Ini Loh Keistimewaan Wisata Desa Adat Kamiren yang Dikunjungi Menpar Arief Yahya

Ini Loh Keistimewaan Wisata Desa Adat Kamiren yang Dikunjungi Menpar Arief Yahya

Ini Loh Keistimewaan Wisata Desa Adat Kamiren yang Dikunjungi Menpar Arief Yahya

 

ZONASULTRA.COM, BANYUWANGI – Bila Anda sedang berkunjung di Kabupaten Banyuwangi dan berminat melihat kebudayaan lokal nusantara yang beragam. Anda bisa memulainya dari Desa Adat Kemiren. Tempat ini menyajikan nuansa budaya lokal yang khas dan cocok untuk liburan akhir pekan.

Kepala Dinas Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda mengatakan, desa tersebut adalah tempat tinggal masyarakat Suku Using yang berada di Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Memasuki kawasan ini akan menimbulkan sensasi yang berbeda. Anda akan langsung menemukan rumah adat bergaya Using dengan pintu kayu dan hiasan kepala burung Bouraq. ”Daya tarik-daya tarik wisata ini layak disinggahi saat mengunjungi Desa Adat Kemiren Banyuwangi,” kata Bram-sapaan akrab MY Bramuda-berpromosi.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mudik Lebaran tahun ini pun menyempatkan diri menyaksikan Parade Barong Ider Bumi, tradisi adat yang warga desa Kemiren laksanakan setiap tanggal 2 Syawal atau hari kedua hari raya Idul Fitri ini banyak menyedot perhatian dan minat wisatawan.

Barong Ider Bumi kemiren tepatnya adalah upacara adat yang telah dilaksanakan oleh leluhur masyarakat Suku Using Kemiren, dimana tujuan ritual ini adalah sebagai media tolak balak, melindungi kampung dari segala hal yang negatif, hama tanaman, wabah penyakit dan Serakat yang ada di Kemiren.

Bram menambahkan, wisata Desa Adat Kamiren ini juga penuh dengan atraksi. Salah satunya adalah Barong Osing. Barong berciri khas sebagai wujud Singa bersayap dan bermahkota yang juga bisa dilihat Singa bersayap di Paduraksa cungkup makam Sunan Drajat, hewan ajaib, angker, mata melotot, bertaring, dagu bergerak dan dimainkan oleh dua orang.

Ciri-cirinya, imbuh Bram, terdapat lima warna blok sebagai lambang kesatuan keseimbangan alam atau makrokosmos serta nafsu manusia (mikrokosmos). Artinya dari warna-warnanya, hitam berarti bumi atau tanah menunjukan nafsu lauwamah, merah adalah api bersifat nafsu amarah, warna kuning berarti angin menunjukan nafsu supiah, warna putih lambang air nafsu mutmainah, dan warna hijau sebagai penggambaran subjek keseimbangan dari nafsu batin manusia.

”Desa Adat Kemiren Banyuwangi menawarkan eksplorasi budaya lokal yang sangat menarik untuk dicoba. Jadi, berwisata ke Banyuwangi juga bisa sebagai bentuk melestarikan budaya. Di acara ini semua pengujung terpukau Ritual Barong Ider Bumi di Desa Kemiren,” ujar Bram.

Dalam acara kemarin, Menpar juga disambut dengan tarian Jejer gandrung. Ini tarian sangat mempersona karena merupakan tari pembuka. Bram menjelaskan, bahwa Jejer berarti mulai, dimaksudkan adalah dengan tarian ini menandakan bahwa kegiatan pergelaran kesenian gandrung dimulai.

Atraksinya juga sangat fantastis. Para penari berdiri di tengah kalangan (arena) selanjutnya melantunkan gending yang berjudul Padha Nonton dengan membentangkan sebuah kipas dihadapan pengunjung. Adegannya seperti orang yang sedang membaca puisi.

Sewaktu melantunkan lirik-lirik, imbuh Bram, diikuti dengan peragaan Gandrung yang menawan. ”Gerakannya indah dan peragaan yang disajikan merupakan gerakan tari yang diwarnai seni pantomin sebagai pejabaran setiap lirik dari gending-gending yang dilantunkan karena sastra “Prasemon”. Gending Padha Nonton ini harus dibawa dalam babak pertama “Jejer” dan tersusun sebanyak delapan bait dan setiap baitnya terdiri sebanyak empat lirik. Dan ditutup dengan gending Kembang Menur. Sangat mempesona dan asik untuk disaksikan,” katanya.

Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya Arief mengaku terkesima dengan kentalnya tradisi adat suku Using, salah satu masyarakat asli Banyuwangi di desa tersebut.

Baca Juga : Menpar Arief Yahya Hadiri Parade Barong Ider Bumi di Desa Wisata Kemiren Banyuwangi

Menghabiskan libur lebarannya di Banyuwangi, Arief menyempatkan diri keliling Desa Kemiren untuk ikut tradisi Barong Ider Bumi. Warga Desa Kemiren memang dikenal menjunjung tinggi nilai tradisi dengan melestarikan budaya dan kesenian para leluhur.

“Kebudayaan makin dilestarikan akan semakin memakmurkan. Kesenian dan budaya terus kita support untuk terus hadir dan melengkapi atraksi untuk wisatawan. Makanya setiap kali ada event seperti ini kita harapkan masyarakat sekitar mendapatkan dampak perekonomian. Dan pasti ada profit disana bagi masyarakat,” kata Menpar Arief Yahya.

Di desa wisata Kemiren ini, tidak hanya ritual adat Parade Ider Bumi saja yang menarik perhatian. Masih banyak lagi ciri khasnya yang menarik untuk disaksikan. Berikut kebudayaan yang dilestarikan di Wisata Desa Adat Kamiren:

Sanggar Genjah Arum
Sanggar ini ibarat sebuah museum yang berada di Desa Adat Kemiren Banyuwangi. Tempat tersebut milik pribadi yang dikelola oleh seorang pengusaha untuk melestarikan kebudayaan tradisional Banyuwangi.

Masuk ke dalam sanggar ini akan membawa Anda serasa kembali ke Banyuwangi di masa lampau. Ada tujuh rumah adat yang usianya sudah sangat tua di sana dan juga beberapa ornamen kuno yang membuat suasana tempo dulu semakin terasa kental.

Angklung Paglak
Paglak adalah sebutan untuk sebuah gubuk kecil yang dibuat dari bambu dengan atap ijuk. Tapi, berbeda dengan gubuk kebanyakan, paglak dibangun setinggi 10 meter dari tanah dengan menggunakan empat batang bambu sebagai penyangganya. Nah, angklung paglak adalah permainan musik yang dilakukan di atas gubuk tersebut. Seni musik ini menjadi salah satu adat kebudayaan yang dilestarikan di Desa Adat Kemiren Banyuwangi hingga sekarang.

Musik Lesung
Pengunjung yang datang ke Desa Adat Kemiren Banyuwangi biasanya akan dihibur oleh pertunjukan musik lesung. Musik tradisional ini dimainkan oleh wanita lansia, tapi masih sangat pandai dalam mengalunkan melodi dari alu dan lesung. Musik ini disebut gedhogan. Kesenian ini juga termasuk dalam warisan budaya asli suku Using.

Tari Gandrung
Pesona budaya lain yang bisa ditemui di Desa Adat Kemiren Banyuwangi adalah pertunjukan Tari Gandrung yang nggak kalah memesona. Sambil bersantai di Sanggar Genjah Arum, pengunjung akan dimanjakan oleh penari yang menghibur. Nah, ada adat yang harus dipahami oleh tamu. Jika menerima selendang dari penari, maka tamu harus ikut menari bersama.

Kopai Using
Mengunjungi Desa Adat Kemiren Banyuwangi ini belum afdol rasanya jika tidak mencicipi Kopai Using, atau kopi khas masyarakat Using yang dikenal memiliki cita rasa yang begitu nikmat. Selain mencicipi, pengunjung juga bisa praktek langsung proses pengolahannya mulai dari menyangrai, menumbuk biji kopi, menyaring bubuk kopi sampai praktik cara penyajian kopi. Diolah menjadi minuman kopi jenis apapun, mulai dari espresso atau robusta, rasanya pasti akan terasa lebih nikmat. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini