Tokoh Perempuan Konawe: Makna Islam Rahmatan Lil ‘Alamin

Hasni Tagili

Islam Rahmatan Lil’ Alamin merupakan kalimat yang sudah lumrah kita dengarkan. Namun bagaimana sebenarnya perspektif Islam memaknainya? Beberapa tokoh perempuan Konawe pun angkat bicara.

Mereka Bicara

Siti Aminah, S. Pd., M. Pd, dosen Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lakidende sekaligus guru Bahasa Indonesia di SMPN 1 Konawe, menyatakan bahwa rahmatan lil ‘alamin merujuk kepada rahmat bagi semua makhluk ciptaan Allah SWT (02/04/2016). Beliau menambahkan bahwa seyogyanya orang yang mengaku beragama Islam dapat menebarkan kedamaian dan kebaikan sebab sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya (Beliau mengutip HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni, yang dishahihkan Al Albani dalam kitabnya As-Silsilah As-Shahihah).

Hasni Tagili
Hasni Tagili

Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah seorang dosen Ilmu Administrasi Universitas Lakidende dan Universitas Halu Oleo, Rety Reka Merlin, S. Sos., M. A. Ditemui di kantornya (04/04/2016), beliau menegaskan bahwa risalah yang dibawa Rasulullah SAW ditujukan bagi seluruh alam semesta, bahkan bagi binatang melata sekalipun. Konsep ini dikaitkan dengan rezeki, sebagaimana yang termaktub di dalam QS. Hud: 6 yang artinya “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi ini melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya…”.

Sementara itu, dilain versi ketika ditanya mengenai Islam rahmatan lil ‘alamin, Sri Damayanty Azis, S. KM., M. KM, aktivis Korps HMI-Wati Badan Koordinasi (Kohati badko) Sulawesi Tenggara yang juga merupakan dosen Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Avicena Kendari, mengaitkannya dengan ilmu dan amal (07/04/2016). Beliau menyimpulkan bahwa aktualisasi iman, ilmu, dan amal, serta toleran terhadap perbedaan merupakan nilai-nilai dasar perjuangan Islam untuk mewujudkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Masih berbicara tentang keterkaitan Islam rahmatan lil ‘alamin dengan amal perbuatan manusia, Rasniatin, S. Pd., guru di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) As-Syamil Konawe, mengutip salah satu sabda Rasulullah “Siapa yang dengan semena-mena membunuh burung kecil atau hewan lain yang lebih kecil darinya, maka kelak di hari akhir Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban kepadanya” (HR. al-Hakim). Seyogyanya rahmat tersebut menjadikan hidup manusia sejahtera dan penuh tanggungjawab. Namun, tidak demikian untuk kenyataannya. Kemiskinan, tindak kekerasan, kriminalitas, korupsi, narkoba, dan sejenisnya, masih menjadi sederetan perilaku populer manusia zaman sekarang. Sementara kurikulum dalam pendidikan tidak bisa memberikan jaminan mutlak terhadap perbaikan moral, akhlak, dan agama seseorang (08/04/2016).

Serangkaian fakta miris manusia hari ini tidak lain disebabkan karena belum terwujudnya kemaslahatan dan belum tercegahnya kemafsadatan. Neni Safitri, aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Konawe sekaligus pengurus Majelis Ta’lim Bidang Keagamaan Latoma (10/04/2016), menegaskan bahwa rahmatan lil’ alamin dalam Islam hanya bisa diwujudkan ketika hukum-hukum Islam diterapkan secara kaffah (keseluruhan) dalam semua aspek kehidupan manusia dibawah naungan sistem kepemimpinan Islam (Daulah Khilafah) sebab hal tersebutlah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Sebagaimana yang tertera dalam QS. Al-Baqarah ayat 208, Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan (kaffah), dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.

Sepanjang sejarah penerapan sistem Islam yang berlangsung selama ±1300 tahun, kaum muslimin mencapai kesejahteraan dan kemulian hidup. Kaum non-muslim di dalamnya pun tetap dilindungi hak-haknya oleh Daulah Khilafah.

Islam Rahmatan Lil ‘Alamin

Rasulullah SAW dalam khutbah terakhirnya bersabda, “Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian yang selama kalian berpegang teguh kepada keduanya, kalian tidak akan tersesat yaitu Kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnahku” (Hadits Shahih Lighairihi, HR. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).

Dua warisan Rasulullah SAW tersebut, jika dibaca dan dicermati secara seksama, maka tidak akan ada satu orang pun umat Islam di permukaan bumi ini yang menolak kenyataan bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin, sebagaimana yang disebutkan dalam QS. Al-Anbiya’ ayat 107, Kami tidak mengutus Kamu (Muhammad), kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam”.

Rahmatan lil ‘alamin dalam ayat ini, menurut al-‘Allamah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahu-llah, adalah mewujudkan kemaslahatan (kebaikan) dan mencegah kemafsadatan (keburukan). Risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW, diharapkan menjadi rahmat baik bagi manusia, hewan, tumbuhan, maupun seluruh makhluk ciptaan Allah SWT.

Mari Kembali pada Syariah

Sayangnya, sebagian kaum muslimin hari ini hanya memandang Islam sebatas pengatur masalah akidah dan ibadah saja. Sedangkan ekonomi, politik dalam dan luar negeri, sosial, kesehatan, pemerintahan, hukum, dan pendidikan diatur oleh sistem yang bukan diambil dari Islam. Lupakah kaum muslimin dengan ayat cinta Allah SWT dalam al-Qur’an?

Akibat Islam yang diterapkan secara parsial, maka bukan hal yang mengherankan jika kehidupan jauh dari keteraturan. Kemiskinan level akut, degradasi moral anak bangsa, budaya korupsi dan suap, kebijakan yang prematur, dan meningkatnya angka kriminalitas setiap tahunnya, hanyalah segelintir fakta kronis yang lahir dari rahim sistem buatan manusia. Oleh karena itu, mari kembali kepada aturan Islam kaffah dalam naungan Daulah Khilafah sehingga Islam rahmatan lil ‘alamin hakiki dapat terwujud. Wallah a‘lam bi ash-shawab.

 

Oleh: Hasni Tagili, S. Pd., M. Pd.
Penulis Merupakan Dosen Universitas Lakidende & Aktivis MHTI Konawe

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini