Desember adalah bulan peringatan hari peringatan HIV/ AIDS sedunia, tepatnya pada tgl 1 Desember. Meski sudah berulang kali diperingati di Indonesia, namun tetap saja angka penderita AIDS di Negeri ini terus mengalami peningkatan.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), mencatat kasus-kasus HIV/AIDS di Sultra selama periode 2019 mengalami peningkatan. Dari data Dinkes hingga Desember 2019, tercatat ada sekitar 400an kasus HIV/AIDS di Sultra.
Hal itu disampaikan Plt Kadis Kesehatan Sultra, Andi Hasnah saat ditemui awak media pada peringatan Hari Kesehatan Nasional (Harkisnas) 2019 dan hari HIV/AIDS Internasional yang diperingati tiap 1 Desember.
“Untuk tahun ini mengalami peningkatan sekitar 168 kasus,dan data tahun sebelumnya sekitar 200 kasus lebih. Total ada sekitar 400an, tapi saya lupa angka pastinya” terangnya. Hasnah juga menjelaskan bahwa penderita HIV/AIDS tersebar dibeberapa daerah Sultra. Salah satunya yang terbesar adalah di Kota Kendari. Penderita yang terdeteksi penyakit mematikan tersebut didominasi oleh usia produktif atau usia belia. ZonaSultra.com. Ahad, 01 Desember 2019.
Tentu angka ini ibarat fenomena gunung es, dimana yang terlihat baru permukaannya saja. Padahal angka yang sebenarnya tentu saja jauh lebih besar dari data tersebut. Penyebaran virus mematikan ini semakin menyebar luas keseluruh Indonesia disetiap kalangan. Mulai dari dewasa, remaja hingga anak-anak. Tentu hal ini sangat memprihatinkan.
Salah satu yang menyebabkan terjadinya hal ini adalah budaya seks bebas yang marak terjadi dikalangan remaja. Paham kebebasan yang dianut dalam pemerintahan demokrasi semakin membuat masyarakat menjadi-jadi dalam bertingkah. Merasa bebas dalam melakukan segala hal, hingga bebas pula dalam melakukan hubungan seksual.
Pemerintah pun secara tidak langsung menyediakan sarana untuk masyarakat dalam berbuat hal yang tidak senonoh. Wanita-wanita PSK (Pekerja Seks Komersial) dilokalisasi, pacaran dianggap hal yang lumrah hingga akhirnya sebagian masyarakat menjadi terbiasa melakukan perbuatan haram yang dapat menyebabkan menyebarnya virus mematikan tersebut.
Sekularisme, buah dari sistem kapitalis yang sudah melekat kuat tampaknya telah membuat masyarakat semakin mudah terjerumus kedalam jurang kemaksiatan. Bagaimana tidak, hari ini masyarakat sudah sangat jauh dari aturan agamanya. Aturan agama tak lagi dijadikan tolak ukur dalam berbuat. Beginilah jadinya, jika agama hanya dijadikan sebagai formalitas belaka.
Berbeda halnya dengan Islam. Islam adalah agama yang komprehensif, mengatur segala aspek kehidupan termasuk masalah pergaulan antara pria dan wanita. Baik dalam kehidupan khusus maupun dalam kehidupan umum. Hubungan seksual yang dilakukan oleh pasangan yang belum menikah tentu merupakan sesuatu yang haram, yang harus dihindari.
Islam memiliki langkah preventif agar masalah-masalah seperti HIV/AIDS tidak terjadi. Yaitu dengan menjauhi hal-hal yang mendekati zina. Bahkan, Islam pun mencegah dengan tak memberi celah. Mendekatinya saja dilarang, apalagi melakukannya.
Apabila masyarakat mengetahui bagaimana Islam mengatur pergaulan atau interaksi antara pria dan wanita, tentu hal buruk seperti kasus diatas tak akan terjadi. Dan kalaupun terjadi, Islam memiliki solusi yang dapat membuat jera hingga tak ada yang ingin melakukannya lagi. Contohnya seperti hukuman dera atau dicambuk untuk orang yang belum menikah, dan hukuman rajam bagi orang-orang yang sudah menikah.
Tentu saja aturan Islam selalu memiliki cara dan solusi untuk setiap permasalahan yang ada. Sebab Islam adalah agama yang berasal dari Sang Pencipta manusia, yang mengetahui apa yang dibutuhkan oleh manusia. Oleh karena itu, aturan-Nya pun harusnya digunakan oleh setiap manusia baik individu maupun negara.
Oleh : Wa ode Sukmawati
Penulis Merupakan Anggota KMFP Baubau