Semangat Pemuda Muna: Satu Hari Menginspirasi, Selamanya Berarti

Semangat Pemuda Muna: Satu Hari Menginspitasi, Selamanya Berarti

Semangat Pemuda Muna: Satu Hari Menginspitasi, Selamanya Berarti

 

OPINI – Di kala mentari mengintip di ujung timur, nampak suara gemurung kendaraan bermotor yang sudah mulai lalu lalang. Aktifitas pun tak terhindarkan.  Namun ku tak beranjak dari tempat yang empuk nan nyaman. Rasa letih dan capek mungkin menjadi penyebabnya, karena aktifitas hari kemarin yang begitu padat.

Semangat Pemuda Muna: Satu Hari Menginspitasi, Selamanya Berarti
La Ode Muhammad Dzulfijar

Hingga matahari menjulang tinggi di pertengah bumi menuju ke sisi barat, suasana panas dan kebingungan menyelimuti pikiran ku. Sesekali saya melirik arloji di tangan ku, “tiik…tiik” nampak keheningan di dalam rumah, yang terdengar hanyalah suara jarum jam yang terus berputar. Beranjak dari tempat yang nyaman menuju ke kamar mandi untuk membasuh muka. Namun hati ku begitu risau, ketika saya beranjak dari tempat tidur. “duk…duk…duk” detang jantung berdetak lebih cepat dari biasanya. Kepala seakan ingin memutar sesuatu memori yang di lewatkan.

Secepat mungkin ku bergeser ke kamar mandi, lalu membasuh muka dan melihat kalender. Bernostalgia dengan hari yang telah lalu, di saat para kaum adam beranjak dari rumah menuju mesjid di kala siang bolong. “kemarin hari jumat, berati hari ini adalah hari sabtu” dalam hati ku berkata demikian. Detak jantung ku seakan di pompa lebih cepat, tanggal yang ku lirik pada hari sabtu menunjukan angka 23. Kekecewaan tampak menyelimuti pikiran. Satu agenda penting terlewatkan. Di saat teman – teman lain berbagi canda dan tawa, saya hanya bisa berbagi peyesalan dengan diri sendiri.

Namun semua terbayar lunas. Foto – foto yang mereka upload di akun grub line membuat saya senyum – senyum sendiri. Keceriaan anak – anak terlihat jelas dalam kotak – kotak kecil yang di abadikan itu. Sesekali pengamatanku melirik beberapa orang yang terlihat asing dalam foto – foto tersebut. Mereka berdiri di tengah – tengah anak SD seakan menjelaskan sesuatu dengan pakaian yang terlihat bebeda dari para panitia. Rasa heran dan penasaran, hingga dalam benak ku bertanya “siapa gerangan? Apa yang mereka lakukan ? “

Pertanyaan ku usai ketika mata ku sudah melihat dengan jelas. Perempuan yang mengenakan seragam putih – putih itu ternyata seorang perawat dan bidan, lelaki yang terlihat besar bin menyeramkan itu ternyata seorang pemadam kebakaran, serta satu orang yang terlihat rapi dan berwibawa ternyata seorang pengaca. Dengan seketika kamar pun ku tutup dan speker di matikan. Suasana hening lagi – lagi menemaniku dengan sejuta kebanggaa terhadap  teman – teman panitia.

Pada hari ini sabtu, tanggal 23 juli 2016 tepat dengan Peringatan Hari Anak Nasinal (HAN), para pemuda yang notabene adalah mahasiswa dan beberapa orang lainnya telah bekerja melaksanakan amanah sebagaimana tanggung jawab yang di emban sebagai pemuda. Mereka semua pemuda. Tak hanya dari tampilan fisik. Rentang umur mereka masuk dalam kategori pemuda, berdasarkan Undang-Undang Kepemudaan, di negara hukum ini.

Pagi tadi, begitu ramai nampak anak – anak sekolah dasar di SD N 10 Katobu dan SD N 6 Batalaiworu. Tentu sebab kegiatan yang mereka wujudkan tepat pada Hari Anak Nasional. Temanya “Kelas Inspirasi, Sehari Menginspirasi, Selamanya Berarti”. Di item-itemnya hadir para pemuda yang telah menekuni profesi masing – masing, ada sebagai Perawat, Bidan, Pemadam Kebakaran dan Pengacara. Mereka begitu menginspirasi anak – anak sekolah. Adapula pohon harapan yang di buat oleh panitia, lalu para siswa dan siswa di sekolah dasar menggantungkan harapannya di pohon harapan tersebut.

***

Walau saya tidak hadir dalam kegiatan tersebut, harus kuakui mereka membuatku bangga. Satu hari yang penuh makna, dan berkonotasi untuk selamanya berarti. Sebab membagi inspirasi akan lebih bermakna di bandingkan mempunyai prestasi tanpa membaginya kepada sanak saudara.

