Mengenal Masjid Wawoangi, Masjid Pertama di Pulau Buton

Mengenal Masjid Wawoangi, Masjid Pertama di Pulau Buton
Masjid Wawoangi

ZONASULTRA.COM, BAUBAU – Pulau Buton merupakan salah satu wilayah administrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. Pulau yang dikenal sebagai pemilik benteng terluas di dunia ini, memiliki peninggalan sejarah yang sangat menarik diketahui. Salah satunya masjid tertua di wilayah itu.

Masjid Wawoangi namanya. Masjid ini dibangun 11 tahun sebelum masuknya Islam di Buton. Tepatnya pada tahun 1527. Masjid ini dibangun oleh seorang ulama yang berasal dari negeri Johor bernama Syeikh Abdul Wahid.

Masjid ini berada di pegunungan Desa Wawoangi, Kecamatan Sampolawa, Kabupaten Buton Selatan. Dari lokasi perkampungan, lokasi Masjid Wawoangi memiliki jarak lebih 2 km. Meski sepanjang jalannya rusak parah dan berbatu-batu, masjid tersebut bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda dua.

Masyarakat setempat meyakini Masjid Wawoangi merupakan tempat ibadah yang paling sakral. Percaya tidak percaya, siapapun yang berniat buruk untuk naik ke masjid tersebut, dipastikan tidak akan sampai ke tujuan.

Masjid Wawoangi

Bentuk bangunan masjid tua ini tidak seperti kebanyakan masjid lainnya. Masjid ini berdindingkan bambu dan memiliki atap kayu sehingga terlihat sederhana. Selain itu, ukurannya cukup kecil.

Salah satu toko adat di Kecamatan Sampolawa, Laode Alirman mengatakan, masjid ini merupakan salah satu fakta bukti sejarah masuknya Islam di Kerajaan Buton.

Sekitar tahun 1527, Syeikh Abdul Wahid datang ke Pulau Buton ingin menyebarkan ajaran Islam. Ia menginjakkan kakinya pertama kali di Desa Burangasi, Kecamatan Lapandewa, Kabupaten Busel.

Di hadapan masyarakat setempat, Syeikh Abdul Wahid menyerukan ajaran agama Islam. Namun ajaran tersebut tidak semata-mata diterima. Ketika itu masyarakat setempat masih meyakini kepercayaan animisme dan dinamisme.

Konon ketika itu Syeikh Abdul Wahid mendapatkan ilham. Ia melihat cahaya terang naik ke atas langit yang memancar dari atas pegunungan yang menjadi lokasi masjid itu.

“Ketika itu beliau masih berada di Lapandewa. Ia mencoba menyerukan agama Islam di hadapan masyarakat setempat. Syeikh Abdul Wahid pernah mengatakan bahwa beliau akan mendirikan masjid di atas bukit Wawoangi. Hal ini mengingat beliau melihat cahaya yang terus naik sampai ke atas langit,” ungkap Laode Alirman baru-baru ini.

(Baca Juga : Ziarah Kubur, Tradisi Masyarakat Konut Sambut Ramadan)

Tidak berlangsung lama, untuk memenuhi hajatnya, Syeikh Abdul Wahid kemudian memutuskan berhijrah ke atas bukit Wawoangi. Sesampainya di sana ia kemudian mendirikan masjid yang sangat bersejarah itu. Sepanjang tahun ia menggunakan masjid ini diam-diam menyiarkan Islam.

“Keberadaan masjid tersebut sempat menuai polemik dijajaran Kerajaan Buton, sehingga pada tahun 1538, Raja Buton keenam, Lakilaponto (Sultan Murhum) memerintahkan anak buahnya untuk mengajak syeikh Abdul Wahid menghadap kepadanya,” tambah Alirman.

Kala itu Syeikh Abdul Wahid tidak takut. Inilah tujuannya. Ia kemudian menghadap. Memberikan pemahaman. Atas penjelasan Syeikh Abdul Wahid, hingga akhirnya raja keenam Lakilaponto ini memutuskan memeluk agama Islam.

“Keputusan Raja itu kemudian ditandai dengan perubahan nama dari kerajaan Buton menjadi Kesultanan Buton,” tutupnya.

Sampai sekarang masjid tersebut masih digunakan oleh masyarakat setempat. Bahkan kadang ada warga yang sering berzikir tengah malam di masjid tersebut. (A)

 


Penulis : CR3
Editor : Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini