Tantangan Baru di Pasar Baru

Pasar Wua-wua KENDARI
Pasar Sentral Wua-wua
Pasar Wua-wua KENDARI
Pasar Sentral Wua-wua

 

Ada bagusnya Pasar Wua-Wua di Kota Kendari belum juga berfungsi sebagaimana pasar umumnya kendatipun sudah diresmikan lebih sebulan. Sebab jika langsung beroperasi normal dengan ciri khas pasar tradisional yang “dimodernkan”, kesemrawutan lalu lintas jalan protokol di depan pasar itu akan segera terjadi.

Pasar yang juga dikenal dengan nama Pasar Baru itu diberitakan memiliki kios sebanyak 1.200 unit yang konon akan menampung semua pedagang di Pasar Panjang, sebuah pasar sementara yang disiapkan Pemkot Kendari menyusul pembangunan kembali Pasar Baru yang terbakar tahun 2010 silam.

Ruas jalan protokol depan pasar itu relatif sempit dengan sempadan jalan yang nyaris menjadi bagian dari bangunan-bangunan di sisinya. Kawasan itu juga menjadi ujung trayek angkutan kota, baik dari arah Anduonohu maupun dari Kota Lama (meskipun kebanyakan rute ini juga merupakan rute menuju Kampus UHO). Saban hari, sopir angkutan umum menjadikan ruas jalan itu sebagai tempat berbelok.

Seolah “mengapit” pasar itu, sebuah perempatan lampu merah dengan lalu lintas padat di salah satu bagian dan jembatan lebar –yang sedang dalam tahap penyelesaian– di bagian lainnya. Dengan demikian, ruas jalan di sepanjang kawasan depan pasar itu seolah menjadi leher botol (bottle neck) baik dalam pengertian sesungguhnya maupun pemaknaan dalam hal permasalahan perkotaan.

Ketika pasar ini sudah beroperasi aktif lantas tidak diiringi dengan rekayasa lalu lintas yang berarti, maka kemacetan dan kesemrawutan harian di Kota Kendari akan dinikmati di kawasan ini.

Sambil menunggu kelarnya pengerjaan jembatan, Pemkot Kendari barangkali sudah punya rencana untuk menghilangkan bottle neck lalu lintas itu. Tapi tidak apa sekadar sumbang saran. Pertama, ujung trayek angkutan umum dari dua arah –Kota Lama dan Anduonohu– harus dipindahkan dari sana.  Berlakukan larangan berbelok atau parkir angkutan umum di tempat itu.

Andi Syahrir
Andi Syahrir

Salah satu solusinya, angkutan umum trayek Anduonohu masuk ke dalam pasar dengan cara memutari lampu merah (belok kiri langsung di lampu merah menuju arah Baruga lalu berbelok kembali) dan masuk melalui jalan di samping pasar. Sedangkan angkutan umum dari arah Kota Lama dilarang masuk pasar agar tidak terlalu memacetkan.

Tempat mangkal angkutan luar kota yang ada di belakang pasar (rutenya ke Konawe Selatan) harus dipindahkan, bergabung ke Terminal Baruga. Angkutan luar kota itu biasanya mangkal di sana pada pagi hari.

Kedua, kendaraan bermotor yang keluar dari pasar dilarang langsung memotong jalan untuk pindah ke jalur sebelahnya. Pembuatan pembatas jalan permanen merupakan salah satu caranya dan biarkan mereka berbelok di jalur yang disiapkan.

Ketiga, sempadan jalan di kedua sisi ruas jalan harus diperjelas, dibangunkan trotoar, dan bangunan yang dianggap melanggar perlu ditertibkan, sehingga pemanfaatan badan jalan dapat dioptimalkan.

Keempat, dalam jangka panjang, kawasan ini perlu fly over dari arah seberang sungai (sebelum Pasar Baru) melintang hingga ke perempatan lampu merah depan Lippo Plaza. Hal ini mempertimbangkan pertumbuhan kendaraan, perkembangan dan pertambahan tempat usaha, serta kepadatan aktifitas pasar. Ada yang punya ide lain? Silakan.***

Oleh Andi Syahrir
Penulis Merupakan Alumni UHO & Pemerhati Sosial

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini