Agustus merupakan bulan yang sangat di nanti oleh seluruh masyarakat Indonesia. Kenapa tidak , gelora di jiwa seprti terbakar api semangat dengan menyadari bahwa di tanggal 17 agustus Indonesia merdeka. Seluruh lapisan masyarakat Indonesia girang rasaya tak peduli tenaga dan biaya untuk menancapkan tiang disertai dengan bendera Merah Putihnya di depan rumah mereka dari pejabat pemerintah sampai rakyat jelata.
Seolah-olah ingin menunjukkan bahwa Indonesia ini Negara kami dan kami bangga terlahir di Indonesia. Bahkan hampir di seluruh pelosok Indonesia dengan semangat menggelar berbagai kaegiatan sebagai Euforia menyambut momentum hari kemerdekaan.
Namun berkenaan dengan itu, saya sedikit miris dan tergugah melihat coretan di laman social media sahabat saya yang mengatakan “Tidak usah sok-sok an ikut acara 17san. cukup kirimkan doa kepada arwah para pejuang yg telah memperjuangkan negara ini “ (OM BOB) . Sebuah kalimat pendek yang menurut saya sangat dalam maknanya .
Yah.. Adakah kita yang terlarut dalam Euforia hari kemerdekaan sejenak berdiam dan merenungi serta mendoakan para Pahlawan? Pernahkah kita menengok para veteran yang rela mengorbankan segalanya untuk mencapai kemerdekaan? Ataukah Momentum hari kemerdekaan hanya simbolitas dengan mengadakan upacara bendera dan sebagai tempat untuk ajang lomba-lombaan kemudian itu selesai. Jawabannya ada di masing-masing warga Indonesia.
Namun faktanya banyak veteran yang telah berjuang telah di lupakan oleh orang – orang yang dulu di perjuangkannya . terbukti dengan sepucuk surat dari Korps Cacat Veteran Republik Indonesia pada bulan juli 2013 silam yang isinya: meminta perhatian pemerintah. Bahkan sering kali kita melihat dan mendengar nasib veteran yang kurang di perhatikan di berbagai media.
Padahal Bungkarno pernah berpesan bahwa “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya” .
Merdeka ”katanya”
Merdeka !!!, Merdeka!!!, Merdeka!!! Kata itu yang sering di ucapkan para pahlawan terdahulu untuk sebagai pembakar semangat yang tujuannya ialah Memerdekakan Indonesia. Bahkan masih sering di teriakkan hingga saat ini sebagai bentuk Patriotisme dan nasionalisme kita sebagai rakyat Indonesia.
Berbicara tentang kemerdekaan, sebuah bangsa dikatakan merdeka bukan sekedar hanya bebas dari cengkraman imperialisme dan kolonialisme penjajah saja, tetapi menurut penulis esensi dari kemerdekaan sesungguhnya adalah tiada lagi rakyat yang kelaparan menjalani hidup dalam keadaan sulit dan sangat memperihatinkan serta tidak ada lagi kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat
Rakyat yang hidup di sebuah negara merdeka seharusnya dapat menikmati kehidupan yang lebih baik (sejahtera), dengan cukup sandang, pangan dan papan.Kemerdekaan tidak berpangkal dari sebuah institusi (negara), tapi dari individu.
Sebuah bangsa baru dapat dikatakan “merdeka” sepenuhnya, apabila individu-individunya telah memiliki kemerdekaan; dalam arti memiliki kedaulatan atas dirinya sendiri secara utuh disertai dengan pemerataan pembangunan dari sabang sampai merauke . Sesuai yang sering di katakan abdur seorang komika dengan orasi disertai komedinya yang menyuarakan suara minor dari Timur.
Sudah merdeka kah kita? Ditengah maraknya kesenjangan sosial, kemiskinan, dan pengangguran meraja lela yang sama sekali belum mencapai esensi “Merdeka”. Apalagi pemerintah telah menerapkan Masyarakat Ekonomi Asen(MEA) yang secara tidak langsung memaksa rakyat Indonesia untuk meningkatkankan kualitas dirinya yang mana persaingan bukan hanya di lingkup Indonesia saja melainkan harus siap bersaing dengan Beberapa Negara Di asia.
Namun, Pemerintah Seolah lupa Untuk meng-Upgrade Soft skil ataupun kecakapan masyarakat Indonesia dalam segala bidang untuk hal yang bisa dibilang sangat berpengaruh ini terutama untuk para pekerja dan para pengangguran yang belum mendapatkan pekerjaan. Ataukah mungkin Pemerintah berlindung di balik MEA hanya untuk leluasa memasukkan orang asing di negri ini? Dan inilah salah satu hal yang terjadi disebutkan warga Tiongkok menguasai menguasai mega Industri di salah satu daerah Di Indonesia.
(http://zonasultra.id/warga-tingkok-kuasai-mega-industri-di-morosi-sebagian-jadi-tukang-masak.html)
Sistem Indonesia ibaratnya sebuah serial drama yang kadang kita tertawa karena bahagia bahkan menangis karena sedih dengan beberapa kebijakan Pemerintah . yang lagi Panasnya ialah resuflek kabinet kerja yang telah berulang kali dan berujung pemecatan dengan hormat Arcandra Tahar dari jabatannya sebagai menteri ESDM dan di gantikan oleh Luhut Binsar Pandjaitan. Ntah Skenario apa yang telah di rancang oleh sang sutradara, kita hanya penonton serial drama yang di lakoni aktor-aktor istana yang jelas Presiden sebagai pemeran utamanya.
Harap penulis mari kita jadikan momentum hari kemerdekaan ini sebagai ajang refleksi dan tidak terlarut dengan euforia yang tanpa bekas .Semoga kita tidak pernah lupa dengan para pahlwan yang berjuang mengorbankan jiwa dan raganya untuk memerdekakan Indonesia.
Tanahku Yang Ku Cintai
Engkau Ku Hargai
Pahlawanku Yang ku Banggakan
Sebait Doa Tulus dan Ikhlas Ku panjatkan Untukmu
Dirgahayu Indonesiaku Yang Ke 71 . Jayalah selalu
Merdeka!!! Merdeka!!! Merdeka!!!
Makassar 16 agustus 2016
Penulis : Miswadi Nirwan
Penulis merupakan Mahasiswa asal pomalaa / Presiden Mahasiswa STMIK Handayani Makassar /Kader PMII Rayon Teknik Informatika Komiisariat STMIK Handayani Makassar.