ZONASULTRA.COM, RAHA – Sejumlah nelayan Kecamatan Towea, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra) resah dengan aktivitas puluhan kapal tongkang yang beroperasi di wilayah setempat.
Selain merusak terumbu karang laut sebagai tempat hidutampop ikan, aktivitas kapal tongkang di Selat Towea tersebut dinilai rawan kecelakaan laut.
Hal itu dikeluhkan Penjabat (Pj) Kepala Desa (Kades) Wangkolabu, Masling saat pelaksanaan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) di Kecamatan Napabalano, Rabu (17/3/2021).
Kata Masling peristiwa kecelakaan laut di Selat Towea sering diakibatkan aktivitas puluhan kapal tongkang tiap harinya.
“Ini mengganggu. Ada kecelakaan hingga meninggal dunia salah seorang warga Muna akibat ditabrak kapal tongkang,” terang Masling.
Tak hanya itu, kata Masling, aktivitas kapal tongkang yang melintas dari Konawe Selatan (Konsel) menuju lokasi Smelter itu juga merusak habitat laut. Dampaknya juga, nelayan tidak maksimal melakukan penangkapan ikan.
“Nelayan tidak aman menangkap ikan. Pernah kapal mereka menabrak karang laut. Mereka mengeluh hasil tangkapannya berkurang,” keluhnya.
Atas kejadian itu, pihak desa berharap pemerintah daerah (pemda) dapat mengimbau perusahaan tambang yang beroperasi tersebut dapat mengalihkan jalurnya.
“Kami berharap pemda bisa fasilitasi mengalihkan jalur kapal tongkang melalui jalur Selat Tampo,” ujarnya.
Merespon hal itu, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Muna, La Kusa menegaskan pihaknya akan segera memberikan peringatan kepada pihak perusahaan agar segera mengalihkan jalur operasi kapal tongkang tersebut. “Nanti kita akan ke sana. Kalau perlu kita tutup jalurnya,” tegas La Kusa.
Hal tersebut kata La Kusa sangat mempengaruhi mata pencaharian nelayan karena aktivitas melaut terhambat. “Jika aktivitas nelayan terhambat otomatis hasil tangkap ikan menurun dan ini mempengaruhi kebutuhan ikan setiap harinya,” ujarnya. (A)
Kontributor: Nasrudin
Editor: Muhamad Taslim Dalma