ZONASULTRA.COM, TIRAWUTA – Pemerintah Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara mengapresiasi dan menyambut hangat rencana pihak pengelola Indomaret mengembangkan sayapnya di daerah itu.
Saat ini ada tujuh titik Indomaret yang tersebar di enam kecamatan. Jumlah ini kemungkinan bisa bertambah pesat di tahun ini. Pengelola Indomaret berkeinginan menambah hingga 40 unit swalayan.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Koltim, Udin menyebut Indomaret sudah dibutuhkan di Koltim.
Baca Juga : Warga Konsel Keluhkan Perbedaan Label Harga Barang di Etalase dengan Kasir Indomaret
Masyarakat kata Udin, akan senang jika swalayan modern tersebut bisa melengkapi kebutuhan mereka sehari-hari. Apalagi, harga barang yang disediakan tak berbeda jauh dengan harga penjualan pedagang lokal.
Udin berasumsi, dengan penambahan pusat pembelajaan Indomaret maka dapat membuka sekaligus menyerap tenaga kerja. Di sisi lain, dapat menerima serta memasarkan produk milik masyarakat setempat.
Rencana penambahan Indomaret ini tentu berpotensi mengancam usaha para pedagang kecil. Ambo Upe misalnya. Pria kelahiran 1969 ini mengaku, sejak Indomaret berdiri di sebelah tokonya, omzetnya menurun dratis.
Sehari pemilik toko Oskar 21 ini biasa meraup pembelian hingga Rp5 juta, namun kini merosot tajam hingga Rp1 juta saja.
“Tadinya dalam satu minggu, kalau diantar barang ke pemilik kios kecil biasanya mereka belanja sampai harga Rp500 ribu. Tapi sekarang tinggal Rp100 ribu sampai Rp200 ribu. Mereka juga mengeluh karena tidak laku juga barangnya. Banyak juga pelanggan kami yang berhenti,” kata Ambo Upe ditemui di tokonya, Kamis (16/1/2020).
Ambo Uppe merupakan salah satu pedagang grosir sembako di Kelurahan Rate-rate. Ia berdagang tanpa modal, hanya mengandalkan kepercayaan dari distributor. Sudah puluhan tahun ia menggeluti pekerjaan ini.
Letak tokonya berdekatan dengan swalayan Indomaret. Hanya terpisahkan oleh tembok.
Seminggu ia wajib menyetor harga barang kepada bos. Tetapi belakangan ini penyetorannya sering terlambat lantaran dagangannya kurang laris. Ia harus menunggu hasil penjualan minggu berikutnya untuk disetorkan.
Ambo Upe mengaku keberadaan Indomaret sangat mengigit penghasilannya. Bahkan berimbas kepada pemenuhan kebutuhan rumah tangganya.
“Mau diapa. Kita hanya bisa bersabar saja. Saya tidak tahu kenapa pemerintah memberikan izin begitu, akhirnya tersiksa masyarakatnya,” keluhnya.
Pedagang grosir lainnya, Muhammad Anis, juga merasakan dampak dari kehadiran Indomaret.
Ia mengaku omset dagangannya merosot tajam. Dari biasanya lebih Rp5 juta, kini hanya berkisar Rp500 ribu saja.
Lelaki berusia 27 tahun itu sangat tidak setuju dengan rencana penambahan unit Indomaret lagi di wilayah Koltim karena akan semakin merugikan pedagang lokal itu sendiri.
“Kasian pedagang grosir maupun pemilik kios kecil. Karena mengeluh pemilik kios kecil belanja ke grosir. Kan ada Indomaret,” ucapnya.
Anis memiliki banyak pelanggan kios kecil. Baik di Kecamatan Tirawuta maupun Kecamatan Ladongi. Rata-rata pelanggannya sudah mengurangi pembelian barang. Selalunya, harga pembelian Rp1 juta, tapi saat ini sisa Rp300 ribu.
“Selama berdiri Indomaret menurun pendapatan. Kios-kios kecil menderita. Otomatis, kalau penghasilan kios kecil menurun maka kami juga dari grosir pasti menurun. Kami berharap pemerintah tidak usah menambah lagi Indomaret di Koltim,” kata Anis.
Sepi Pembeli
Sebuah kios kecil di Desa Lalingato milik Hasna (33) kini sepi pembeli. Warga memilih belanja ke Indomaret yang hanya berjarak 10 meter dari kiosnya.
Indomaret didirikan di Desa Lalingato pada Oktober 2019. Sementara, kios Hasna sudah ada sejak dua tahun lalu.
“Dulu lancar pembeli sebelum ada Indomaret. Penjualan dari rokok saja dalam sehari bisa sampai Rp200 ribu atau Rp300 ribu. Belum jualan yang lain. Tapi sekarang, syukur sekali kalau dapat Rp20 ribu,” tutur Hasna.
Baca Juga : Ini Kata Pengamat Ekonomi Soal Kehadiran Indomaret di Kendari
Terkait rencana penambahan swalayan Indomaret, Hasna merasa sudah tidak perlu lagi. “Kasian penjual kios kecil,” ujarnya.
Indomaret yang ada di wilayah Koltim saat ini ada tujuh unit. Tersebar di enam kecamatan yaitu Kecamatan Tirawuta, Ladongi, Poli-polia, Lambandia, Lalolae dan Mowewe.
Di Kecamatan Tirawuta terdapat dua bangunan swalayan yaitu Kelurahan Rate-rate dan Desa Lalingato. Selebihnya, masing-masing satu unit saja. (a)
Kontributor: Samrul
Editor: Jumriati