Persoalan materi tak menjadi penghambat, sebab dalam beberapa hari sebelum kegiatan kami bersosialisai di SMAN 1 Raha dan MAN 1 Raha. Lepas sosialisasi kami ber istrahat di pinggir jalan sambil menyicipi es kelapa muda dengan suasana yang rindang dan saling berukar pikiran tentag pengalam kuliah di masing – masing universitas. Namun suasana seakan hening, ketika seseorang berkata “ini saya serahkan sama kk untuk mengurus konsumsi, saya tidak bisa urus konsumsi karena sudah ada pengalaman yang sangat tidak berkesan” tutur si A sambil menarus uang – uang itu di atas meja (sekitar 30rb).

Ada apa dengan gerangan, tak biasanya dia menyerah dengan tugas yang di berikan. Namun seseorang langsung mengerogoti isi kantungnya dan berkata “ini dari saya, mungkin bisa sedikit membantu”, nampak senyam – senyum dari bibir anak itu. Saya juga sempat enggerogoti kantng, namun apalah daya saya juga tak mempunyai pundi – pundi rupiah. Hanya support dan motivasi yang bisa di persembahkan. Dan suasana kembali rindang, canda dan tawwa seakan di replay.

***

Bukti nyata, anggaran tak selalu menjadi prorioritas dalam melaksanakan suatu kegiatan. Dalam melaksanakan kegitan kedua ini lagi – lagi anggaran tak menjadi penghambat. Kemandirian yang sangat kental tersirat. Kegiatan sederhana namun banyak makna ini hanya ditopang oleh ketulusan dan kerja keras. Tak ada yang bisa menduga akan seperti ini hasilnya. Semangat dan kerja keras membuktikan jikalau Tuhan memunculkan keajaiban dari jalan itu. Dari recehan mereka bisa membuat kegiatan besar manfaatnya. Dan tentu saja itu menyiratkan, diawali langkah kecil pemuda hari ini bisa membawa perubahan besar untuk daerahnya kedepannya. Kita harus percaya itu.

Di tulisan ini, saya hanya ingin menghapus rasa penyesalan yang terlintas dalam pikiran. Satu event yang terlewatkan dengan berbagi bersama – anak sekolah yang di kemas dalam kelas inspirasi “satu hari, selamanya berarti” dan di motori oleh teman – teman seperjuangan yang sudah seperti keluarga. Tak adil jika menonjolkan sekelompok yang itu merupakan teman – teman ku. Mereka mulai muncul perlahan, dan sangat sehat berkompetisi menunjukan karya-karyanya untuk tanah ini. Seperti sebuah sindrom kepemudaan. Mungkin saja daerah ini mengalami momentum kebangkitan pemuda.
Tulisanku terlihat jelek kiranya untuk mengulas kegiatan yang mereka lakukan. Terlebih mereka merupakan anak – anak muda yang telah bergelut di masing – masin universitas ternama di indonesia, ada di UGM, UNHAS, UMI dan bahkan UHO. Masa muda mereka tak digeluti sebagaimana masa muda anak-anak lainnya, yang lebih tertarik dengan berburu tumpukkan rupiah. Masa muda mereka dikorbankan di wilayah kerja-kerja sosial yang kreatif. Walau ironinya jarang ada pihak yang menghargai ini.

Lagi pula ini hanyalah secarik catatan dari foto – foto yang di upload tanpa kehadiranku, dan bentuk kebangaan terdapan teman – teman pemuda kab. Muna yang tergabung dalam Komunitas Rumah Hijau Indonesia. Ya…. komunitas itu sudah mampu berbuat dan berkontribusi untuk daerah tercinta. Anak – anak muda yang lahir dari tanah muna, pergi merantau demi sepenggal ilmu dan pulang ke daerah membentuk suatu perkumpulan untuk membangun peradaban dan paham – paham inspirasi, kreatifitas dan edukasi. Dan jangan lupakan bahwa mereka Menginspirasi anak-anak muda di kota ini, membangun kompetisi kreatifitas diberbagai komunitas, menyebarkan paham prestasi diotak-otak generasi penerus, memberangus perlahan mindset gaul yang salah arah, dan tentu saja sedikit menunjukkan kemandirian atas kekurangpedulian pemerintah. Tentu, jangan lupakan yang itu…!!!

Muda Berkarya, Muna berjaya, mindset yang di bentuk oleh omunita Rumah Hijau Inodesia sebagai komunitas yang produktif dan mendorong para pemuda untuk berkaya agar kab. Muna bisa berjaya. ***

 

Oleh La Ode Muhammad Dzulfijar
Penulis adalah Mahasiswa FH UHO & Pemerhati Sosial Kab. Muna

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini