Kaleidoskop 2016: Perjalanan Panjang Softball Sultra Menuju Emas PON XIX

Kaleidoskop 2016: Perjalanan Panjang Softball Sultra Menuju Emas PON XIX
Kaleidoskop 2016 Berita zonasultra.com
Kaleidoskop 2016: Perjalanan Panjang Softball Sultra Menuju Emas PON XIX
Kaleidoskop 2016 Berita zonasultra.id

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – “Jauh jalan yang harus kau tempuh, mungkin samar bahkan mungkin gelap. Tajam kerikil setiap saat menunggu engkau lewat dengan kaki tak bersepatu”.

Bait lagu penyanyi Iwan Fals tersebut bisa jadi menggambarkan perjalanan panjang olahraga Softball di Sulawesi Tenggara.

Berawal di  tahun 90-an, cabang olahraga Softball hanyalah olahraga yang digeluti oleh kalangan tertentu di Bumi Anoa ini.

Bahkan kalau dilihat dari orang-orang yang menggemari cabang olahraga asal Amerika Serikat ini, hanyalah anak-anak pejabat di Kendari yang sebelumnya kuliah di luar daerah.

Pahri Yamsul
Pahri Yamsul

Sebut saja, Dedi Kaimoeddin putra mendiang mantan Gubernur Sultra La Ode Kaimoeddin yang saat itu menjadi Ketua Pengprov Perserikatan Baseball dan Softball Amatir Seluruh Indonesia (Perbasasi)  Sultra.

Ditangan Dedi Kaimoeddin bersama anak-anak Kendari lainnya, mereka mulai merintis pengembangan olahraga softball di Sultra. Mendatangkan pemain dari luar Sultra menjadi langkah awal yang dilakukan Dedi Kaimoeddin untuk mengembangkan olahraga softball di Sultra.

Bermula di PON XIV, nama seperti Pahri Yamsul seorang mahasiswa yang pernah memperkuat tim softball Sulawesi Selatan, serta Ripuji pitcher asal Kabupaten Bone menjadi awal perjalanan softball Sultra di pesta olahraga empat tahunan terakbar di Indonesia tersebut.

Tetapi saat itu tim softball Sultra yang masih didominasi oleh anak-anak pejabat hanya bisa sebatas penggembira dan menjadi bulan-bulanan daerah lain di Indonesia.

(Baca : Softball Sultra Catat Sejarah)

“Saat itu ketika kami berhadapan dengan Jawa Barat, DKI Jakarta maupun Jawa Timur kami terkadang berpikir kapan waktu kami akan menyerang lantaran lamanya kami harus menjaga serangan lawan dalam satu inning,” kenang Pahri Yamsul, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Pengprov Perbasasi Sultra.

Alhasil, skor mencolok menjadi hal yang lumrah dirasakan oleh tim softball Sultra ketika harus berhadapan dengan tim softball sekelas Jawa Barat dan DKI Jakarta.

Berlanjut di PON XV di Jawa Timur, tim softball Sultra masih harus menerima kenyataan pahit tetap menjadi tim underdog. Memasuki tahun 2004, tim softball Sultra berganti kepemimpinan dari Dedi Kaimoeddin kepada La Ndoloma  yang  kala  itu menjabat sebagai Kepala Dinas Kehutanan Sultra.

Di tangan La Ndoloma, Pahri Yamsul Cs berhasil lolos ke PON XVI di Sumatera Selatan. Diperkuat catcher sekelas Yudi Arifandi tim softball Sultra optimis turun di PON XVI. Hasilnya tetap sama. Tim softball Sultra harus kembali gigit jari karena tetap menjadi tim juru kunci di ajang tersebut.

(Baca : Tahun Emas Softball Sultra)

Memasuki 2005, menjadi awal kebangkitan softball Sultra. Saat itu, Pahri Yamsul yang masih menjadi Ketua Harian Pengprov Perbasasi Sultra meminta seluruh pemain-pemain senior di Sultra seperti Harun Syarifuddin, M Yasin, Haedar Mappy untuk tidak lagi berpikir untuk menjadi atlet tetapi berpikir menjadi pembina softball.

Dimulailah dengan mengirimkan pemain muda Sultra seperti Sofyan Mail, Pangeran Hasdar hingga Rahman Yakin berlaga di Kejurnas Junior di Lampung. Hasilnya sangat baik, tim softball Sultra yang saat itu masih ditangani pelatih Donald Kandao dan Ripuji berhasil meriah juara ketiga.

Cabang olahraga softball Sultra benar-benar mencatatkan prestasi emas di 2016 ini. Tidak tanggung-tanggung tiga prestasi nasional dan satu prestasi internasional berhasil diraih oleh cabang olahraga yang diketuai oleh Pahri Yamsul tersebut. (M Rasman Saputra/ZONASULTRA.COM)
SOFTBALL – Cabang olahraga softball Sultra benar-benar mencatatkan prestasi emas di 2016 ini. Tidak tanggung-tanggung tiga prestasi nasional dan satu prestasi internasional berhasil diraih oleh cabang olahraga yang diketuai oleh Pahri Yamsul tersebut. (M Rasman Saputra/ZONASULTRA.COM)

 

Seiring dengan prestasi tersebut, Pahri Yamsul sebagai ketua Pengprov Perbasasi Sultra Mulai berani menampilkan para pemain muda eks Kejurnas Junior tersebut di ajang Pra PON di Jakarta tahun 2007.

Digabungkan dengan pemain-pemain yang diambil dari Jawa Barat dan Jawa Timur tim softball Sultra percaya diri bisa melanjutkan trend lolos ke PON.

Tetapi diluar dugaan, tim softball Sultra saat itu harus mengubur impiannya untuk lolos ke PON XVII di Kalimantan Timur.

(Baca : Raih Medali PON, Bonus Menanti Atlet Softball Sultra)

Gagal lolos ke PON XVII, tampaknya membuat Pahri Yamsul mengubah total model pembinaan softball di Sultra. Jika sebelumnya tim softball Sultra banyak diperkuat pemain cabutan dari Jawa Barat dan Jawa Timur,  kali ini pihaknya memaksimalkan talenta lokal dan mendatangkan pelatih dari luar Sultra. Saat itu Perbasasi Sultra mendatangkan Yudi Arifandi untuk melatih Heryanto Badillah Cs.

Selain mendatangkan pelatih dari luar Sultra, Pengprov Perbasasi Sultra mulai intens mengikuti kejuaraan softball antar klub. Dibawah panji-panji Lakidende,  para pemain muda Sultra bergabung dengan pemain asing seperti Apolonio Rosales dari Filiphina.

Hasilnya mulai nampak, mental bertanding para pemain muda Sultra semakin tertimpa dengan seringnya bermain bersama dengan pemain sarat pengalaman kejuaraan nasional maupun internasional.

Berawal di ajang Pra PON 2011, turun dengan pemain-pemain muda seperti Syaiful Nurdin, Heryanto Badillah serta Sigit Soeryadarma membuat tim softball Sultra berhasil lolos ke PON XVIII di Riau.

Namun diajang PON XVIII tersebut, tim softball Sultra belum mampu meraih medali. Tetapi sudah mulai menunjukkan kemampuannya untuk menjadi salah satu tim yang harus diperhitungkan di ajang nasional.

Gagal meraih medali di PON XVIII, membuat Pahri Yamsul semakin bersemangat membina para atlet softball di Sultra.

Terbukti generasi Syaiful Nurdin belum juga habis masanya, generasi baru softball Sultra mulai bermunculan. Pemain-pemain muda seperti Lucky Fidel, Efriyanto, Malikul Mulqi Kentanadaku mulai menyusul para seniornya tersebut. Tidak tanggung-tanggung para pemain muda Sultra ini mulai unjuk kekuatan di kejuaraan nasional dengan beberapa kali menjadi juara di Kejuaraan Softball antara SMA se-Indonesia.

Saiful Nurdin
Saiful Nurdin

Melihat potensi para pemainnya mulai menjanjikan, Pahri Yamsul mulai berfikir untuk membina para atlet softball Sultra dengan melakukan pelatihan di luar negeri.

Puncaknya menjelang Pra PON tahun 2015, tim softball putra Sultra mulai menjalankan pemusatan latihan di Filipina selama satu bulan di bawah asuhan pelatih Apolonio Rosales.

Berlatih satu bulan di Filipina mulai memberikan sesuatu yang lain dalam penampilan tim softball Sultra.  Hasilnya, memang tim softball Sultra belum berhasil menjadi juara di ajang Pra PON.

Tetapi lolos sebagai peringkat lima di Pra PON membuat tim softball di Indonesia mulai ketar-ketir melihat perkembangan permainan tim softball Sultra.

Tetapi apa yang dirasakan oleh tim softball daerah lain, tidak dirasakan oleh induk organisasi olahraga di Sultra.  Sebab KONI Sultra tidak menganggap prestasi yang diraih tim softball Sultra di Pra PON sebagai sebuah prestasi yang menjanjikan di PON XIX.

KONI Sultra melalui tim evaluasinya mencoret softball sebagai salah satu cabang olahraga yang akan ditanggung pemberangkatannya ke PON XIX.

(Baca : Saiful Nurdin Pesoftball Asal Sultra Perkuat Indonesia di Kejuaraan Malaysia)

Namun hal ini tidak membuat pelaku softball di Sultra patah semangat. Bahkan Perbasasi Sultra melakukan pemusatan latihan daerah di Filipina dengan menggunakan biaya sendiri.

Alhasil para pesoftball Sultra mulai menjalani pemusatan latihan selama kurang lebih enam bulan di Filipina dengan seluruh biayanya ditanggung Pengprov Perbasasi Sultra.

Tetapi dibalik perjalanan panjang dan penuh tantangan para atlet softball Sultra bisa menuntaskan tugasnya menjalani latihan di negeri orang. Tidak tanggung-tanggung para atlet harus berkorban dengan tidak menjalankan ibadah puasa dan hari raya Idul Fitri bersama keluarganya.

Pengorbanan tersebut nyatanya berbuah manis. Tampil di PON XIX sebagai cabang olahraga mandiri Syaiful Nurdin Cs tampil memukau.

Bertemu di Babak Pagesistem, Softball Sultra Kalah dari Jawa Timur
SOFTBALL KALAH – Tim Softball Sulawesi Tenggara harus mengakui ketangguhan tim softball Jawa Timur dipertandingan pertama babak Pagesistem. Alhasil tim softball Sultra harus bermain lagi melawan pemenang antara Jawa Barat melawan Kalimantan Timur guna masuk ke babak final. M Rasman Saputra /ZONASULTRA.COM

 

Tim-tim tangguh seperti Jawa Barat, Kalimantan Timur,  DKI Jakarta hingga Jawa Timur mereka Kalahkan.

Puncaknya, di babak final tim softball Sultra menjawab seluruh keraguan petinggi-petinggi KONI Sultra dengan mengalahkan tim softball Jawa Timur dengan skor 6-3.

Keberhasilan tim softball Sultra ini menjadi bukti jangan pernah menganggap remeh suatu hal yang tidak bisa kita ukur bagaimana pencapaiannya di masa akan datang.

(Baca : Softball Dicoret, KONI Dinilai Telah Lakukan Kekeliruan)

Dengan  keberhasilan tersebut mata seluruh insan olahraga Sultra tertuju ke softball Sultra. Sebuah cabang olahraga yang sebelumnya dianggap sebelah mata menjadi sebuah cabang olahraga primadona baru di Sultra. (A*)

 

Penulis: M Rasman Saputra
Editor : Tahir Ose

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini