Perhatian yang sangat
Negeri ini adalah negeri yang punya ribuan pulau, punya pantai panjang yang melingkarinya,
tidak berlebihan jika dijuluki laksana jambrut khatulistiwa, olehnya wajar jika negeri ini masuk kategori tempat yang paling diminati oleh wisatawan asing untuk sekedar berlibur, menikmati beragam kulinernya, sampai ikut menambah peranan penting ekonomi negeri ini.
Permintaan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya untuk terus menggenjot target menjaring 20 juta wisatawan tahun 2019, ditanggapi cepat oleh para stakeholder pariwisata. Kemenpar juga telah melakukan banyak hal di dunia pendidikan. Yakni, meningkatkan kualitas Pendidikan Tinggi Vokasi Kementerian Pariwisata menjadi berstandar global.”Mengimplementasikan program Pariwisata Goes To Campus, menyiapkan program Pariwisata Pelajar, dan Pariwisata Religi untuk Pesantren. Semua dunia pendidikan akan kami sasar, jadi nantinya akan banyak lahir SDM Pariwisata yang andal”.
“Sektor pariwisata memang akan menjadi penopang ekonomi Indonesia di kemudian hari. Buktinya, lulusan STP Bandung, 40 persenbekerja di luar negeri. Akpar Medan 30 persen juga direkrut oleh perusahaan asing. Rata-rata dari empat kampus itu 30 persen bekerja di luar negeri. Sisanya, terserap habis di sektor Pariwisata, bahkan selalu kekurangan, sehingga mahasiswa yang belum lulus pun sudah menjadi rebutan perusahaan,” katanya lanjut.
(Metrotvnews.com, Jakarta, terakses pada 25/09/16)
Perhatian yang sangat dari pemerintah pusat pada sektor pariwisata juga merambah sampai pemerintah daerah kabupaten. Salah satunya di Wakatobi, karena salah satu target utama pemerintah kabupaten Wakatobi dalam menggelar Wakatobi Viesta Vestifal atau kumpulan vestifal diempat gugusan utama, semata-mata ingin meningkatkan jumlah kunjungan wisata yang targetnya akan mencapai 25.000 wisatawan pada akhir 2016 ini. (sumber: Butonpos, 2/9/16).
Kenapa pemerintah ngebet banget?
Pemerintah senantiasa melayakan SDMnya melalui jaringan pendidikan untuk bersaing dalam arus global. Pariwisata dianggap akan menopang perekonomian yang karut marut dinegeri ini. Kabupaten Buton juga mempunyai fokus yang serius dalam bidang kebudayaan dan pariwisata.
Hal ini ditandai dengan diadakannya festifal budaya Buton setiap tahunnya (puncaknya setiap 24 Agustus) yang melibatkan seluruh intansi pemerintah, terutama peserta didik. Sebab diharapkan, dari adanya festifal budaya Buton dapat meningkatkan perekonomian daerah dalam upaya keikut sertaannya dalam MEA(Masyarakat Ekonomi Asean).
Ini adalah satu dari upaya pemerintah dalam melibatkan diri sebagai salah satu anggota MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yang mulai diberlakukan secara resmi akhir Desembaer 2015 lalu, yang salah satu misinya ialah mengajak masyarakatnya untuk terampil dalam peranan ekonomi dunia. Olehnya, kemahiran di dunia digital menjadi sebuah keharusan.“Jika tidak ikut Go Digital, saya jamin destinasi wisata yang dimiliki daerah itu tidak akan maju! Karena itu, no return point, harus familiar dengan digital, ”kata Menpar Arief Yahya, di Rakornas Kemenpar III di Ecopark Ancol, Jakarta, 15-16 September 2016.(Metrotvnews.com, Jakarta).
Beberapa upaya dilakukan pemerintah dengan memberikan arahan ke masing-masing daerah. Pertama, daerah harus punya official website sebagai own media, dan sekaligus sumber informasi destinasi Pariwisata daerahnya. Di Buton memiliki beberapa website yang mempesonakan keindahan budayanya melalui media yakni ada IstanaButon, SukuWolio, dan BumiButon. Kedua, harus sudah berani menampilkan calendar of eventatau daftar kegiatan yang bernuansa pariwisata selama satu tahun.
Untuk Buton sendiri, memiliki calendar of event terbesar yakni seperti yang terungkap oleh Kepala Dinas Pariwisata Buton, Zainuddin Napa di gedung Maedani“Ada 13 event budaya pariwisata yang diusulkan dari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Namun yang berhasil lolos hanya dua yakni event parawisata Wakatobi dan Buton,” (sumber: Butonpos, diakses pada 27/09/16).
Semua itu terstruktur dari pusat merambah ke daerah, dilakukan karena dalam perhitungan kapitalis yang mengandalkan asas manfaat selalu memikirkan cara bagaimana dan apa saja yang kiranya dapat memberikan keuntungan dan manfaat.Target utama kebijakan pemerintah pariwisata hanya meningkatkan kuantitas wisatawan agar terpenuhi target. Namun tidak dibarengi dengan kebijakan antisipasi terhadap dampak buruk yang sering terjadi pada objek-objek wisata.
Dampak dari liberalisme SDA dan Budaya
Beberapa dampak buruk dibuka luasnya sektor pariwisata antara lain.
Pertama semakin banjirlah ragam budaya asing yang masuk dinegeri ini, berakibat jebolnya antisipasi akan rusaknya moral, agama dan ahlak masyarakat negeri ini yang terkenal latah suka meniru, karena setiap wisatawan asing yang masuk tentu mereka membawa keidentikan budaya bangsanya. Kedua, pemerintah dengan bangganya membuka peluang untuk asing berinvestasi diberbagai sektor baik SDA sampai SDMnya dan itu memberikan keuntungan pada asing semata.
Islam sangat peduli
Seharusnya, pemerintah tidak hanya fokus pada kuantitas atau penambahan wisatawan agar terpenuhinya target, tapi juga pada antisipasi akan terjadinya dua bahkan lebih dampak buruk yang akan terjadi. Walaupun mungkin tiada salahnya mengekspose kekayaan alam dan budaya ke media masa, tetapi dalam Islam hal itu dilakukan untuk menunjukkan kegemilangan negaranya, dengan tujuan menjaga kemuliaan Islam. Bukan untuk di jadikan ajang peningkatan perekonomian dengan jalan membuka lahan investasi melalui budaya, karena sejatinya Islam bukanlah untuk diperdagangkan tapi untuk dimuliakan.
Semoga masyarakat segera terpahamkan akan rusaknya sistem Kapitalis dinegeri ini, sistem yang bukan berlandaskan pada aturan yang mencipta alam semesta, kehidupan dan manusia. Kapitalis ialah hukum buatan tangan-tangan manusia jahil, yang menggantikan peran tuhan dengan sederet kebijakannya.
Ketika Islam diterapkan dengan sempurna, termasuk diguna saat mengatur alam seperti halnya pariwisata, maka kemuliaan Islam akan merahmati seluruh alam. Wallahu a’lamu bishowab.ss
Oleh: Siti Maisaroh
Penulis Merupakan MAHASISWA UM.Buton
Alamat: Baubau, jl. Wa Ode Wau no. 51