Secara terminologi Pemuda ada beberapa Definisi yaitu pertama, Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang. Secara internasional,World Health Organisation ( WHO ) menyebut sebagai” young people” dengan batas usia 10-24 tahun, sedangkan usia 10-19 tahun disebut ”adolescenea” atau remaja. International Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai kelompok pemuda. Definisi yang kedua, pemuda adalah individu dengan karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil.
Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda dan kaum muda. Seringkali terminologi pemuda, generasi muda, atau kaum muda memiliki definisi beragam. Definisi tentang pemuda diatas lebih pada definisi teknis berdasarkan kategori usia sedangkan definisi lainnya lebih fleksibel. Dimana pemuda/ generasi muda/kaum muda adalah mereka yang memiliki semangat pembaharu dan progresif.
Selanjutnya menurut UU nomor 40 Tahun 2009 tentang kepemudaan maka Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun.
Menyoal dualisme yang terjadi di KNPI Propinsi Sulawesi Tenggara hanyalah merupakan rangkaian konflik internal dikepengurusan KNPI pusat. Konflik di KNPI terjadi karena pertentangan masalah umur untuk menjadi pengurus, ada yang berdasar atas UU nomor 40 Tahun 2009 tentang kepemudaan dan ada yang berdasar atas Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi, sehingga menimbulkan interpresetasi yang berbeda- beda sehingga lahirlah dualisme. Lebih jauh dari itu, jika titik tolak berpikir kita didasarkan dari batasan umur maka dapat di simpulkan hal ini adalah perebutan panggung antara Pemuda yang berumur kurang dari 30 Tahun dan yang masih menanggap dirinya sebagai Pemuda dari sikap tindak serta gagasannya. Selanjutnya diakui atau tidak, pengaruh konfigurasi politik di pusat maupun didaerah juga turut mempengaruhi dalam perebutan kepengurusan KNPI sehingga sangat sulit untuk menyatukan persepsi karena pada kenyataannya KNPI justru kini secara nyata tidak untuk mengembangkan kreasi dan kreativitas Pemuda sebagai aset Kepemimpinan bangsa tetapi ruang gontok-gontokkan Pemuda dengan berbagai kepentingan politik praktis nya.
Dualisme Sebagai Fenomena Demokrasi
Demokrasi telah memasuki berbagai sendi-sendi kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara, demokrasi kita akui sebagai bentuk berperannya setiap individu dan kelompok masyarakat dalam pembangunan fisik dan psikologi berbagai bidang kehidupan. Namun disisi lain telah melahirkan sebuah feomena, hal ini dapat kita lihat dari berbagai dualisme kepengurusan partai politik, organisasi profesi hingga organisasi kepemudaan. Tanpa bermaksud untuk menyimpulkan hal ini tetapi paling tidak fenomena ini mengancam persatuan dan kesatuan bangsa karena organisasi Kepemudaan memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dualisme ditubuh organisasi kepemudaan menunjukan mandeknya komunikasi diantara pemuda namun jika kita ingin merefleksi perjalanan kemerdekaan negara dan bangsa ini, paling tidak kita dapat meresapi yang dilakukan para pendiri Negara. Bahwa sidang BPUPKI untuk merumuskan dasar negara pada saat itu memang terjadi perdebatan yang sangat panjang dan alot namun hingga akhirnya perdebatan itu berakhir pada 1 Juni 1945 setelah Soekarno berpidato tentang Dasar negara yang oleh beliau di beri nama PANCASILA.
Pancasila sebagai dasar negara yang dicetuskan Soekarno dalam pidatonya tersebut lalu tidak serta merta beliau mengklaim konsep dan gagasan itu sebagai pemikirannya namun Soekarno menyebut bahwa Pancasila itu sebagai hasil atau akumulasi pemikiran bersama para pendiri negara terutama mereka yang tergabung dalam BPUPKI dan PPKI, kemudian pemberian nama Pancasila pun oleh Soekarno diakui berasal dari temannya seorang ahli bahasa,begitu sangat ikhlasnya seorang negarawan untuk menciptkan kemandirian bangsanya.
Masih Terkait dengan dualisme organisasi pemuda baik dipusat maupun didaerah, hal ini merupakan akumulasi dan fenomena percaturan politik nasional, masih segar dipikiran kita berbagai organisasi politik hingga organisasi Profesi yang mengalami dualisme hingga kini,di akui atau tidak hal ini akan berpengaruh dalam persatuan dan kesatuan bangsa baik secara internal maupun dipergaulan internasional. Salah satu anggapan paling menonjol tentang dualisme dalam kepengurusan suatu institusi tersebut adalah setiap kubu mendaulat diri sah secara hukum dengan berbagai macam proses nya.
Ada beberapa nilai yang dapat diambil dari sepenggal cerita sejarah tersebut diatas, bahwa betapa totalitasnya para pendiri negara dalam mengkultuskan sebuah dasar negara, kita juga harus meyakini betapa banyak kepentingan yang tidak dapat dinaskahkan namun karena kebesaran hati akhirnya Pancasila dianggap representatif untuk mengakomodasi kepentingan dari semua individu dan kelompok masyarakat sebagai warga negara.
Otonomi Organisasi Kepemudaan
Apakah organisasi Kepemudaan harus di Otonomi ??? ini adalah pertanyaan awal untuk menjawab realita atas lahirnya dualisme organisasi kepemudaan didaerah.
Otonomi dapat di artikan kewenangan untuk mengurus rumah tangga sendiri, selanjutnya Jika otonomi diarahkan pada KNPI didaerah maka Organisasi ini dapat diarahkan untuk mengelola dengan bebas dan bertanggung jawab untuk menentukan arah organisasi, semisal Penentuan Kepengurusan yang kini menjadi tantangan dan masalah ditubuh KNPI tersebut. Mungkin perlu pengakuan bahwa Penentuan Kepengurusan KNPI diDaerah tidak lagi boleh diintervensi oleh KNPI pusat sehingga konflik yang terjadi dipusat tidak menjalar dan mempengaruhi Kepengurusan KNPI didaerah. Selanjutnya memang penting untuk dilakukan inventarisasi atas OKP yang layak untuk menjadi bagian dari KNPI didaerah sehingga ada tertib adminstrasi organisasi. Paling tidak beberapa hal tersebut diatas kini Menghinggapi KNPI Sulawesi Tenggara sehingga memerlukan upaya sadar terencana agar masalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Bukan Pemuda Jika Tanpa Solusi
Diawal-awal perjuangan bangsa indonesia, Pemuda diakui sebagai penghasil dan pembawa gagasan pemikiran untuk memberi kesadaran hidup bersama diTanah Pertiwi, Sejarah mencatat sepak terjang Pemuda yang dimulai sejak sumpah Palapa Gadjah Mada yang berkomitmen kuat dan konkrit menyatukan Nusantara, Kemudian Kebangkitan Nasional dengan Budi Utomo pada Tahun 1908 dimasa ini pemuda membawa semangat tentang pentingnya kesadaran untuk keluar dari pembodohan dan politik devide et impera ( politik adu domba penjajah ), selanjutnya pada Tahun 1928 lahirnya sumpah pemuda sebagai akumulasi dari sebuah kesadaran nasionalisme, Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 agustus 1945, perjuangan mempertahankan Kemerdekaan pada Tahun 1948-1949, hingga Reformasi pada Tahun 1998.
Jika dirunut ternyata Pemuda adalah solusi Bangsa, Pemuda lah yang membawa cahaya kemerdekaan hati dan pikiran indonesia, masih selalu menjadi jargon kita bersama “ Berikan aku seribu orang tua maka aku akan mencabut semeru hingga keakarnya, berikan aku sepuluh Pemuda Maka akan kuguncangkan dunia “, pemuda kini digerogoti kepentingan individu dan kelompok sehingga kesadaran untuk damainya hidup bersama tidak lagi menjadi prioritas dialam pikiran dan sikap tindak. Bukan untuk menggeneralisir, Pemuda kini gamang diatas rel egosentrisme sehingga Pemuda tidak lagi sebagai sumber solusi atas permasalahan yang di hadapi oleh negara dan bangsa.
KNPI sebagai Lembaga tertinggi Pemuda harus terkelola dengan hati dan pikiran yang baik yang harus di lepaskan dari anasir-anasir kepentingan individu dan kelompok apalagi perebutan kekuasaan oleh para elit politik di pusat dan di daerah sehingga hal yang menjadi lucu jikalau KNPI hanyalah representasi kelompok yang tidak mampu memfasilitasi pemuda untuk mengembangkan kreasi dan kreatifitasnya.
Pemuda Sulawesi Tenggara Inisiator Indonesia
Indonesia sebagai negara Kepulauan terdiri berbagai macam Bahasa,Suku, agama,ras dan budaya yang pada akhirnya kita disatukan dengan Bhineka Tunggal Ika ( berbeda- beda tapi tetap satu ), namun sekiranya kita tidak salah kalau mengatakan bahwa Sulawesi Tenggara sebagai miniatur Indonesia karena di sini pun juga ada keanekaragaman itu.
Kini Pemuda telah menghimpun diri dalam sebuah Organisasi yang bernama Komite Nasional Pemuda Indonesia ( KNPI) adalah sebagai ruang yang secara sadar terencana untuk menghasilkan kader Kepemimpinan Bangsa, sebagai ruang pengembangan kreasi dan kreatifitas pemuda namun kini dialam nyata, hal itu hanyalah sebagai teks mati yang kehilangan semangat maju sebagaimana karakter Pemuda itu sendiri. Perebutan Kepengurusan KNPI tidak ayal nya sebuah perebutan panggung elit politik yang saling sikut dan menjungkalkan satu dengan yang lain, kini sangat sulit menemukan yang Muda dan mengaku dirinya Muda dengan karakter Seorang Negarawan.
Konflik yang terjadi di KNPI Pusat kini telah merasuki Pemuda Sulawesi Tenggara yang juga berhimpun di KNPI sebagai ruang menyatunya ide lokal dan nasional didaerah, hasil musyawarah daerah KNPI Propinsi Sulawesi Tenggara bagaikan bola panas yang tidak menemukan pengakuan. Berbagai bola panas itu paling tidak adanya beberapa masalah mengenai penyelenggaran Musyawarah daerah yang di anggap tidak prosedural hingga lahirnya gagasan Musyawarah tandingan oleh beberapa organisasi Kepemudaan yang berhimpun di KNPI Propinsi Sulawesi Tenggara.
Sulawesi Tenggara Sebagai Miniatur Indonesia tentunya juga Pemudanya sebagai representasi itu, tidak salah sekiranya kita kembali merajut kesadaran Nasionalisme, kekuasaan hanyalah balon-balon sabun seperti yang dikatakan oleh para penyair, namun kekeluargaan yang kita bingkai secara bersama tidak pernah berhenti pada ruang dan waktu, oleh sebab itu Perebutan kepengurusan KNPI Sulawesi Tenggara mesti di pertegas bukan sebagai perebutan kekuasaan oleh partai politik tetapi akan indah sekiranya ada penyatuan gagasan dan konsep untuk membangun indonesia dan sulawesi Tenggara, yang seingat-ingat saya negeri ini di bangun atas asas kekeluargaan dan kegotong royongan.
Pemuda Sulawesi Tenggara yang menggabungkan diri di KNPI mesti menyadari dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk menginisiasi kesadaran nasionalisme pemuda, bukan untuk menjadi bagian dari masalah itu tetapi untuk menjadi solusi dari masalah itu. Pemegang kebijakan pusat tidak boleh meretakkan kesatuan kita Pemuda disulawesi Tenggara yang kita tidak tahu kepentingannya.
Saya tidak ingin mengatakan bahwa permasalahan KNPI di Pusat dan di Sulawesi Tenggara hanyalah masalah kecil yang dihadapi bangsa tetapi ini adalah ancaman serius yang mesti menjadi keresahan bersama karena pemuda merupakan salah satu tiang kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa, ketika pemuda berpikir kerdil dan tanpa karakter seorang negarawan maka kita Indonesia akan segera karam dilautan kepentingan. Pemuda tidak boleh mengkontraproduktifkan hati dan pikirannya hanya karena kepentingan individu dan kelompoknya yang pada akhirnya kepentingan rakyat bangsa dan negara tergadaikan dan terabaikan.
Mesti ada penegasan bahwa Pemuda Sulawesi Tenggara tidak boleh hanya menjadi penghibur dinasional tetapi mampu melahirkan pelangi yang indah itu sebagai suatu bingkai keluarga Indonesia. Sulawesi Tenggara Sebagai daerah yang penuh dengan keanekaragaman filosofi hidup tentunya saya ingin menggugah rasa kebersamaan hidup dimasa lalu yang mesti kita resapi oleh pemuda dimasa kini, “Hansuru-hansuru badha sumanomo kono hansuru liwu, hansuru hansuru liwu sumanomo kono hansuru adjati, hansuru-hansuru adjati sumanomo kono hansuru agama ( biarlah hancur badan ini tetapi daerah tidak boleh hancur, biarlah hancur daerah tetapi adat tidak boleh hancur, biarlah adat ini hancur tetapi agama tidak boleh hancur ) ”.
Filosofi hidup itu tidak boleh dihayati secara konstan dan terbalik tetapi sebagai pemuda kita harus mampu mensinergikan semuanya agar kehancuran itu sama sekali tidak ada, pemuda adalah lumbung solusi, pemuda adalah tiang bangsa, pemuda adalah pemicu kesadaran nasional namun jika kini tidak lagi melahirkan solusi, tidak lagi merasa bahwa dirinya adalah tiang bangsa dan tidak lagi menyadari dirinya sebagai kader kepemimpinan bangsa maka betapa pesimisnya kita pemuda untuk mencapai kesejahtreraan disulawesi temggara dan menunaikan janji kemerdekaan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. ***
Oleh La Ode Muh Hasmin
Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana Universitas Gadjah Mada