Jelang Nataru, Harga Sembako di Kendari Naik Drastis hingga 75 Persen

198
Kadis Perindag Koperasi UMKM Kota Kendari Muhammad Syaiful
Muhammad Syaiful

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Menjalang perayaan Natal dan tahun baru (Nataru) 2021, harga sembako di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami kenaikan yang drastis hingga mencapai 75 persen.

Sahirudin (46) misalnya, salah satu penjual sembako di pasar Lawata tersebut mengatakan bahwa seluruh bahan pokok mengalami kenaikan yang drastis. Ia mengatakan bahwa saat ini harga cabai rawit yang semula harganya Rp30 ribu per kilonya, kini dijual dengan harga Rp110 ribu perkilo.

“Kenaikan tersebut mulai bergerak dari Minggu lalu dan diperkirakan akan terus naik hingga pertengahan bulan Januari,” ungkapnya di warung dagangannya pada Selasa (21/12/2021).

Selain cabai rawit, cabai keriting di jual dengan harga Rp70 ribu perkilo yang semula Rp25 ribu. Telur dengan harga Rp49 ribu per rak yang sebelumnya Rp39 ribu. Selanjutnya, minyak goreng dengan harga Rp23 ribu per liter dari Rp13 ribu, beras 59 Kg dengan harga Rp460 ribu dari Rp430, sedangkan harga bawang masih naik turun dengan harga Rp30 ribu per kilonya.

Harga tersebut dibenarkan oleh Yuli (27) yang bersebelahan warung dengan Sahirudin. Menurutnya, penyebab kenaikan harga tersebut karena stok yang mengalami kekurangan dan berdampak pada harga jual, seperti cabe rawit dan cabe kriting yang diambil dari Makassar dan Raha, telur yang diambil dari Makassar, serta harga minyak karena dampak dari impor kelapa sawit.

BACA JUGA :  Realisasi Belanja Negara di Sultra Tahun 2023 Sebesar Rp29 Triliun

Sementara itu, pedagang di pasar Andonuhu Kendari, Santi (23) kenaikan harga tersebut dimulai sejak awal Desember 2021 dan diperkirakan hingga pertengahan Januari 2021. Ia menjual cabe rawit dengan harga Rp120 hingga Rp140 ribu perkilo yang sebelumnya Rp40 ribu.

Menjalang perayaan Natal dan tahun baru (Nataru) 2021, harga sembako di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami kenaikan yang drastis hingga mencapai 75 persen.(ISMU/ZONASULTRA.COM)

“Cabe kriting Rp80 ribu perkilo sebelumnya Rp40 ribu per kilo, telur Rp55 ribu dari Rp50 ribu ukuran jumbo, sedangkan ukuran biasa dari Rp45 ribu ke Rp50 ribu per kilo. Minyak 1 liter Rp20 hingga Rp22 ribu dari Rp15 ribu,” ungkapnya.

Sementara itu, cabe besar Rp80 ribu per kilo dari Rp40 ribu, beras tetap 25 kilo dengan harga Rp270 ribu, dan 50 kilo Rp550 ribu. Sedangkan harga bawang tetap pada harga Rp40 ribu per kilonya. Ia mengaku membeli barang dagangannya dari pasar Baruga dan pasar Mandonga.

Kesempatan yang sama, Samria (42) pedagang di pasar Andonuhu mengatakan bahwa kenaikan harga tersebut dikarenakan bahan tersebut sedang langka. Menurutnya natal dan tahun baru tidak terlalu berpengaruh.

Sedangkan untuk harga bahan pokok sama seperti yang dicantumkan sebelumnya. Namun, ia menambahkan wortel juga mengalami kenaikan harga dari Rp7 ribu perkilo menjadi Rp20 ribu, sedangkan harga tomat turun dari harga Rp15 ribu perkilo jadi Rp12 ribu.

BACA JUGA :  Indosat membukukan pendapatan sebesar Rp51,2 triliun di tahun 2023

Di tempat berbeda, Kadis Perindag Koperasi UMKM Kota Kendari Muhammad Syaiful menjelaskan, kenaikan tersebut bersifat nasional untuk seluruh Indonesia. Pihaknya menerima informasi kenaikan kebutuhan pokok itu sejak awal Desember 2021.

“Kenaikan minyak goreng disebabkan oleh naiknya harga minyak sawit dunia,” ujar Syaiful di Kendari, Selasa (21/12/2021).

Sementara untuk kenaikan harga cabe rawit dipengaruhi oleh masa panen yang gagal seperti wilayah Konawe Selatan (Konsel). Pasalnya, Kota Kendari selalu mendapatkan pasokan cabe rawit dan tidak memproduksi sendiri.

“Kita tau bersama Kota Kendari kurang memproduksi sayur mayur dan berharap pasokan dari luar daerah,” tambahnya.

Ia menegaskan, kenaikan harga tersebut bukan berdasarkan permainan sekelompok orang yang ingin mencari keuntungan. Katanya, masalah harga kebutuhan pokok bukan dikendalikan dari pihaknya.

Pihaknya juga telah menurunkan tim ke distributor pasar untuk mengecek langsung stok untuk kebutuhan pasar. Kemudian ingin memastikan supaya tidak terjadi penimbunan barang yang dapat menimbulkan kelangkaan barang. (A)

 


Kontributor: Ismu Samadhani dan M12
Editor: Ilham Surahmin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini