Guru di Kolut Tempati Rumdis Tak Layak Huni

85
Guru di Kolut Tempati Rumdis Tak Layak Huni
RUMAH TIDAK LAYAK HUNI - Rumah Dinas (Rumdis) yang tidak layak huni yang saat ini ditempati oleh sejumlah guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Lametuna, kecamatan Koeoha, kabupaten Kolaka Utara (Kolut), Sulawesi Tenggara (Sultra). (Rusman Edogawa/ZONASULTRA.COM)

Guru di Kolut Tempati Rumdis Tak Layak HuniRUMAH TIDAK LAYAK HUNI – Rumah Dinas (Rumdis) yang tidak layak huni yang saat ini ditempati oleh sejumlah guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Lametuna, kecamatan Koeoha, kabupaten Kolaka Utara (Kolut), Sulawesi Tenggara (Sultra). (Rusman Edogawa/ZONASULTRA.COM)

 

ZONASULTRA.COM, LASUSUA – Sejumlah guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Lametuna, kecamatan Koeoha, kabupaten Kolaka Utara (Kolut), Sulawesi Tenggara (Sultra) tinggal di Rumah Dinas (Rumdis) yang tidak layak huni.

Kepala SDN 1 Lametuna, Mulhaeri mengatakan, kondisi perumahan guru yang dibangun sejak tahun 1980 itu sangat memprihatinkan. Dindingnya terbuat dari kayu yang kini sudah lapuk dan berlubang.

Tiang bangunan dan jendela juga begitu. Lapuk dimakan rayap. Lantai yang dulu terbuat dari semen, kini sudah tak ada. Yang tesisa hanya tanah. Bahkan atap dan plafonnya juga bocor.

“Semenjak dibangun tahun 80an, perumahan ini belum pernah direhabilitasi oleh pemerintah,” ujar Mulhaeri kepada zonasultra.id , Kamis (20/7/2017).

Kondisi bangunan perumahan guru yang memprihatinkan itu bukannya sengaja dibiarkan hancur. Sebab, beberapa orang kepala sekolah yang menjabat di sekolah itu sudah pernah mengajukan bantuan rehabilitasi bangunan kepada pemerintah darah. Namun, tidak pernah ditanggapi.

Teranyar, Mulhaeri juga mengajukan permohonan yang sama kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikmudora) Kabupaten Kolut. Tapi tidak direspon juga.

Menurut Mulhaeri, perumahan itu sangat penting keberadaanya. Karena beberapa orang guru yang mengajar di sekolah itu berasal dari luar desa Lametuna. Mereka tidak tidak memiliki tempat tinggal tetap di desa itu, selain perumahan yang nyaris rubuh itu.

Mastiah, salah seorang guru yang masih menempati perumahan tersebut mengaku, sejak tahun 2014 lalu, saat pertama kali dia menempati salah satu perumahan itu, kondisinya memang sudah tidak layak huni.

Bahkan, ketika hujan tiba, air merembes ke dalam rumah. Semua barangnya ikut basah. Jalan satu-satunya bagi Mastiah adalah menghindar, mengungsi ke rumah kerabatnya.

“Tapi saya tetap bersabar, mudah-mudahan perumahan ini segera di rahab,” kata guru bidang studi Agama itu.

Ia mengatakan, selama beberapa tahun berturut turut ini, pihak sekolah selalu mengusulkan permohonan bantuan rehab kepada pemerintah. Baik melalui Musyarawah Rencana Pembangunan (Musrembang) tingkat desa, maupun kepada pengajuan langsung ke instansi terkait.

“Akan tetapi, kondisi perumahan guru ini tetap seperti itu. Tidak ada juga bantuan rehab seperti yang kita inginkan,” keluhnya. (B)

 

Reporter : Rusman Edogawa
Editor : Abdul Saban

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini