Surat Untuk
Anggota Dprd Bombana
(sebuah curahan hati)
Oleh : M.Mardhan
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri
Jika kami bunga
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Dalam keyakinan kami
Di manapun – tirani harus tumbang!
(Potongan bait puisi Wiji Thukul : Bunga dan Tembok, 1987)
Kutulis ini setelah muak melihat ulahmu. Malas masuk kantor, tugasmu kau abaikan,waktu Reses seringkali kau pakai untuk berlibur, bahkan kau selalu absen dalam rapat, dan tak pernah mau jika tak kebagian urusan proyek.
Lihat dirimu sekarang. Setelah menjabat, kau seolah lupa dengan apa yang pernah kami amanahkan dulu ketika kau hendak maju untuk mewakili suara kami (aspirasi rakyat). Padahal, saat kau pinta kami untuk memilihmu, dengan penuh keyakinan kami memberimu dukungan.
Aku juga masih ingat persis bagaimana dulu–setiap waktu kau selalu menghampiri kami, berkunjung ke rumah kami, memberikan kami motivasi, menghasut kami dengan adegan kritis,atau berfoto-foto dengan kami begitu akrab, manjanjikan kami pelayanan, pembangunan, pekerjaan hingga kesejahteraan, dan sejumlah hal manis lainnya yang sampai saat ini juga belum kunjung kami rasakan.
Kini, setelah kau duduk disana korupsi justru semakin menjadi-jadi, distribusi kekayaan hanya tertumpuk di orang-orang tertentu, pendapatan kami pun seolah berkurang, dan pembangunan terasa lambat. Sering kami bertanya-tanya, apa sebenarnya yang tlah kalian lakukan selama ini, selain sibuk menumpuk harta dan pamer kemewahan disana-sini?Apa yang selama ini kalian debatkan, nasib kami kah atau pembagian proyek, hitung untung dan rugi? Apa artinya kalian disumpah dibawah kitab suci saat dilantik?
Asal kalian tahu, betapa kecewanya kami pada kalian, hingga kami tak tahu harus berkata apa. Ketulusanyang pernah kami berikan dulu, kini kalian balas dengan ketamakan, kepolosan yang kami miliki, justru kalian manfaatkan untuk balik membodohi kami. Sungguh miris rasanya, padahal belum hilang kaos bergambar dirimu kami kenakan, tapi harapan kami tlah kau hancurkan, begitu halnya dengan Kalender partai yang pernah engkau bagikan, masih terpajang di ruang tamu rumah kami, tetapi kini kau justeru malah menjadikan kami sebagai tumbal atas keserahakanmu.
Tak lepas sampai disitu, sekarang kalian kembali menyandera apa yang menjadi hak kami (melaluiAPBD-P 2016), yang tak lain adalah kewajiban bagi kalian (pengesahan Perubahan anggaran).Satu lagi aksi skandal yang kau tunjukkan dihadapan kami, karena sibuk berebut proyek APBD-P, kalian lantas lupa dengan nasib kami. Atas masalah kepentingan pribadi, kalian tega mengorbankan kepentingan orang banyak, kepentingan kami.
Apa kalian lupa, bahwa kami hanya rakyat dengan pendapatan seadanya? Kami pun butuh makan, butuh kesehatan, anak kami butuh sekolah, butuh pakaian, butuh biaya air, listrik, serta sejumlah kebutuhan-kebutuhan lainnya yang tak pernah terpikirkan oleh kalian Sang Legislator. Sederhananya, kami juga butuh hidup Pak, Bu!
Cerita mengajarkan pada kami;Dunia ini memang kejam dan penuh dengan para penjahat. Tapi betapa kagetnya kami, setelah mengetahui bahwa sumber kekajaman itu ternyata berasal dari orang-orang seperti kalian; para politikuS tamak yang semena-mena dan tak punya malu!
Terus terang, kami sempat kebingungan memikirkan ini. Dengan pola pikir seadanya kami lantas bertanya-tanya; apakah memang ini yang disebut demokrasi? Apa mungkin kejadian semacam ini sudah sewajarnya dalam dunia politik? Mengapa orang-orang yang nampak baik dan shaleh seperti kalian justru lebih zalim dari seorang pembunuh? Atau, apakah ini memang sudah menjadi takdir bagi kami Rakyat jelata; Selalu dibohongi dan jarah oleh penguasa? Waulahu alam..lagi pula, tak ada yang dapat kami perbuat selaian berdoa meminta petunjuk dan belas kasih dari sang Pencipta.
Yang jelasnya, sekarang kami tlah benar-benar sadar bahwa kalian;Anggota DPRD Bombana yang “nampak terhormat”,ternyata tak lebih dari segerombolan penjahat yang kebetulan bernasib baik! Kami sadar kalau kami memang bodoh karena menitipkan harapan kepada Tikus-tikus busuk seperti kalian. Itulah kesalahan kami, dan takkan kami ulangi di waktu-waktu mendatang, Takkan pernah kami ulangi!
Waktu dapat berlalu sesukanya, namun dibenak kami tlah terpendam sebuah penyesalan yang amat mendalam, dan suatu saat nanti kami sama sekali takkan pernah percaya pada apa yang kalian omongkan. Ingatan kami akan selalu terjaga, dan janji-janji busuk yang kalian tawarkan takkan dapat merubuhkan ingatan kami tentangmu. Salam Rakyat…
Oleh : Muhammad Mardhan
Penulis adalah : Mahasiswa Indonesia, asal Rumbia, Bombana dan Bukan Tim Sukses