereka menerimanya tanpa harus mempertimbangkan dampak yang harus dihadapi setelah money politic, mereka aminkan.

Para pelaku praktek money politic ini, juga memanfaatkan situasi perekonomian masyarakat yang semakin sulit. Dan kami himbau kepada seluruh masyarakat, khususnya masyarakat Bombana jangan mudah tergiur dengan keuntungan yang sifatnya sementara. Calon pemimpin yang melakukan money politic tentunya tidak berlaku jujur. Sehingga masyarakat yang cerdas atau peserta pemilu yang cerdas jangan mau dipimpin oleh seseorang yang budi pekertinya tidak baik.

Rekomandasi:

Dan harapan kami, kepada pemerintah sebaiknya melakukan sosialisasi pemilu yang bersih dan bebas dari money politik kepada masyarakat luas agar tingkat partisipasi masyarakat dalam demokrasi secara langsung dapat meningkat. Perlu keseriusan dalam penyuluhan pendidikan politik kepada masyarakat dengan penanaman nilai yang aman, damai, jujur dan kondusif, dalam memilih para calon yang dipilh oleh partai. Hal tersebut, sangat membantu menyadarkan masyarakat untuk memilih berdasarkan hati nurani tanpa tergiur dengan praktek money politik yang dapat menghancurkan sistem demokrasi di negeri tercinta ini.

Karena itu, hendaknya praktek money politik serta kecurangan dalam pemilu sebelumnya dapat ditindak lanjuti dan segera dituntaskan. Kemudian masalah tersebut, menjadi pelajaran bagi masyrakat untuk lebih jeli dan teliti dalam memilih. Hasil yang baik, tentu akan menimbulkan efek yang baik pula demi kepentingan seluruh masyarakat nantinya. Bukankah kita menginginkan pilkada serentak 2017 nantinya lebih baik lagi? Menjadi warga negara yang cerdas, dan pihak-pihak yang terlibat mau tetap berintegritas dalam kejujuran. Karena hal itu adalah pokok-pokok yang sangat penting demi terlaksananya pemilihan umum yang jujur, bersih dan menghasilkan hasil yang berkualitas. Saatnya sifat fanatic dihilangkan dan berkata tidak terhadap praktek money politik ! Penulis mengutip kata bijak dari sang novelis inggris  George Eliot bahwa: “Pemilihan umum datang lagi. Perdamaian universal dikumandangkan, dan rubah (anjing utan) menunjukkan satu minat yang tulus untuk memperpanjang hidup unggas”.

 

Oleh: Alfian Syarif
Penulis Merupakan Aktivis HMI Cabang Semarang, dan Pemerhati Sosial di Kabupaten Bombana

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini