Pray From Home

Rekha Adji Pratama
Rekha Adji Pratama

RAMADHAN telah tiba. Bulan suci ini datang di saat dunia sedang berjuang melawan Covid-19. Bulan Ramadhan kali ini, pastinya, akan berlangsung berbeda dengan ramadhan sebelumnya. Selama ini Ramadan selalu identik sebagai masa kebersamaan secara fisik dan spiritual. Keduanya ialah akar dari Bulan Suci dan terbentuk menjadi nostalgia karena tradisi dan ritual. Kali ini kebersamaan fisik sepatutnya tidak dilakukan. Pemerintah telah mengambil kebijakan kerja dari rumah, belajar dari rumah, dan ibadah di rumah.

Masyarakat dianjurkan beraktivitas di rumah dan menjaga jarak, physical distancing. Anjuran ini membuat aktivitas menjadi sangat terbatas, termasuk juga serangkaian kegiatan yang biasa dilakukan selama Ramadan. Salat tarawih di masjid ditiadakan, buka puasa bersama tidak dianjurkan, tadarus juga sebaik nya digelar di rumah, hingga iktikaf di masjid pada 10 malam terakhir bulan Ramadan juga dianjurkan tidak dilakukan.

Pembatasan aktivitas, termasuk selama Ramadan, merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menjauhkan umat muslim Indonesia dari bahaya yang lebih besar. Ketika berkumpul di masjid justru potensial menyebab kan terjadi penularan Covid-19, wajib hukumnya bagi umat muslim untuk menghindarinya. Hal tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia, suasana serupa terjadi di dua Kota Suci Mekkah dan Madinah yang dipastikan sangat berbeda jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tahun ini pihak kerajaan melarang jemaah datang dari berbagai negara. Dua masjid suci umat Islam pun ditutup bagi publik untuk bertarawih demi memutus rantai penyebaran covid-19. Wajib hukumnya bagi umat Islam untuk berikhtiar melawan virus korona. Marilah menjadikan rumah sebagai pusat kegiatan keagamaan selama Ramadan. Di bulan Ramadan ini jadikan rumah sebagai surga, baiti jannati.

Tentu sangat disayangkan masih adanya sejumlah pihak yang memaksakan pelaksanaan salat tarawih di sejumlah daerah. Masjid-masjid besar di sejumlah daerah tetap berupaya melaksanakan ritual Ramadan yang potensial mengumpulkan banyak orang. Jangan hanya karena kepentingan individu untuk mencari pahala yang lebih besar dengan salat tarawih di masjid, justru malah membuat malapetaka besar bagi umat itu sendiri. Untuk itulah, tugas bagi organisasi keagamaan yang punya jaringan hingga ke kampung-kampung, beserta para ulamanya, ustadznya dan kiai, saatnya membimbing umat untuk bersama-sama melawan pandemi ini. Mengajak umat untuk menyelamatkan nyawa harus didahulukan jika dibandingkan dengan keinginan untuk melakukan sholat berjemaah dan ritual keagamaan yang sifatnya berkumpul.

Pemerintah juga sebaiknya tegas dalam merespons upaya-upaya untuk mengumpulkan massa. Tidak hanya dalam konteks ritual peribadatan, pemerintah daerah juga sebaiknya melarang segala aktifitas yang berpotensi mengumpukan banyak orang. Sebagai bangsa dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia sepatutnya menjadi teladan, bagaimana menjalani Ramadan di tengah pandemi. Tanpa kemeriahan, Ramadan kali ini tidak akan kehilangan nilai spiritualitasnya. Justru sebaliknya, Insya Allah itu akan memberi lebih banyak waktu untuk refleksi dan kesempatan lebih dekat dengan Allah. Ramadan merupakan bulan penuh kemuliaan dan keagungan, yang setiap waktunya hadir kebaikan. Marilah kita semua mematuhi segala instruksi pemerintah dalam melawan Covid-19, Jika ada istilah Work from home dalam melaksanakan kegiatan perkantoran, maka Pray from home juga sudah saatnya kita lakukan di bulan ramdhan yang penuh berkah ini.

 

Oleh : Rekha Adji Pratama
Penulis Merupakan Tenaga Ahli Anggota Komisi X DPR RI

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini