Motekar Untuk Ketahanan Keluarga, Solusikah?

Sitti Aisyah Al-Fatih, SE
Sitti Aisyah Al-Fatih, SE

Ketahanan keluarga merupakan sala-satu ujung tombak pembangunan suatu bangsa di masa depan dan tingkat ketahanan keluarga sangat berpengaruh terhadap kualitas pembangunan. Kondisi ketahanan keluarga yang baik akan menciptakan sumber daya manusia yang unggul, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) mengatakan bahwa untuk menciptakan ketahanan negara yang baik, harus dimulai dengan menciptakan ketahanan keluarga. Dia pun mengingatkan para orangtua akan pentingnya menjaga ketahanan keluarganya masing-masing. Pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan ketahanan keluarga di Jabar. Salah satunya dengan menerjunkan sejumlah kader ketahanan keluarga disetiap lokasi yang ketahanan keluarganya dinilai rendah melalui Kader Motivasi Ketahanan Keluarga (Motekar). Kader Motekar ini akan membantu pemerintah mengatasi persoalan keluarga di masyarakat. Selain mencari keluarga yang bermasalah mereka juga bertugas untuk membantu menanganinya. (suara merdeka.com 10/12/2016).

Keluarga Dalam Kerapuhan

Keluarga merupakan institusi terkecil yang menjadi dasar pembentukan karakter dan kepribadian suatu masyarakat dan Negara. Ujung tombak masa depan suatu bangsa akan di pengaruhi sejauh mana ketahanan keluarga yang berada di dalamnya. Keluarga yang memiliki delapan fungsi utama yang dapat membentuk karakter suatu masyarakat  memiliki fungsi yakni agama, sosial budaya, cinta dan kasih sayang, perlindungan dan reproduksi, sosialalisai dan pendidikan, ekonomi serta fungsi lingkungan. Jika fungsi keluarga berjalan sebagaimana mestinya akan menjadikan masyarkat semakin baik dan berkualitas.

Sitti Aisyah Al-Fatih, SE
Sitti Aisyah Al-Fatih, SE

Saat ini, buruknya kondisi ketahanan keluarga Indonesia sudah sangat memperihatinkan tentunyan ini adalah ancaman nyata bagi masa depan bangsa di masa mendatang sebab keluarga adalah ujung tombak kemajuan dan keberhasilan sumber daya mansia. Keluarga dalam kerapuhan dan malepetaka tengah mengincar keluarga Indonesia, lihatlah tren perceraian yang terus mengalami peningkatan. Saat ini Indonesia menempati rangking teratas dengan jumlah perceraian tertinggi di dunia, setidaknya 40 perceraian terjadi setiap jamnya (rebublika.co.id, 30/06/15). Berdasarkan data tersebut juga terungkap 70,5 persennya adalah gugat cerai yang di lakukan oleh kaum perempuan dan angka cerai talak 29,5 persen. Meningkatnya perceraian sudah pasti akan berdampak bagi masa depan bangsa  khususnya anak  sebab merekalah yang menjadi korban utama seperti pola asuh dan proses pendidikan akan terhambat dan buruknya ketahan keluarga adalah faktor utama terbentuknya penyimpangan yang menimpa generasi, seperti, memakai Narkoba, geng motor, LGBT, pergaulan bebas dan penyalahgunaan media sosial.

Banyaknya permasalahan yang menimpa keluarga yang mengancam kerapuhannya berbagai solusipun banyak di tawarkan seperti program khusus calon pengantin (suscatin) dan pembentukan relawan motivator ketehanan keluarga (motekar), namun apakah program ini mampu menyelesaikan permasalahan keluarga Indonesia ? tentunya ini menjadi pertanyaan besar.

Namun, jika kita melihat mirisnya kondisi ketahanan keluarga yang menimpa Indonesia hari ini, tentunya kerapuhan keluarga tidak bisa di atasi hanya dengan pembentukan relawan motivasi ketahanan keluarga (motekar), sebab buruknya kondisi ketahan keluarga adalah persoalan sistemik akibat negara kapitalis yang tidak menghadirkan perannya sebagai pelayan bagi rakyatnya namun lebih banyak menimbang untung rugi layaknya pebisnis tajir yang berakibat kesulitannya para lelaki untuk menafkahi keluarga secara layak dan tidak di jadikan perhatian penting pembangunan ekonominya. Di tambah lagi kebutuhan dasar keluarga yang seharusnya di sediakan secara gratis namun negara abai, sejalan dengan itu di sisi lain program pemerintah berupa pengarus utamaan gender (PUG) dan pemberdayaan  ekonomi perempuan (PEG) yang justru menarik perempuan keluar rumah bersaing pendapatan dengan lelaki yang kemudian meniggalkan perannya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga yang sejatinya mencari nafkah adalah kewajiban suami sehingga mengakibatkan semakin memburuknya kondisi tehanan keluarga.

Khilafah Soko Guru Ketahanan Keluarga

Buruknya kondisi ketahanan keluarga Indonesia saat ini merupakan ancaman nyata bagi masa depan bangsa ini, keluarga adalah ujung tombak pembangunan sumber daya manusia dari keluarga pula sumber terbentuknya manusia-manusia insan kamil. Namun, sangat sulit tercipta sumber daya manusia yang baik jika ketahanan keluarga dalam kerapuhan. Mengobati rusaknya ketahanan keluarga mengharuskan Negara mencabut sekularisme dan liberalisme dari seluruh aspek kehidupan dan menghentikan program-program yang kontraproduktif bagi ketahanan keluarga.

Negara yang berlandaskan Islam yakni Khilafah islamiyyahlah yang memiliki dokter penyembuh bagi rusaknya ketahanan keluarga dengan menerapkan syariah islam sebagai obatnya. Sebab Negara khilafahlah yang mampu mewujudkan peran idealnya sebagai penanggung jawab dan pelindung segala hal yang mengancam kerapuhan keluarga. Pemimpin dalam Negara Khilafah akan berperan layaknya dokter penyembuh yang akan berperan melayani rakyatnya dengan memberikan obat yakni syariah islam untuk menyembuhkan segala permasalahan yang menimpa ummat. Sistem ekonominya menghasilkan keluarga yang berkesejahteraan, sistem pendidikan dan sosialnya menghasilkan masyarakat berkepribadian mulia, system hukumnya melahirkan rasa keadilan yang tanpa pandang bulu.

Oleh karena itu, solusi tuntas untuk seluruh permasalahan yang mengancam kerapuhan ketahanan keluarga adalah kaum muslim berjuang bersama mewujudkan Khilafah Islam yang akan secara nyata menghadirkan negera sebagai tiang penyangga utama (soko guru) ketahanan keluarga. Penegakkan Khilafah dengan menerapkan syariah islam secara keseluruhan akan terwujud keluarga yang berketahanan, kesejahteraan, dan meraih kebahagianan yang hakiki yang dengan mudahnya akan melahirkan manusia ihsan kamil. Jika setiap keluarga rusak dan rapuh maka rusak dan hancur pula suatu negara, sebab dari keluarga inilah lahir generasi yang akan melanjutkan tambuk kekuasaan. Wallahua’lam bi ash-shawab.

Oleh : Sitti Aisyah Al-Fatih, SE
Penulis Merupakan Owner Rumah Jahit Aisyah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini