Hal ini mengemuka dalam High Level Meeting dan Rapat Kerja Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se Sultra yang dipimpin langsung oleh Sekretaris Daerah Sultra sekaligus Ketua TPID Sultra
Hal ini mengemuka dalam High Level Meeting dan Rapat Kerja Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se Sultra yang dipimpin langsung oleh Sekretaris Daerah Sultra sekaligus Ketua TPID Sultra di Aula Teporumbu BI, Rabu (4/2/2015).
Kepala BI Kendari, Dian Nugraha mengungkapkan bahwa realisasi inflasi Sultra pada 2014 mencapai 7,39%. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang hanya 5,92%.
Dikatakan, inflasi Sultra sepanjang 2014 lalu masih terkendali pada single digit dan berada di bawah inflasi nasional sebesar 8,36 persen. Juga masih berada di bawah inflasi daerah-daerah yang ada di wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua. Sultra berada empat terbawah setelah Maluku, Papua Barat dan Gorontalo.
“Pencapaian tersebut cukup menggembirakan, karena diraih di tengah kondisi tingginya tekanan inflasi kelompok administered prices yang bersumber dari kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, penyesuaian tarif listrik untuk kelompok rumah tangga dan industri, kenaikan harga LPG 12 kg dan penyesuaian tarif angkutan udara,” jelas Dian Nugraha.
Namun, kata Dian, ke depan risiko tekanan inflasi masih cukup besar meskipun harga beberapa komoditas terutama energi cenderung menurun. Dalam jangka pendek, tekanan inflasi dari kelompok pangan diperkirakan masih cukup tinggi terutama terkait dengan faktor cuaca yang kurang mendukung. Selain itu, resiko inflasi diperkirakan juga akan bersumber dari kelompok administered prices seiring dengan kebijakan reformasi subsidi energi yang tengah berlangsung.
“Inilah yang membuat kami (BI) dan pemerintah bertekad untuk meningkatkan sinergitas demi mengefektifkan pengendalian inflasi di Sultra ke tingkat yang lebih rendah dan stabil,” ujar Dian. (Jumriati)
